Tumenggung Cakranagara III menggantikan posisi ayahnya sebagai Bupati Panjalu. Pada tahun [[1819]] Pemerintah [[Hindia-Belanda]] dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Baron Van der Capellen ([[1816]]-[[1836]]) mengeluarkan kebijakan untuk menggabungkan Kabupaten Panjalu dan Kabupaten Kawali kedalam Kabupaten Galuh. Berdasarkan hal itu maka Tumenggung Cakranagara III dipensiunkan dari jabatannya sebagai Bupati Panjalu dan sejak itu Panjalu menjadi daerah kademangan (daerah setingkat wedana) di bawah Kabupaten Galuh. Pada tahun yang sama Bupati Galuh Wiradikusumah digantikan oleh Adipati Adikusumah (1819-1839) sementara itu di tahun yang sama pula putera tertua Tumenggung Cakranagara III yang bernama Raden Sumawijaya diangkat menjadi Demang (Wedana) Panjalu dengan gelar '''Raden Demang Sumawijaya''', sedangkan putera ketujuh Tumenggung Cakranagara III yang bernama Raden Cakradikusumah diangkat menjadi Wedana Kawali dengan gelar '''Raden Arya Cakradikusumah'''. Tumenggung Cakranagara III mempunyai dua belas orang putera-puteri, yaitu: 1) Raden Sumawijaya (Demang Panjalu), 2) Raden Prajasasana Kyai Sakti (Nusa Larang, Panjalu), 3) Raden Aldakanata, 4) Raden Wiradipa, 5) Nyi Raden Wijayaningrum, 6) Raden Jibjakusumah, 7) Raden Cakradikusumah (Wedana Kawali), 8) Raden Cakradipraja, 9) Raden Baka, 10) Nyi Raden Kuraesin, 11) Raden Raksadipraja (Kuwu Ciomas, Panjalu), dan 12) Raden Prajadinata (Kuwu Maparah, Panjalu). '''Tumenggung Cakranagara III wafat pada tahun 1853 dan dipusarakan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu berdekatan dengan pusara Prabu Hariang Kancana putera Prabu Sanghyang Borosngora.'''