Tulip: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan pranala interwiki lama
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
Baris 181:
Kelangkaan Tulip inilah yang membuat banyak orang berspekulasi. Karena bibit bunga Tulip hanya berada diatas tanah antara Juli dan November dalam setahun, sementara sisanya hampir selalu berada dalam tanah, maka mereka melakukan transaksi tanpa bukti kepemilikan yang dikenal sebagai windhandel yg berarti perdagangan angin di Pub². Ini merupakan cikal bakal Future Market yang kemudian menjadi Bursa di Amsterdam, Rotterdam, Haarlem serta di beberapa kota lagi. Sebetulnya Windhandel dilarang sejak tahun 1610, tetapi otoritas tidak memberikan sanksi bagi pelaku, hanya kontraknya dianggap tidak sah. Oleh karenanya pada masa itu pelaku pasar ini biasanya bukan trader serius, tetapi lebih rakyat biasa yang ingin cepat kaya.
 
Pada masa itu, pendapatan rata² per tahun di Belanda sekitar 150 gulden. Sementara itu harga satu bibit Semper Augustus dipada tahun 1623 1000 gulden,dan terus naik sampai puncaknya pada Februari 1637 terjual seharga 6700 gulden (setara dengan $50.000 tahun 1990), kira² seharga herenhuis, rumah ditepi kanal, beserta halamannya di Amsterdam!
 
Sudah barang tentu harga yang amat tinggi ini tidak mencerminkan realitas. Sebagian orang mulai secepatnya menjual Tulip miliknya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Keadaan ini menyulut kepanikan massa. Orang berlomba-lomba memindah tangankan kontrak kepemilikan bunga ini dan harga Tulip pun jatuh hingga hampir senilai dengan bawang bombay biasa dipada tahun 1637. Tulipomania pun berakhir, gelembung itu pecahlah sudah.
 
Akibat kehancuran ini, warga Belanda sempat kemudian menjadi amat konservatif dalam melakukan investasi.