Pemberontakan di Kalimantan Barat (1850-1854): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Perang melibatkan Indonesia menjadi Perang yang melibatkan Indonesia |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
{{paragraf_pembuka|date=12 November 2010}}
[[Berkas:Gevecht bij Sekadouw.jpg|
Antara tahun [[1850]]-[[1854]], [[Belanda]] meluncurkan [[ekspedisi balasan]] terhadap [[Tionghoa-Indonesia|orang Tionghoa]] di [[Kalimantan Barat]].
Baris 10:
Meskipun demikian, orang Tionghoa tetap menyerahkan diri dan pada awal tahun [[1851]], sebuah persetujuan dengan kongsi Taikong, Syep Eng Fou dan Liemcin tercapai. Kemudian terbukti orang Tionghoa hanya ingin mengulur-ulur waktu. Di saat yang sama, Pemangkat jatuh ke tangan Belanda dan kepada pimpinan kongsi, Belanda mengajukan syarat akan memberikan ampun jika sekutu Belanda, kongsi Sam Ti Kiu (yang diusir ke [[Sarawak]]) bebas kembali ke daerahnya, di antara [[Monterado, Bengkayang|Monterado]] dan Sambas. Walau demikian, kongsi terbuang itu tak berani kembali lagi karena Sepang masih dikuasai Kongsi Taikong. Pada tanggal [[29 Maret]] [[1853]], sebarisan pasukan diberangkatkan dari Sambas menuju Sepang di bawah [[Mayor|May.]] [[A.J. Andresen]] dan disertai oleh komisaris gubernemen [[Ary Prins]]; berpandangan bahwa masalah yang sedang dialami ini lemah pengawalannya, lalu kembali ke Sambas.
[[Berkas:Majoor Sorg.jpg|
Di Kedondong mereka diserang secara curang oleh sekelompok Tionghoa; 1 detasemen infanteri datang memberi bantuan; tetapi garnisun tersebut segera dikepung dan harus bertahan dari kekuatan besar itu. [[Kapiten|Kapt.]] Van Houten, [[komandan]] Benteng Sorg, bergerak dengan 250 anggotanya untuk menyelamatkan rekannya dan mengusir musuh. Hanya karena kekuatan yang besarlah, Sepang dapat dipertahankan. Keputusan untuk meninggalkan pos tersebut dan Balai Binang diambil dan tentara Belanda dapat kembali ke Sambas.
|