Liem Koen Hian: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 13:
Dengan visi tentang [[kewarganegaraan]] [[Indonesia]] itu, Liem bersama Ko Kwat Tiong kemudian mendirikan [[Partai Tionghoa Indonesia]] (PTI) yang mendukung gerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di samping itu, Liem tetap bekerja sebagai [[wartawan]], memimpin redaksi ''Sin Tit Po'' (Desember 1929—[[1932]]). Ia pindah sebentar ke ''[[Kong Hoa Po]]'' (April [[1937]]—November [[1938]]), lalu kembali lagi ke ''Sin Tit Po'' pada awal 1938.
 
Tapi, pada 19831938 Liem terlibat percekcokan dengan Ko Kwat. Akibatnya, Ko Kwat dipecat dari PTI pada 1939. Dia tetap menyalurkan cita-citanya melalui ''Sin Tit Po.'' Saat partai nasionalis bernama [[Gerakan Rakyat Indonesia|Gerindo]] berdiri, Liem ikut bergabung dan meninggalkan PTI.<ref>Leo Suryadinata, ''Politik Tionghoa Peranakan di Jawa 1917-1942'' (Jakarta: Sinar Harapan), hal. 135. </ref>
 
Tahun 1933—1935, Liem pindah ke [[Jakarta]] dan, kabarnya, ia kuliah di [[Rechts Hoogereschool]] (Sekolah Tinggi Hukum). Pada akhir 1930-an ia aktif melakukan propaganda anti [[Jepang]]. Bahkan, ia sempat ditahan selama masa pendudukan Jepang, tetapi kemudian dibebaskan berkat koneksinya dengan [[Ny. Honda]], seorang kenalannya dari [[Kembang Jepun]], [[Surabaya]].
Baris 24:
Liem lalu meminta bantuan kepada kawan dekatnya, Menteri Luar Negeri, Ahmad Soebarjo.<ref>''Majalah Tempo'', 23 Desember 2008, hal. 62. </ref> Tapi, bantuan itu tak kunjung turun. Kejadian ini sangat mengecewakan Liem Koen Hian. Ditambah dengan pengaruh perkembangan dan perubahan di [[Tiongkok]], akhirnya Liem memutuskan untuk menanggalkan kewarganegaraan Indonesianya.
 
Ia meninggal pada [[1952]] di Medan sebagai orang asing di negeri yang pernah diperjuangkannya.
 
== Pranala luar ==