Jurnalisme musik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 26:
Trax dan [[Rolling Stone Indonesia|Rolling Stone]], pentolan media hiburan yang masuk ke Indonesia saat itu memberikan persaingan yang kuat bagi media lokal. Bahkan, Rolling Stone mampu mendominasi pasaran media hiburan dengan bantuan konglomerasi yang dilakukan. Hasilnya, Rolling Stone dianggap menjadi media mainstream, yang kemudian diikuti beberapa media lainnya. Pola pemberitaan musik pun cenderung mengikuti arus pasar. Media musik berubah menjadi sarana bagi industri musik untuk mendapatkan posisi di pasar. Informasinya pun lebih berfokus pada konten yang “menghibur” dan “informatif,” dengan musisi pop yang mendominasi topik pemberitaan. <ref>Gunadi, I. (2017)''.'' Jurnalisme music di Indonesia. ''Idhar Resmadi.net.'' Diakses dari https://idhar-resmadi.net/2017/07/06/jurnalisme-musik-di-indonesia/</ref>
===
Masuknya internet ke Indonesia, memberikan pengaruh yang besar pula. Untuk dapat bertahan, media-media hiburan juga menggunakan sarana internet untuk menyebarkan konten-kontennya. Di sisi lain, internet memungkinkan semua penggunanya untuk dapat menjadi “jurnalis musik” dengan menyebarkan konten mereka melalui blog, video streaming, ataupun artikel. Kehadiran mereka dianggap mampu menghidupkan kembali semangat keontetikan penulisan terhadap musik yang didasarkan pada passion dan antusiasme, yang sempat tergantikan oleh persaingan media.
|