Amaluddin II: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 30:
Pemerintahannya berlangsung selama 15 tahun. Ia menjadi perintis dan pelopor Perkebunan Tembakau di negeri ini yang ditandai oleh hubungan kerja sama dengan negara{{ndash}}negara Eropa dalam pembukaan lahan perkebunan Tembakau di [[Deli]].
== Kehidupan Awal ==
Amaluddin II lahir di [[Labuhan Deli]] pada tahun 1829, anak pertama dari Sultan Deli [[Otteman I]] dan [[Raja Siti Asmah]]. Sebagai putra tertua dari penguasa Deli, dia secara otomatis menjadi putra mahkota Kesultanan Deli.
Baris 45:
==== Deli Maatschappij ====
Tahun 1866 Sultan Amaluddin II memulai kerja sama dengan pihak belanda melalui Acta van Concessie yang diberikan kepada [[Jacob Nienhuys]] untuk membuka lahan perkebunan Tembakau pertama dari daerah Mabar hingga Deli Tua yang dikenal dengan Mabar{{ndash}}Deli Toewa Contract. Kontrak ini memberi wewenang independen dari Belanda atas Kesultanan Aceh dan Siak. Nienhuys mendirikan [[Deli Maatschappij]] di tahun 1869. Perdagangan tembakau yang maju berdampak pada semakin berkembangnya Kota [[Medan]] pada saat itu.
[[
==== Perang Sunggal ====
Karena tidak meratanya pembagian lahan antara pemerintah kolonial dan pribumi oleh Sultan membuat seorang Kepala di Timbang Langkat, Sulung Barat geram. Sultan dengan mudahnya memberikan lahan{{ndash}}lahan kepada Pemerintah Kolonial. Sulung Barat beserta Datuk Jalil dan Datuk Kecil mengumpulkan pasukan untuk melakukan perlawanan kepada Belanda.
Para pengikut Datuk Kecil berhasil membakar bangsal{{ndash}}bangsal penyimpanan Tembakau milik Belanda. Ketiga Datuk juga mengumpulkan 6000 lebih pasukan yg terdiri dari orang{{ndash}}orang suku [[Melayu]] dan [[Karo]] untuk melakukan penyerangan dan mengambil alih perkebunan tembakau.
Sultan meminta bantuan kepada Residen Riau untuk menumpas pemberontakan. Pada Mei 1872 pasukan Belanda datang dengan diperkuat oleh pasukan Kesultanan Deli yang dipimpin oleh Raja Muda Sulaiman beserta pasukan Pangeran Langkat di bawah pimpinan Tengku Hamzah dan Datuk Laksamana berhasil merebut kembali Perkebunan Arensburg.
Untuk menangkap ketiga Datuk dan para pengikutnya, Belanda terus melakukan pemburuan. Tercatat hingga tiga kali Ekspedisi Militer Belanda diturunkan untuk menumpas pemberontakan para Datuk Sunggal namun selalu gagal. Pada akhirnya Belanda mengutus Baginda Marah untuk menemui Datuk Kecil dan mengajaknya melakukan perundingan dengan Belanda. Pada tanggal 20 Oktober 1872 Datuk Kecil dan Sulung Barat menjumpai Mayor H.W.C Van Stuwe dan menyepakati untuk melakukan perundingan ke perkebunan Arensburg tempat tinggal sementara Schiff Residen Riau.
Dalam perundingan Schiff memaksa Datuk Kecil, Datuk Jalil dan Sulung Barat untuk meminta maaf kepada Gubernur Jendral Belanda di [[Batavia]] karena telah melakukan pemberontakan. Hal ini ditolak keras oleh Datuk Kecil karena yang dia lakukan adalah benar untuk mempertahankan hak tanah mereka. Ketiga Datuk ditahan dan dibawa ke Labuhan Deli untuk dikirim ke Riau.
Menggunakan kapal Den Briel mereka dibawa ke [[Tanjung Pinang]] pada 4 November 1872, di tempat itu mereka ditahan dan diinterogasi selama 10 bulan. Akhirnya berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Belanda tanggal 23 Juni 1873 mereka diasingkan ke [[Cilacap]]. 6 September 1874, Datuk Jalil meninggal di penjara Cilacap dan dua tahun setelahnya meninggal pula Datuk Kecil. Menurut laporan, Sulung Barat diizinkan kembali ke [[Sunggal]] pada 1907 setelah mendapat pengampunan dari Sultan Deli.
== Pernikahan ==
Sultan Amaluddin II menikah dengan [[Tengku Zaliha]] yang merupakan cicit dari Raja [[Umar Johan Pahlawan Alam Shah]] dari [[Serdang]]. Namun pernikahannya berakhir dengan perceraian. Kemudian dia menikah lagi dengan [[Encik Mariam]].
== Wafat ==
Amaluddin II mangkat pada tahun 1873 dalam usia 44 tahun. Ia dimakamkan di tanah pemakaman [[Masjid Al Osmani]], Labuhan Deli.
|