Jurnalisme musik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14:
=== Sejarah di Indonesia ===
Di Indonesia sendiri, media musik baru muncul pada tahun 1957. Musika menjadi majalah musik pertama di Indonesia. Tetapi, majalah [[Aktuil]] yang muncul tahun 1967 di Bandung lebih dianggap sebagai majalah yang memberikan warna bagi industri media di Indonesia,
Selain dinikmati anak muda, Aktuil juga turut digemari oleh kalangan musisi tanah air, terutama rocker. Berbagai liputannya seputar sensasi dunia musik rock seperti aksi panggung maupun masalah di luar panggung musik menjadi penarik sekaligus sumber bagi kalangan musisi untuk mencari referensi. Salah satu “sumbangsih” yang diberikan Aktuil bagi perkembangan dunia musik adalah sensasi aksi panggung. Peliputannya mengenai aksi Ucok AKA dan [[God Bless]] membawa peti mati ke atas panggung, Micky Jaguar yang menyembelih dan meminum darah kelinci saat pentas, seolah-olah menggiring fanatisme pecinta musik rock. Mereka seolah-olah menganggap sebuah konser tidaklah menarik apabila tidak ada aksi sensasional seperti yang disajikan oleh Aktuil. Hanya saja, tahun 1986 Aktuil berhenti terbit akibat krisis finansial setelah mengundang band luar negeri ke Indonesia.
Baris 27:
=== Pengaruh Internet ===
Masuknya internet ke Indonesia, memberikan pengaruh yang besar pula. Untuk dapat bertahan, media-media hiburan juga menggunakan sarana internet untuk menyebarkan konten-kontennya. Di sisi lain, internet memungkinkan semua penggunanya untuk dapat menjadi “jurnalis musik” dengan menyebarkan konten mereka melalui blog,
Dampaknya, media-media hiburan yang awalnya sudah memiliki pasar yang luas menjadi sulit untuk bersaing. Di internet, mereka hanya dapat mengandalkan pemasukan dari iklan, sedangkan kontennya dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Inilah yang menyebabkan berbagai media hiburan di Indonesia gulung tikar, termasuk Rolling Stone Indonesia yang tutup pada awal tahun 2018. Tutupnya Rolling Stone juga dianggap sebagai matinya media musik di Indonesia.
|