Gabriela Sabatini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
Baris 51:
Di tahun 1987 kariernya semakin matang dengan menjuarai 3 turnamen dalam kurun waktu 3 bulan berturut-turut, yaitu Tokyo (mengalahkan Manuela Maleeva 6-4,7-6), Brighton (mengalahkan Pam Shriver 7-5,6-4) dan mempertahankan gelarnya di Buenos Aires (mengalahkan Isabel Cueto 6-0,6-2).
 
Di tahun 1988 Sabatini menjadi penantang serius bagi Steffi Graf karena hanya dia dan Pam Shriver yang bisa mengalahkan Graf dipada tahun tersebut, bahkan sekelas Martina Navratilova dan Chris Evert pun tidak mampu mengalahkan Graf saat itu. Di usianya yang masih 18 tahun Sabatini masuk final Grand Slam untuk pertama kalinya yaitu di US Open walau akhirnya kalah 3 set dari petenis nomor 1 dunia saat itu Graf. Dan di ajang Olimpiade Seoul juga Sabatini mendapat kehormatan membawa bendera Argentina di acara pembukaan multi event 4 tahunan itu tapi kembali kandas di final dengan meraih medali perak kalah dari Graf 3-6,3-6.
 
Sabatini dipada tahun ini meraup 4 gelar di Virginia Slims Boca Raton Florida (kandaskan Graf 2-6,6-3,6-1), Italian Open di Roma (hempaskan Helen Kelesi 6-1,6-7,6-1), Canadian Open di Montreal (sikat Natalia Zvereva 6-1,6-2), dan turnamen puncak akhir tahun Virginia Slims Championships New York dengan mengalahkan Pam Shriver 3 set langsung 7-5,6-2,6-2.
 
Di kategori ganda putri, Sabatini dan Graf juga akhirnya bisa meraih gelar ganda Grand Slam nya yaitu di Wimbledon 1988 dengan mengalahkan pasangan kuat Soviet Natalia Zvereva dan Larisa Savchenko 6-3,1-6,12-10 lewat pertarungan sengit 3 set.
Baris 65:
Namun apa daya, kesuksesan Sabatini di paruh awal 1991 tidak diikuti di sisa paruh akhir 1991 dimana tidak ada gelar juara yang diraih. Di ajang bergengsi Wimbledon, Sabatini harus kalah tipis dari Graf di final 4-6,6-3,6-8 padahal Sabatini sempat serving for the match 2 kali di set 3.
 
Memulai 1992 Sabatini berhasil meraup 5 gelar juara, yaitu di Sydney (gilas Arantxa Sanchez Vicario 6-1,6-1), Toray Pan Pacific di Tokyo (kalahkan Martina Navratilova 6-2,4-6,6-2), Family Circle di Hilton Head (sikat Conchita Martinez 6-1,6-4), Bausch & Lomb di Amelia Island (lumpuhkan Graf 6-2,1-6,6-3), dan Italian Open di Roma (lumat Monica Seles 7-5,6-4). Seperti halnya dipada tahun 1991, dipada tahun 1992 ini juga tidak ada gelar yang diraih di paruh akhir tahun nya.
 
Hambatan serius mulai menghampiri Sabatini dipada tahun 1993, dimana dipada tahun ini tidak ada satupun gelar yang diraih, ini merupakan kali pertama dalam kurun 9 tahun terakhir karier profesionalnya Sabatini tidak mendapat gelar seperti hal nya yang dia raih dari tahun 1985 sampai 1992. Penantian lama 2,5 tahun tanpa gelar dan hanya menjadi 7x finalis, akhirnya berbuah manis di penghujung tahun 1994 ketika Sabatini meraup gelar bergengsi di Madison Square Garden New York untuk kedua kalinya dengan mengalahkan bintang muda saat itu Lindsay Davenport 3 set langsung 6-3,6-2,6-4.
 
Di tahun 1995 dimulai dengan manis dengan menjuarai Sydney dengan kembali mengalahkan Davenport 6-3,6-4. Ini merupakan gelar ke 27 sekaligus tanpa diduga merupakan gelar terakhirnya di karier profesionalnya. Sabatini gantung raket di penghujung 1996 berbarengan dengan ajang turnamen bergengsi akhir tahun di Madison Square Garden New York. Usia yang terbilang masih muda yaitu di usia 26 tahun tapi Sabatini memutuskan untuk pensiun dini setelah 12 tahun karier profesionalnya.