Kota Semarang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 125:
[[Berkas:Samarang10.jpg|jmpl|Gambar Semarang pada tahun 1859 oleh [[C. Buddhing]]]]
[[Berkas:Coat of Arms of Semarang (1827).svg|jmpl|220x220px|Lambang ''Staadsgemeente'' Semarang pada zaman Hindia Belanda, ditetapkan pada tahun 1827.]]
Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-6 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari [[kerajaan Mataram Kuno]]. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana [[Cheng Ho]] bersandar pada tahun 1435 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho
Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh [[Kesultanan Demak|Kerajaan Demak]], dikenal sebagai [[Ki Ageng Pandan Arang|Pangeran Made Pandan]] (''Sunan Pandanaran I''), untuk menyebarkan agama [[Islam]] dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu tumbuhlah pohon [[asam jawa|asam]] yang berbatang [[hitam seperti arang]] (bahasa Jawa: ''asem arang''), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu yang kemudian menjadi Semarang.
Baris 135:
Pada tahun 1906 dengan Stadblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah pemerintah [[Gemeente]]. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangnya pemerintahan pendudukan [[Jepang]].
Pada masa [[Jepang]] terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai [[Militer]] (''Shico'' (kanji : 市長 )) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (''Fuku Shico'' (kanji : 副市長)) yang masing-masing dari [[Jepang]] dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal sebagai [[Pertempuran Lima Hari]].
Tahun 1946 [[Inggris]] atas nama [[Sekutu]] menyerahkan kota Semarang kepada pihak [[Belanda]]. Ini terjadi pada tanggal 16 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihat, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, [[wali kota Semarang]] sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan [[Belanda]] tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, [[Kota Salatiga|Salatiga]], dan akhirnya di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R. Patah, R. Prawotosudibyo dan Mr. Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.
Baris 219:
* '''Kota Lumpia'''
[[Lumpia Semarang|Lumpia]] adalah makanan khas Semarang, yang terbuat dari akulturasi 2 budaya yaitu budaya Jawa dan China. Lumpia sendiri diambil dari kata ''lun pia'' (hokkien : 润餅).
* '''Kota Atlas'''
Semarang memiliki semboyan Kota ATLAS akronim (Aman, Tertib, Lancar, Asri dan Sehat), sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota.
|