Ibrahim Tunggul Wulung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-asal-usul, +asal usul
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 14:
Asal usul Kiai Ibrahim Tunggul Wulung sangatlah ruwet dan sulit untuk dipastikan.<ref name="Soekotjo"/> Hal tersebut dikarenakan jumlah sumber tertulis yang sangat sedikit dan dari sumber yang sedikit tersebut sangatlah sulit untuk membedakan mana fakta dan mana legenda.<ref name="Soekotjo"/> J.D. Wolterbeek dalam bukunya yang berjudul ''Babad Zending ing Tanah Jawi'' menggambarkan sosok Tunggul Wulung sebagai seorang petapa di [[Gunung Kelud]] yang kemudian melakukan pekabaran [[Injil]] di desa-desa dekat [[Malang]].<ref name="Wolterbeek">{{Jv}} J.D. Wolterbeek. 1939. Babad Zending ing Tanah Jawi. Purwokerto: De Boer. hlm. 44-45</ref>
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De krater van de Gunung Kelud na de vulkaanuitbarsting van 1901 TMnr 60025875.jpg|thumbjmpl|Kawah Gunung Kelud setelah letusan gunung berapi tahun 1901]]
Wolterbeek tidak banyak menyinggung mengenai asal usul Tunggul Wulung tetapi lebih banyak menekankan pada gambaran masyarakat mengenai sosok Tunggul Wulung sebagai seorang yang bertubuh tinggi, sorotan mata yang tajam, dapat melihat batin seseorang, berwatak ksatria dan memiliki janggut yang panjangnya sampai ke perut.<ref name="Wolterbeek"/> Wolterbeek sendiri tidak dapat memastikan kebenaran dari cerita masyarakat tersebut tetapi ia meyakini bahwa kesaksian yang dilakukan oleh Tunggul Wulung telah membuat banyak orang Jawa mengenal Kekristenan.<ref name="Wolterbeek"/> Gambaran fisik yang dicatat oleh Wolterbeek tersebut diperkuat oleh S.E. Harthoorn yang menyebutkan bahwa Kiai Tunggul Wulung adalah orang yang sungguh tampak luar biasa, memiliki tubuh yang tinggi dan ramping, wajahnya tampan, pandangan tajam, berhidung mancung, orangnya kuat, dan pemberani.<ref name="van Akkeren">{{id}} Philip van Akkeren. 1994. Dewi Sri dan Kristus: Sebuah Kajian tentang Gereja Pribumi di [[Jawa Timur]]. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 209-210</ref>
 
Baris 45:
Kiai Tunggul Wulung dan Nyai Endang Sampurnawati tinggal di Mojowarno dan belajar kekristenan serta baca-tulis dari Jellesma selama dua bulan.<ref name="Soekotjo"/> Selanjutnya Kiai Tunggul Wulung mulai melakukan pekabaran Injil yang dimulai di desa Pelar, sebelah tenggara Dimoro dan melanjutkan pekabaran Injilnya ke Dimoro ([[Kepanjen]]), Jenggrik ([[Malang]]) dan di Jungo ([[Pandaan]]).<ref name="Yolder"/> Di wilayah-wilayah itulah Kiai Tunggul Wulung mendirikan komunitas-komunitas Kristen.<ref name="Yolder"/> Pada awal tahun 1854, Kiai Tunggul Wulung menerima tawaran Sem Sampir (murid Jellesma yang diperbantukan kepada Pieter Jansz di Jepara sebagai pembantu penginjil pribumi) untuk membantunya melakukan pekabaran Injil di wilayah Jepara.<ref name="Soekotjo"/> Bersama Sem Sampir, Tunggul Wulung justru melakukan penginjilan di daerah Kabupaten Juwono, serta di Margotuhu Klitheh dan Ngluwang (sebelah utara Tayu).<ref name="Soekotjo"/> Tindakan tersebut membuat geger para penguasa kolonial karena ternyata ada seorang Jawa yang menjadi Kristen, menerima pelajaran agama Kristen dan memberitakan Injil di antara orang pribumi.<ref name="Soekotjo"/> Keadaan tersebut membuka mata para pemerintah kolonial mengenai adanya kekristenan Jawa yang berada di luar utusan-utusan Injil Eropa dan dilakukan secara bebas tanpa terbatasi oleh wilayah tertentu seperti yang berlaku bagi para utusan Injil Eropa.<ref name="Soekotjo"/>
 
[[Berkas:Ansicht Japare Java.jpg|kiri|thumbjmpl|Lukisan ''City of Jepare'' (sekarang: Jepara) pada 1650 dengan latar Gunung Muria]]
 
Pada bulan [[Mei]] [[1855]] Kiai Tunggul Wulung dan Nyai Endang Sampurnawati menerima [[baptis]]an dari Jellesma dan melanjutkan penginjilan di sekitar Muria secara bebas dan tanpa izin dari pemerintah kolonial.<ref name="Soekotjo"/> Di kawasan Muria, Ibrahim Tunggul Wulung berhasil membujuk dan memengaruhi pengikut-pengikutnya dari berbagai tempat seperti Kayuapu, Bangsal, Ngalapan, Margotuhu dan tempat-tempat lain termasuk pengikut [[zending|zendeling]] Peter Jansz di sekitar Jepara.<ref name="Soekotjo"/> Kiai Ibrahim Tunggul Wulung beserta pengikut-pengikutnya mulai membangun desa-desa Kristen, mula-mula di kawasan angker yang diberi nama Ujungjati kemudian bergeser ke arah selatan termasuk kawasan angker tempat tinggal Mbah Suto Bodo yang adalah tokoh mistik penguasa dunia roh di kawasan pesisir antara Jepara dan Tayu.<ref name="Soekotjo"/>