Pura Kehen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:Shrines at Pura Kehen, Bali.jpg|thumbjmpl|300px|Pura Kehen]]
'''Pura Kehen''' adalah sebuah [[pura]] [[Hindu]] yang berlokasi di [[Bangli, Bangli|Kecamatan Bangli]], [[Kabupaten Bangli]], [[Bali]], [[Indonesia]], sekitar 45 km dari pusat [[Kota Denpasar]].<ref>{{cite web|url=https://www.posbali.id/berdiri-abad-ke-9-terkait-asal-usul-kota-bangli/|title=Berdiri Abad ke-9, Terkait Asal-usul Kota Bangli|date=28 Juni 2016|accessdate=5 Juli 2016|website=Pos Bali|first=Aa Ngurah |last=Girinatha}}</ref> Pura ini disebut juga sebagai Pura Hyang Api di mana ''kehen'' dalam [[Bahasa Bali]] berarti [[api]].<ref>{{cite web|url=http://www.kintamani.id/pura-kehen-bangli-wisata-religi-pura-keunikan-dan-nilai-sejarah-tinggi-001352.html|title=Pura Kehen Bangli, Wisata Religi Pura dengan Keunikan dan Nilai Sejarah Tinggi|website=Kintamani.id|accessdate=13 Maret 2015}}</ref>
 
Baris 5:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tempel Pura Kehen bij Bangli Bali TMnr 60018427.jpg|thumbjmpl|leftkiri|Pura Kehen sekitar tahun 1933]]
Sulit untuk menentukan kapan tepatnya Pura Kehen didirikan. Namun, terdapat tiga [[prasasti]] tembaga yang menyangkut keberadaan Pura tersebut.<ref>{{cite web|url=https://sejarahbali.com/detail.php?id=13|title=Pura Kehen|accessdate=13 Maret 2015|website=Sejarah Bali}}</ref> Salah satunya yaitu, prasasti ketiga yang memuat mengenai petunjuk-petunjuk untuk para penduduk sekitar saat upacara-upacara besar di Pura Kehen, bertarikh [[Kalender Saka|Saka]] 1126 ([[1204]] Masehi). Prasati ini memuat nama Raja [[Sri Dhanadhiraja]] yang merupakan putra dari Raja [[Bhatara Parameswara]] dan cucu dari [[Bhatara Guru Sri Adhikunti]] beserta permaisurinya [[Bhatara Sri Dhanadewi]]. Prasasti pertama yang terdiri dari 18 baris dan [[Bahasa Bali|berbahasa Bali Kuno]] ada menyebutkan nama “''Hyang Karinama''”. Hyang Api di Desa Simpat Bunut (“''Wangunan pertapaan di Hyang Karinama jnganangan Hyang Api di Wanua di Simpat Bunut- Hyang Tanda''”). Prasasti ini diperkirakan berangka tahun 804-836 Saka ([[882]]-[[914]] Masehi). Dan prasasti kedua terdiri dari 10 baris dan [[Bahasa Jawa Kuno|berbahasa Jawa Kuno]] menyebutkan nama Senapati Kuturan, Sapatha dan nama-nama pegawai raja. Prasasti ini diperkirakan dalam tahun Saka 938-971 ([[1016]]-[[1049]] Masehi).
 
Nama Hyang Api yang termuat dalam prasasti pertama menjadi Hyang Kehen dalam prasasti ketiga dan selanjutnya menjadi Pura Kehen. Ini berarti bahwa Pura Kehen telah ada pada tahun Saka antara 804-836 (antara tahun Masehi 882-914 Masehi). Jadi, Pura Kehen sudah ada pada akhir abad IX atau permulaan Abad X Masehi. Keberadaan Pura Kehen yang memiliki keterikatan dengan sejarah Desa [[Bangli]] termuat dalam prasasti No. 705 Prasasti Pura Kehen C.
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Vrouwen bij het aanbieden van hoge rijk bewerkte offers in Pura Kehen Bali TMnr 10001205.jpg|thumbjmpl|Seorang wanita memberikan persembahan hasil bumi di Pura Kehen Bali]]
Dalam perjalanan sejarahnya, [[desa]], [[banjar]], atau [[Pura]] yang berada di wilayah Desa Bangli bersatu dalam satu kesatuan yang utuh dikenal dengan istilah ''Gebog Domas''. Dalam Gebog Domas ini seluruh banjar atau desa memiliki tanggung jawab terhadap keberadaan Pura Kehen, krama, dan lingkungan di Desa Bangli. Ditambah dengan kuatnya rasa persatuan dari beberapa desa diluar Gebog Domas, dikenal pula istilah bagi desa-desa yang juga menjadi pengemong Pura Kehen sebagai Bebanuan Pura Kehen. Bebanuan Pura Kehen meliputi Br. Blungbang, Br. Pule, Br. Kawan, Br. Pande, Br. Tegallalang, Br. Geria, Br. Nyalian, Br. Penatahan, Br. Tanggahan Peken, Br. Pukuh, Br. Demulih, Br. Pengelipuran, Br. Kubu, Br. Bebalang, Br. Tegal, Br. Sedit, Br. Gancan, Br. Sembung, Br. Petak, Br. Gunaksa, Br. Pekuwon, Br. Tegal Suci, dan Br. Sidembunut.<ref>Dharmayuda, I Made Suasthawa. (2001). ''Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Propinsi Bali''. Denpasar: PT. Upada Sastra.</ref>
 
Baris 18:
 
== Pohon beringin ==
[[Berkas:Pura Kehen temple complex in Bali.jpg|thumbjmpl|Pura Kehen dengan pohon beringin besar di belakangnya]]
[[Pohon beringin]] yang tumbuh sangat besar di areal Pura Kehen sangat disakralkan oleh masyarakat. Masyarakat lokal percaya bahwa jika batang pohon beringin tersebut patah, itu berarti sebuah [[musibah]] (''grubug'') akan terjadi.<ref>{{cite journal|title=Persepsi Masyarakat di Balik Mitos Pohon Beringin di Pura Kehen Desa Adat Cempaga, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli |author1=Dewi, A.A. Putri Candra Purnama|author2=Sumarjiana, I Ketut Laba|journal= Jurnal Santiaji Pendidikan |volume= 4 |issue= 1 |year= 2014| issn=2087-9016| url=http://download.portalgaruda.org/article.php?article=333322&val=6189&title=PERSEPSI%20MASYARAKAT%20DI%20BALIK%20MITOS%20POHON%20BERINGIN%20DI%20PURA%20KEHEN%20DESA%20ADAT%20CEMPAGA,%20KECAMATAN%20BANGLI,%20KABUPATEN%20BANGLI}}</ref> Kesimpulan ini diambil dari banyaknya peristiwa yang telah terjadi turun temurun sejak ratusan tahun silam. Bahkan, letak batang yang patah juga diyakini sebagai pertanda bahwa seseorang akan mengalami musibah.<ref>{{cite web|url=http://www.balipost.com/news/2017/04/12/5226/Pelinggih-di-Pura-Kehen-Tertimpa...html|title=Pelinggih di Pura Kehen Tertimpa Dahan Pohon Beringin|date=12 April 2017|accessdate=22 Agustus 2017|website=Bali Post|first=Dayu |last=Rina}}</ref>