Jurnalisme musik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan judul bagian: Jurnalisme Musik Populer → Jurnalisme musik populer menggunakan HdEdit
Baris 43:
 
== Jurnalisme musik populer ==
Jurnalis Musik melaporkan berita musik, wawancara musisi, meninjau album dan konser dan menulis karya kritik musik. Rata-rata jurnalis musik populer akan melibatkan banyak waktu yang akan dihabiskan di belakang computerkomputer untuk meneliti dan menulis cerita yang didapat ketika meliput acara apapun yang berhubungan dengan seni musik. Jurnalis Musikmusik juga terkadang menghadiri pesta rilis dan konser rekaman dari suatu artis solo maupun group dari berbagai aliran musik. Mereka dipekerjakan oleh media cetak, online, dan media siaran. Mereka bekerja dengan Editor, Fotografer Musik, Humas, Jurnalis lainnya, dan kadang-kadang, Artis Rekaman  maupun pemusik itu sendiri.
 
Jurnalisme menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya bagi masyarakat agar dengan informasi yang dibuat mampu berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas.  Sejak kapan istilah jurnalisme musik digunakan dan dipakai secara umum memang tidak dapat diketahui secara pasti. Apalagi di Indonesia. Namun, fenomena untuk orang-orang yang menulis musik – sebelum istilah jurnalisme musik digunakan – memang sudah berkembang sejak tahun 1960-an di Amerika dan Inggris sana. Akar dari jurnalisme musik atau kerap juga disebut jurnalisme rock (rock journalism) dimulai pada tahun 1960-an melalui munculnya penerbitan-penerbitan musik dan budaya populer seperti Rolling Stone, [[NME]], Melody Maker, dan Creem. Rolling Stone yang terbit tahun 1967 oleh Jann Wenner dan Ralph Gleason menjadi tonggak penting perkembangan jurnalisme musik.
 
Pada awalnya jurnalis musik adalah fans musik itu sendiri atau kerap disebut “fans yang tercerahkan (enlightened fans)” (Gudmondsson et al. 2002). Jika melihat tokoh-tokoh jurnalis musik pada masa itu seperti Lester Bangs, Nick Kent, [[Robert Christgau]], atau [[Simon Reynolds]] merupakan orang-orang yang memiliki passion terhadap musik. Tak ada institusi resmi yang mempelajari jurnalisme musik – kecuali, saat ini beberapa perguruan tinggi di Inggris dan Amerika sudah menjadikan jurnalisme musik sebagai disiplin ilmu sendiri. Seperti halnya ilmu jurnalistik, jurnalisme musik tentu memiliki tugas untuk menyediakan informasi faktual mengenai musik dan tetek bengeknya. Gambaran seperti apa seorang jurnalis musik bekerja ditampilkan dalam film [[Almost Famous]] yang diangkat dari pengalaman pribadi sang sutradara semasa remaja, [[Cameron Crowe]]; mewawancarai band, mengikuti tur panjang, dan melihat berkembangnya budaya sex, drugs, and rock’n’roll.<ref>Gudmondsson, G, Lindberg, U., Michelsen, M., and Weisthaunet, H. 2002. Brit crit: turning points in British rock critism, 1960-1990, in Pop Music and the Press, ed. S. Jones Temple University Press: Philadelphia  </ref>
 
Selain dinikmati anak muda, Aktuil juga turut digemari oleh kalangan musisi tanah air, terutama rocker. Berbagai liputannya seputar sensasi dunia musik rock seperti aksi panggung maupun masalah di luar panggung musik menjadi penarik sekaligus sumber bagi kalangan musisi untuk mencari referensi. Salah satu “sumbangsih”sumbangsih yang diberikan Aktuil bagi perkembangan dunia musik adalah sensasi aksi panggung. Peliputannya mengenai aksi Ucok AKA dan Godbless membawa peti mati ke atas panggung, Micky Jaguar yang menyembelih dan meminum darah kelinci saat pentas, seolah-olah menggiring fanatisme pecinta musik rock. Mereka seolah-olah menganggap sebuah konser tidaklah menarik apabila tidak ada aksi sensasional seperti yang disajikan oleh Aktuil. Hanya saja, tahun 1986 Aktuil berhenti terbit akibat krisis finansial setelah mengundang band luar negeri ke Indonesia.
</ref>
 
Selain dinikmati anak muda, Aktuil juga turut digemari oleh kalangan musisi tanah air, terutama rocker. Berbagai liputannya seputar sensasi dunia musik rock seperti aksi panggung maupun masalah di luar panggung musik menjadi penarik sekaligus sumber bagi kalangan musisi untuk mencari referensi. Salah satu “sumbangsih” yang diberikan Aktuil bagi perkembangan dunia musik adalah sensasi aksi panggung. Peliputannya mengenai aksi Ucok AKA dan Godbless membawa peti mati ke atas panggung, Micky Jaguar yang menyembelih dan meminum darah kelinci saat pentas, seolah-olah menggiring fanatisme pecinta musik rock. Mereka seolah-olah menganggap sebuah konser tidaklah menarik apabila tidak ada aksi sensasional seperti yang disajikan oleh Aktuil. Hanya saja, tahun 1986 Aktuil berhenti terbit akibat krisis finansial setelah mengundang band luar negeri ke Indonesia.
 
Selain Aktuil, periode 1950-1980-an juga memunculkan berbagai media musik yang memiliki aliran berbeda. Soneta, Diskorina, Top, Hai, Gadis, Junior, Violetta, Mode, Vista, dan beberapa media lainnya muncul untuk saling bersaing memuat konten musik. Informasi seperti profil musisi, kegiatan musik, review, tangga lagu, hingga peluncuran album adalah konten yang sering dimuat oleh majalah-majalah musik tersebut.
Baris 59 ⟶ 57:
Dengan adanya kebebasan pers waktu itu, media musik tidak lagi ekslusif menampilkan inforasi seputar dunia musik. Informasi seputar film, gaya hidup, kuliner, maupun otomotifpun dapat ditemukan bersamaan di dalam media yang juga memuat informasi musik. Gaya penulisan konten musik pun tidak lagi mendalam, hanya sebatas pada review album, liputan konser, dan profil musisi. Di era ini pula, konglomerasi media mulai muncul, yang membuat perubahan besar terhadap jurnalisme musik tanah air.
 
Trax dan Rolling Stone, pentolan media hiburan yang masuk ke Indonesia saat itu memberikan persaingan yang kuat bagi media lokal. Bahkan, Rolling Stone mampu mendominasi pasaran media hiburan dengan bantuan konglomerasi yang dilakukan. Hasilnya, Rolling Stone dianggap menjadi media mainstream, yang kemudian diikuti beberapa media lainnya. POlaPola pemberitaan musik pun cenderung mengikuti arus pasar. Media musik berubah menjadi sarana bagi industri musik untuk mendapatkan posisi di pasar. Informasinya pun lebih berfokus pada konten yang “menghibur” dan “informatif,” dengan musisi pop yang mendominasi topik pemberitaan.
 
== Referensi ==