Ia melakukan persiapan-persiapan agar [[Universitas Brawijaya]] menjadi perguruan tinggi otonom, mengupayakan peningkatan kualitas dosen melalui studi lanjut, memperluas kerjasama luar negeri, mengadakan penataan jenjang karirkarier staf administrasi, merintis pemberian subsidi biaya perjalanan haji bagi karyawan, serta menempatkan perencanaan sebagai dasar penetapan program dan kegiatan [[Universitas Brawijaya|UB]]. Prof Bambang dikenal secara luas sebagai pencetus model "Entreprenurial University" (EU) pertama di Indonesia. EU ialah sebuah model dimana sivitas akademika sebuah kampus tidak hanya sebagai pabrik [[SDM]], tapi betul-betul harus dipersiapkan agar mampu berdikari (berdiri datas kaki sendiri) sekaligus ikut berkontribusi langsung terhadap [[pembangunan ekonomi]] [[Bangsa|nasional]]. Ia juga menginisiasi konsep ''quadruple helix'' bagi [[Universitas Brawijaya]], sebuah konsep dimana inovasi yang muncul harus mampu dirasakan kebermanfatannya oleh masyarakat, [[Bisnis|Dudi (Dunia Usaha dan Dunia Industri)]], dan pemerintah.<ref>https://books.google.co.id/books?id=k71jDwAAQBAJ&pg=PR4&lpg=PR4&dq=bambang+guritno+UB&source=bl&ots=6kOeXHYAgH&sig=W80eZnWAxJR2gfazEesjms15YJA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwivhqnXnr7cAhVTXCsKHQtEDRsQ6AEwDXoECAcQAQ#v=onepage&q=bambang%20guritno%20UB&f=false</ref> Kelak, jasanya itu akan dikenang sebagai sebuah terobosan yang menjadikan UB sebagai penyumbang terbesar pada inovasi sektor keilmuan [[Pertanian|agrikompleks]], setelah [[Institut Pertanian Bogor]].<ref>https://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/19/201147526/jurus-jitu-bangkitkan-pertanian-indonesia</ref>