Amir Sjarifoeddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gnudnut (bicara | kontrib)
k menambahkan peran amir dalam pembentukan institusi negara yang kini memiliki peran besar
Membatalkan suntingan berniat baik oleh Gnudnut (bicara): Jangan menggunakan sumber dari artikel Wikipedia lainnya. (Twinkle ⛔)
Tag: Pembatalan
Baris 58:
 
Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh fasis Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di [[Surabaya]]. Kejadian ini dapat ditafsirkan sebagai terbongkarnya jaringan suatu organisasi anti fasisme Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan Amir. Terutama dari sisa-sisa kelompok inilah Amir, kelak ketika menjadi Menteri Pertahanan, mengangkat para pembantunya yang terdekat. Namun identifikasi penting kejadian Surabaya itu, dari sedikit yang kita ketahui melalui sidang-sidang pengadilan mereka tahun 1944, hukuman terberat dijatuhkan pada bekas para pemimpin [[Gerindo]] dan [[Partindo]] Surabaya.
 
Saat ibukota Negara Republik Indonesia berada di Yogyakarta, sebagai Menteri Pertahanan, Amir Sjarifoeddin, memerintahkan dr. [[Roebiono Kertopati|Roebiono]]
<references group="https://wiki-indonesia.club/wiki/Roebiono_Kertopati" />, seorang dokter di Kementerian Pertahanan Bagian B untuk membentuk badan pemberitaaan rahasia yang disebut Dinas Code yang kemudian berkembang menjadi Lembaga Sandi [[Lembaga Sandi Negara|Negara]]
<references group="https://wiki-indonesia.club/wiki/Lembaga_Sandi_Negara" />dan kini berkembang menjadi Badan Siber dan Sandi [[Badan Siber dan Sandi Negara|Negara]]
<references group="https://wiki-indonesia.club/wiki/Badan_Siber_dan_Sandi_Negara" />.
 
Sebuah dokumen NEFIS (''Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service''), instansi rahasia yang dipimpin [[Van Mook]], tertanggal [[9 Juni]] [[1947]] menulis tentang Amir; "ia mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut". Belanda mungkin tahu bahwa penghargaan berbau mitos terhadapnya di kalangan Pesindo berasal dari cerita para tahanan sesamanya. Bagaimana ia menghadapi siksaan fisik dan moral yang dijatuhkan Jepang. Diceritakan, misalnya, bagaimana ia tertawa ketika para penyiksa menggantungnya dengan kaki di atas.