Penjarahan Amorion: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 48:
[[File:Siege of Amorium.jpg|thumb|upright=1.2|right|Miniatur dari ''Madrid Skylitzes'' menggambarkan pengepungan Amorium oleh Arab]]
Perbentengan kota tersebut bersifat kuat, dengan ukuran yang panjang dan dinding yang tebal dilindungi oleh 44 menara, menurut geografer kontemporer [[Ibnu Khordadbeh]]. Khalifah memerintahkan setiap jenderalnya untuk menerobos tembok tersebut. Baik pengepung maupun pihak yang terkepung memiliki banyak [[mesin kepung]], dan selama tiga hari, kedua belah pihak berbalas tembakan misil sementara para [[sapper|penggali parit]] Arab berniat untuk meruntuhkan tembok tersebut. Menurut catatan Arab, seorang tahanan Arab yang berpindah ke agama Kristen membelot dengan berbalik pada khalifah, dan memberitahukannya soal seuah tempat di tembok tersebut yang memiliki kerusakan parah akibat hujan deras dan hanya diperbaiki sekilas dan seadanya karena kesibukan senapati kota tersebut. Akibatnya, pasukan Arab mengkonsentrasikan upaya mereka pada bagian tersebut. Para pasukan pertahanan berniat untuk melindungi tembok tersebut dengan beberapa balok kayu gantung untuk meredam efek kejut dari mesin-mesin pengepungan, namun tak memadai, dan setelah dua hari, penjebolan dilakukan.<ref>{{harvnb|Bury|1912|p=267}}; {{harvnb|Treadgold|1988|p=302}}; {{harvnb|Vasiliev|1935|pp=161–163}}.</ref> Sehingga, Aetios menyadari bahwa pertahanannya jebol, dan memutuskan untuk melarikan dan memecah pasukan pengepungan pada malam hari dan menghubungi Teofilos. Ia mengirim dua pengirim pesan ke kaisar, namun keduanya ditangkap oleh pasukan Arab dan dibawa ke hadpaan khalifah. Keduanya sepakat untuk menjadi [[mualaf]] dan Mu'tasim, setelah memberikan mereka pemberian besar, mempawaikan mereka ke sekitaran tembok kota dalam pandangan penuh Aetios dan pasukannya. Untuk menghindari percekcokan apapun, pasukan Arab menjaga wilayah sekitarannya, menghimpun pasukan penjaga kavaleri bahkan pada malam hari.<ref>{{harvnb|Bury|1912|p=268}}; {{harvnb|Treadgold|1988|p=302}}; {{harvnb|Vasiliev|1935|pp=163–164}}.</ref>
 
Pasukan Arab sekarang meluncurkan serangan berulang ke wilayah tersebut, namun para pasukan pertahanan menghadangnya. Menurut al-Tabari, mula-mula alat-alat pelontar dikerahkan oleh empat orang yang masing-masing ditempatkan pada dasar berroda, dan menara-menara bergerak dengan sepuluh orang masing-masing dibangun dan dimajukan ke tepi parit, yang mereka mulai isi dengan kulit=kulit domba (dari hewan-gewan yang mereka bawa bersama sebagai makanan) yang diisi dengan tanah. Namun, pengerjaan tersebut tak membuahkan hasil karena ketakutan para prajurit akan alat-alat pelontar Bizantium, dan Mu'tasim memerintahkan pelemparan kulit berisi tanah tersebut untuk meruntuhkan tembok itu sendiri. Sebuah menara ditekan pada parit berisi, namun bersendat di tengah jalan dan alat pengepungan lainnya diruntuhkan dan dibakar.<ref>{{harvnb|Bury|1912|p=268}}; {{harvnb|Vasiliev|1935|pp=164–165}}.</ref> Serangan lain pada hari berikutnya, yang dipimpin oleh Ashinas, gagal karena berada di bagian tersempit dari wilayah tersebut, dan Mu'tasim kemudian meminta alat-alat pelontar yang lebih banyak untuk dimajukan. Pada keesokan harinya, Afshin dengan pasukannya menyerang wilayah tersebut, dan Itakh pada hari berikutnya.<ref>{{harvnb|Vasiliev|1935|pp=165–167}}.</ref> Pasukan pertahanan Bizantium secara bertahap dilucuti oleh pasukan penyerang kejut, dan setelah sekitar dua pekan pengepungan (tanggal secara beragam ditafsirkan sebagai 12, 13 atau 15 Agustus oleh para penulis modern<ref>{{harvnb|Kiapidou|2003}}, [http://asiaminor.ehw.gr/forms/fLemmaBodyExtended.aspx?lemmaID=7898#noteendNote_19 Note 19].</ref>) Aetios mengirim sebuah kedutaan besar di bawah uskup kota tersebut, yang menawarkan penyerahan Amorium sebagai pertikaran untuk jaminan keamanan dari para penduduk dan garisun, namun Mu'tasim menolak. Namun, komandan Bizantium Boiditzes, yang bertugas di bagian wilayah tersebut, memutuskan untuk mengadakan negosiasi langsung dengan khalifah atas kehendaknya sendiri, mungkin bertujuan untuk mengkhianati pihaknya sendiri. Ia datang ke kamp Abbasiyah, memberi perintah kepada pasukannya di wilayah tersebut untuk berhenti menyerang sampai ia kembali. Saat Boiditzes berbalik pada khalifah, pasukan Arab mendekati wilayah tersebut, dan sinyak berubah dan mematahkan kota tersebut.<ref>{{harvnb|Bury|1912|pp=268–269}}; {{harvnb|Treadgold|1988|pp=302–303}}; {{harvnb|Vasiliev|1935|pp=167–168}}.</ref> Dianggap kecutan, pemberontakan Bizantium terjadi secara sporadik: beberapa prajurit membarikadekan diri mereka sendiri di sebuah monasteri dan dibakar sampai mati, sementara Aetios dengan para perwiranya mengungsi ke sebuah menara sebelum dipaksa untuk menyerah.<ref>{{harvnb|Bury|1912|pp=269–270}}; {{harvnb|Treadgold|1988|p=303}}; {{harvnb|Vasiliev|1935|pp=169–170}}.</ref>
 
== Referensi ==