Timor Belanda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun) |
||
Baris 13:
Mulai tahun [[1613]], [[VOC]] [[Belanda]] menghalau Portugis dari Timor, namun sementara mengosongkan markasnya. Tidak sampai tahun [[1640]], [[Vereenigde Oost-Indische Compagnie]] mendirikan [[benteng]] di Kupang dan membangun koloni di bawah pimpinan seorang ''[[opperhoofd]]'' (ketua). Akan tetapi, lingkup pengaruhnya terbatas pada 5 kerajaan kecil di sekitaran Kupang (''5 Sekutu Setia''), seperti Sonbai Kecil, Kupang-[[Kerajaan Helong|Helong]], [[Kerajaan Amabi|Amabi]] ([[1665]]), [[Kerajaan Amfoang|Amfoang]] ([[1683]]) dan [[Kerajaan Taebenu|Taebenu]] ([[1688]]), sementara [[Kekaisaran Portugal]] menaklukkan Wehali pada tahun [[1642]] dan kemudian secara de facto Timor Barat dan Tengah. Barulah dalam [[Pertempuan Penfui]] pada tahun [[1749]], kekuatan Portugis dan [[orang Topas]] yang bersekutu dengannya berhasil diruntuhkan oleh VOC.
Atas peranan diplomat VOC, [[Johannes Andreas Paravicini]], 48 penguasa dari Solor, Rote, Sawu, Sumba, dan sebagian besar Timor bagian barat bersekutu dengan VOC pada tahun [[1756]]. Hal tersebut menjadi awal kekuasaan Belanda di Timor Barat yang kini dikuasai [[Indonesia]]. Tokoh-tokoh yang menandatangani perjanjian tersebut antara lain Jacinto Correa (Hiacijinto Corea), Raja Wewiku-Wehali, dan Pangeran Besar Belu, yang juga menandatangani [[Perjanjian Paravicini]] yang mencurigakan atas nama 27 kerajaan yang dahulunya menjadi bawahannya di Timor Tengah. Beruntung bagi Portugis, Wehali tidak cukup kuat lagi untuk menarik semua penguasa lokal ke pihak VOC. Sehingga, 16 dari 27 bekas bawahan Wehali di timur tetap di bawah kekuasaan Portugal, sedangkan Wehali sendiri jatuh di bawah kekuasaan Belanda. Portugal juga menguasai [[eksklave]] di barat laut. Setelah bangkrutnya VOC
[[Berkas:Timor warrior.jpg|jmpl|[[Jawara]] dari [[Kota Kupang|Kupang]]. Gambar dibuat selama [[ekspedisi]] [[Kekaisaran Jerman]] tahun [[1875]].]]
Pada tahun [[1816]], [[Kerajaan Belanda]] mendapatkan kembali kekuaasaannya dan memasukkan administrasi pulau ini ke wilayah Maluku. 3 tahun kemudian, Timor Barat menjadi jajahan otonom Belanda, yang diperintah oleh seorang [[residen (gelar)|residen]] dan dibagi atas 5 wilayah administratif: Timor, Roti, Sawu, [[Larantuka, Flores Timur|Larantuka]] ([[Kabupaten Flores Timur]]), dan Sumba.
Baris 19:
Pada tahun [[1905]], Timor Belanda ber[[penduduk]] 380.500 jiwa. Kota Kupang memiliki sekitar 8.000 penduduk, termasuk 145 orang Eropa, 594 [[Tionghoa-Indonesia|orang Tionghoa]], dan 43 [[Arab-Indonesia|orang Arab]].
Perbatasan antara [[Timor Portugues]] dan Belanda ditentukan melalui [[Perjanjian Lisboa (1859)]], yang disusul oleh perjanjian lain
Selama [[Perang Pasifik]], Timor Belanda dan Portugis jatuh ke tangan Jepang, yang mengalahkan 600 [[prajurit]] [[garnisun]] Belanda dan sebuah kesatuan komando yang beranggotakan 1.400 prajurit [[Australia]] (lihat: [[Pertempuran Timor]]). Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[pulau]] tersebut berhasil dibebaskan, dan 3 [[hari]] kemudian, [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] dikumandangkan. Belanda yang mencoba menjajah kembali harus berhadapan dengan perlawanan sengit dari pejuang kemerdekaan. Pada tahun [[1950]], Timor Belanda menjadi Timor Indonesia. Nama Timor Barat digunakan pada tahun [[1975]], ketika Indonesia [[Operasi Seroja|menduduki]] Timor Portugis.
|