Wanita di peradaban Maya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 315:
== Citra ideal wanita pada peradaban Maya klasik ==
[[Berkas:Yaxchilan Stela 35.jpg|jmpl|Relief pada ''Stela'' peninggalan peradaban Maya klasik yang menggambarkan salah seorang putri bangsawan.]]
Wanita ideal dalam persepektif kebudayaan Maya dapat ditelusuri melalui mitologi-mitologi yang tertulis di naskah kuno Bangsa Maya yaitu ''[[Popol Vuh|Popul Vuh]].'' Pada naskah itu tertulis, dua orang saudara kembar secara ajaib membuat sebuah kebun dengan bantuan nenek mereka, [[Xmucane]].{{Sfn|Ardren 2002|p=40}} Untuk memenuhi kebun tersebut dengan manusia, "sosok manusia yang memiliki tubuh", Xmucane kemudian menanam jagung dan kemudian tepung dari olahan jagung tersebut dicampur air.{{Sfn|Ardren 2002|p=40}}{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}} Mitologi ini kemudian menggambarkan bahwa proses pengolahan makanan merupakan inti dari identitas ideal seorang wanita. Sehingga menurut pandangan Bangsa Maya, suatu peradaban manusa berasal dari pengolahan makanan yang dilakukan oleh wanita.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}} Peradaban Maya klasik biasana menempatkan wanita pada posisi yang tinggi di bidang keagamaan, pada beberapa kasus, posisi wanita bahkan dapat menyamai posisi yang dapat diraih oleh seorang pria. Faktanya, kebudayaan Maya menggambarkan salah satu unsur dewa terpenting dalam keyakinan mereka yaitu dewa leluhur ''[[Totilmeiletic]],'' sebagai sosok berkelamin ganda. Penggambaran ini mungkin dapat memberi kesimpulan bahwa dalam kepercayaan Maya, terdapat saling kebergantungan antara pria dan wanita.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}}{{Sfn|Ardren 2002|p=40}}
 
Bukti-bukti menunjukan bahwa kalangan aristokrat Bangsa maya melakukan rekonstruksi fisik yang rumit untuk mencapai suatu model ideal yang diterima masyarakat. Tidak seperti kebudayaan mengikat kaki pada wanita di Tiongkok, rekonstruksi yang mereka lakukan terhadap fisik mereka tidak mengganggu pergerakan mereka, dan banyak dari perubahan fisik tersebut juga dilakukan oleh laki-laki.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Perego|first=Elisa|date=2007-11-15|title=Women’s Voices in a Male World: Actions, Bodies, and Spaces Among the Ancient Maya|url=http://www.pia-journal.co.uk/articles/10.5334/pia.303/|journal=Papers from the Institute of Archaeology|volume=18|issue=0|doi=10.5334/pia.303|issn=2041-9015}}</ref>{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}} Sebagai contoh, para bangsawan memandang dahi yang miring dan bentuk mata yang menyilang sebagai parameter kecantikan dalam kebudayaan mereka, sehingga bayi yang baru lahir biasanya diikatkan papan pada dahi mereka untuk meratakan bentuknya, dan pada poni mereka juga digantungkan beban kecil supaya bentuk mata mereka menyilang.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}} Bangsawan wanita mentato tubuh mereka sendiri, mereka mencat badan mereka dengan warna merah, dan kemudian secara hati-hati menata rambut mereka untuk membentuk poni disekeliling dahi mereka yang rata.{{Sfn|Ardren 2002|p=85}}{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}} Mereka juga menghiasi rambut mereka dengan hiasan-hiasan yang menyerupai tunas tanaman. Selain itu pada periode ini wanita dari kalangan bangsawan Maya telah menggunakan perhiasan leher dan telinga yang terbuat dari batu giok, kulit kerang, atau permata.<ref name=":3" />{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}} Beberapa dari mereka juga mengganti gigi mereka dengan material-material yang dianggap berharga seperti besi, emasi, batu obsidian, batu giok, ataupun kulit kerang. Fakta bahwa hampir semua perubahan fisik ini dilakukan juga oleh para pria mengindikasikan kesetaraan pandangan masyarakat Maya terhadap penampilan wanita dan pria yang jarang ditemukan pada peradaban lainnya di periode waktu ini.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=127}}
Baris 348:
Pengolahan bulir jagung kering untuk membuat tepung jagung membutuhkan ketekunan dan kesabaran dan merupakan salah satu keseharian dari kehidupan wanita Maya yang berasal dari kalangan biasa.<ref name=":3" />{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=130}} Akibat dari mengerjakan aktivitas ini selama bertahun-tahun, kalangan wanita pemroduksi tepung jagung ini memiliki lutut yang menonjol, tulang jari yang mengalami pengapuran dan lengan yang kuat, dikarenakan selama proses ini wanita Maya berjongkok serta memutar penggiling jagung dalam waktu yang lama. Wanita Maya telah sejak kecil diperkenalkan terhadap proses pengolahan jagung, diindikasikan dengan ditemukannya mainan anak berbentuk gilingan jagung yang diyakini dibuat untuk dimainkan anak perempuan.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=130}} Setiap harinya, wanita yang bekerja sebagai pembuat tepung pertamakali akan mencuci dan merebus bulir-bulir jagung menggunakan perasan jeruk nipis untuk menghilangkan kulit dari bulir tersebut dan mengeluarkan nutrisi yang ada. Kemudian, setelah itu, mereka menggilingnya dengan menggunakan penggilingan yang terbuat dari batu.<ref name=":3" />{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=130}}
 
Wanita Maya juga bertugas merawat kebun kecil yang dimilikinya, dimana mereka menumbuhkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan seperti kacang-kacangan, kakao, dan berbagai jenis tanaman obat lainnya. Untuk protein hewani, wanita Maya juga memelihara berbagai jenis binatang, tetapi rusa merupakan hewan peliharaan yang paling penting pada umumnya.<ref name=":3" />{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=130}} Wanita Maya bertugas untuk menjinakan anak rusa dan kemudian membawanya ke rumah untuk dibesarkan, dan di berbagai kota peradaban Maya, bukti sejarah menunjukan dibandingkan keseluruhan jenis daging hewan, daging rusa memiliki porsi konsumsi sebesar 90%.{{Sfn|Ardren 2002|p=80}}{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=131}} Tertulis di naskah kuno Bangsa Maya yaitu ''PopulPopol Vuh'' bahwa rusa merupakan salah satu ciptaan pertama dari sang "Ibu Semesta", sebelum jaguar dan manusia diciptakan.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=131}} Di berbagai komunitas suku Maya, saat meninggal, wanita setengah badannya akan dikubur dengan tulang-tulang rusia, menunjukan kaitan penting antara wanita dengan kegiatan beternak rusa pada masyarakat ini.{{Sfn|Ardren 2002|p=78}}{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=131}}
 
Peran wanita Maya dalam pertanian kemudian berubah setelah kurun tahun 700 Masehi ketika intensifikasi pertanian terjadi di berbagai wilayah peradaban Maya.{{Sfn|Ardren 2002|p=xii-xiii}} Pada komunitas-komunitas suku Maya di periode awal, pembuatan peralatan dan penyediaan makanan dilakukan sama di luar ruangan. Wanita melakukan aktivitas memasak di dalam periuk terbuka yang besar untuk menyiapkan berbagai sup dan bubur, yang mana bukanlah merupakan makanan yang dibuat dengan menhabiskan banyak waktu.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=131}}{{Sfn|Ardren 2002|p=xii-xiii}} Akibatnya, pria, wanita, dan anak-anak dapat berpartisipasi dan memainkan perannya masing-masing di berbagai aspek dalam aktivitas bertani. Setela tahun 700 Masehi, produktivitas pertanian semakin meningkat, sehingga pada akhirnya wanita Maya menemukan cara baru untuk mengolah makanan mereka, termasuk di dalamnya pembuatan tortila (kulit adonan dari tepung jagung), yang mana pembuatannya memakan waktu yang lebih lama jika dibandingkan pembuatan bubur jagung di periode sebelumnya.{{Sfn|Clay et. al,. 2002|p=131}}