Sirajuddin Abbas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Syusuf2016 (bicara | kontrib)
k kutua > ketua
Baris 95:
Ia menghembuskan napas terkahirnya di usia 75 tahun pada tanggal [[5 Agustus]] [[1980]] setelah beberapa hari dirawat di [[Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo|rumah sakit Cipto Mangunkusumo]] akibat serangan jantung yang ia derita. Saat pemakaman tampak perhatian warga Tarbiyah yang begitu besar. Jasadnya dimakamkan dipemakman [[Tanah Kusir]] [[Jakarta Selatan]], yang dihadiri wakil presiden Republik Indonesia [[Adam Malik]]. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak; Sofyan (almarhum) dan Fuadi.
 
<!--Tahun 1940 Tarbiyah mulai mengajukan usul kepada pemerintah kolonial agar [[Indonesia]] mempunyai [[parlemen]]. Usul tersebut diajukan melalui komisi Visman yang dibuka pemerintah kolonial untuk menjaring suara-suara kalangan bawah.-->Selain sebagi kutuaketua umum Tarbiyah ia juga mendirikan [[organisasi]] [[politik]] "Liga Muslim Indonesia" bersama dengan [[KH.Wahid Hasyim|K.H. Wahid Hasyim]].<!--Sebagaimana telah di ketahui, Syeikh Abbas Ladang Lawas adalah pendiri Jam'iyah Perti (Perhimpunan Tarbiyah Islamiyah) 20 Mei 1930 bersam-sama Syeikh Sulaiman ar-Rasuli dan Syeikh Jamil Jaho (Trio Pendiri Perti).Sebagai putra pendiri organisasi Islam ini wajar sekali apabila Kiai Sirajuddin Abbas meneruskan perjuangan mereka, bahkan sempat tampil sebagai Ketua Umum Perti (1935). Jabatan ini di pertahankan terus sampai Perti menjadi sebuah partai politik (Partai Islam Perti) 1951. Ia pernah pula menjadi anggota parlemen mewakili Perti dan pernah menjabat Menteri Negara mewakili partainya. Jabatan ini dipegangnya hingga awal Orde Baru, ketika menjadi perpecahan dalam tubuh partai Perti, karena sebagian Pengurus Pusat Perti termasuk KH. Sirajuddin Abbas dianggap terlalu dekat dengan kelompok kiri.
 
Pikiran keagamaan Siradjuddin Abbas banyak diikuti orang, baik yang menyangkut segi-segi [[akidah]] maupun [[syariah]]. Buku-buku karya [[ulama]] ini bukan saja dibaca oleh kelompok kecil di kalangan masyarakat [[Minangkabau]] di mana ia dilahirkan, bukan pula hanya oleh warga Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang pernah dipimpinnya, tetapi juga tersebar luas di kalangan [[umat Islam]]. Bisa dikatakan, orang Islam [[Indonesia]], khususnya kelompok tradisional, menyatakan Siradjuddin Abbas sebagai pembela [[mazhab Syafi'i]] di Indonesia yang argumentatif dan menguasai bidangnya lewat buku-buku yang disusunnya. Kalangan tradisional di Indonesia, termasuk di dalamnya [[Nahdlatul Ulama]], mengakui kealiman ulama ini. Ini terbukti dari banyaknya warga NU yang membaca karya-karya Siradjuddin Abbas, terutama warga NU dari kalangan pelajar dan [[mahasiswa]].