=== Awal Terbentuk ===
Alkisah, Silampukau menetas pada 2008 silam. Gagasan dasar terbentuknya format duo ini karena bosan dengan format band. Pada tahun 2009, band yang dibentuk Kharis mengalami kebuntuan, dan Eki, yang sebelumnya mengawali karier per-skena-an sebagai manajer band, memutuskan untuk menjajal kemampuan olah vokal lewat suara bariton<ref>{{Cite web|url=https://www.whiteboardjournal.com/interview/26265/musik-kota-kenangan-bersama-silampukau/|title=Musik Kota Kenangan bersama Silampukau {{!}} Whiteboardjournal|website=www.whiteboardjournal.com|language=en-US|access-date=2017-10-02}}</ref>. Kharis yang sebelumnya pernah menggawangi beberapa band, termasuk band keroncong Miniboyo Concours, memutuskan untuk membentuk band folk. Bertemulah Kharis (alumnus Sastra Indonesia [[Universitas Airlangga]]) dengan Eki Tresnowening, personil band Stunning Bird, yang merupakan sarjana psikologi dari '''Ubaya''' ([[Universitas Surabaya]]) dan bermain bersama di salah satu orkes keroncong yang dibina Jathul Sunaryo, tokoh [[keroncong]] di Kampung Petemon. Pria itu berjasa bagi awal karier musik mereka. <nowiki>''Beliau guru kami secara moral,''</nowiki> ungkap Kharis. Dari situlah mereka memutuskan berkolaborasi dan membentuk Silampukau. Arti Silampukau adalah [[kepodang]]<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/silampukau|title=Arti kata silampukau - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|last=Setiawan|first=Ebta|website=kbbi.web.id|access-date=2017-10-02}}</ref>, burung kuning keemasan yang indah dengan kicauan merdu. <nowiki>''</nowiki>Mereka adalah biduan di alam raya. [[Melayu|Orang-orang Melayu]] lampau memanggil burung itu Silampukau,<nowiki>''</nowiki> tegas Eki. <ref name=":1">{{Cite web|url=http://www.ubaya.ac.id/2014/content/news_detail/1532/Silampukau--Duo-Musisi-Folk-Semerdu-Kepodang.html|title=Silampukau, Duo Musisi Folk Semerdu Kepodang {{!}} Universitas Surabaya (UBAYA)|last=Surabaya|first=Management Information System - Universitas|website=Universitas Surabaya (Ubaya)|access-date=2017-10-02}}</ref> Kharis dan Eki pun mendirikan Silampukau dan merekam single berjudul ‘Berbenah’.<ref name=":2">{{Cite news|url=http://suryamalang.tribunnews.com/2015/02/28/kesasar-di-jalur-indie-silampukau-ingin-kembalikan-folk-surabaya|title=Kesasar di Jalur Indie, Silampukau Ingin Kembalikan Folk Surabaya - Surya Malang|newspaper=Surya Malang|language=id-ID|access-date=2017-10-02}}</ref>
=== Album Pertama dan Kevakuman (2009-2015) ===
Di awal kemunculannya pada 2008, Silampukau tak hanya merilis single "Berbenah" saja. Namun mereka juga merekam album mini secara live bertajuk "[[Sementara Ini]]" yang berisikan empat lagu : ''Cinta Itu'', ''Hey'', ''Sampai Jumpa'', dan ''Pagi''. Single ‘Berbenah’ dan album ‘Sementara Ini’ digratis-unduhkan melalui internet di halaman Soundcloud.<ref name=":2" /> Respons positif dari penyuka musik ''[[Folk rock|folk]]'' dengan cepat mereka dapatkan. Tetapi hal tersebut bukanlah jaminan untuk rajin berkarya.
=== Dosa, Doa & Kenangan (2015) ===
Butuh waktu enam tahun lagi sampai album ''[[Dosa, Doa, & Kenangan]]'' itu hadir. Masa hiatus begitu lama memberikan sesuatu yang baik dalam internal mereka. <nowiki>''Selama masa vakum itu, kami berdua mengalami proses panjang dalam segala hal yang memperkaya pengetahuan bermusik,''</nowiki> kata Kharis. Pada tahun 2015 Silampukau merekam full album berjudul ‘Dosa, Kota, dan Kenangan’ yang berisi 10 lagu. Meskipun belum dilaunching, namun beberapa lagu sudah bocor dan bisa dinikmati di halaman youtube, misalnya lagu ‘Puan Kelana’. Video ‘Puan Kelana’ ini adalah rekaman aksi panggung Silampukau saat tampil di acara Folk Music Festival 2014 dalam Sunday Market di [[Surabaya Town Square|Surabaya Town Square (Sutos)]].
==== Proses Rekaman ====
Sebagaimana nasib band [[Independen|indie]] yang akrab dengan keterbatasan dana, Silampukau pun merekam album ‘Dosa, Kota, dan Kenangan’ secara gotong-royong. Proses recording memakan waktu sekitar satu bulan, kemudian ''mastering'' dan ''mixing'' memakan waktu sekitar tiga bulan. “Kami gotong royong dan mengandalkan pertemanan dalam proses album ini. Ada teman yang berkenan membantu proses ''mastering'' dan ''mixing''. Album ini nantinya kami jual dalam bentuk CD dan digital,” kata Kharis
Berbeda dengan mini album terdahulu yang direkam secara live, di album ‘Dosa, Kota, dan Kenangan’ ini direkam secara track. Rekamannya kebanyakan dilakukan di rumah. Kharis dan Eki yang mengisi vokal dan gitar akustik, juga dibantu tiga ''additional player''. Mereka adalah Doni Setiohandono ([[Akordeon|akordion]]), Erwin B Saputra ([[drum]]), dan Rhesa Filbert ([[Gitar bass|bass]]). Ketiga ''additional player'' ini juga sering membantu penampilan Silampukau di setiap konser bertema ''full band''.<ref name=":2" />
==== Lagu-lagu di dalam album ====
Lagu-lagu di album terbaru bersuara tentang [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Lagu berjudul ''Si Pelanggan,'' misalnya, menceritakan [[Dolly, Surabaya|Dolly]] yang begitu terekam di dalam ingatan masyarakat [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Ditambah dengan denting [[piano]], liriknya begitu puitis. Lalu ada lagu berjudul ''Bianglala.'' Lagu tersebut menceritakan [[Taman Hiburan Rakyat]] yang sudah menjadi ikon'' ''[[Kota Surabaya|Kota Surabaya dan masyarakatnya]]. <nowiki>''</nowiki>Kami hanya menulis, membuat lagu, dan berkarya melalui apa yang kami lihat sehari-hari,<nowiki>''</nowiki> ujar pira berkacamata tersebut. Selain itu, ada lagu ''Doa 1'' mengenai mimpi mereka bermusik ''[[indie]]'' di [[Kota Surabaya|Surabaya]] yang mengandung lirik satire. Keduanya bernyanyi mengenai mimpi mereka untuk masuk layar [[televisi]] sembari berharap sang ibu belum tua ketika mereka mencapainya, ''Bola Raya'' bertutur tentang anak-anak yang mencari tempat bermain [[Sepak bola|bola]], serta ''Malam Jatuh di Surabaya''.<ref name=":1" /> Selain ''Si Pelanggan'' , album itu memuat tembang ''Lagu Rantau (Sambat Omah)'' yang bercerita mengenai pergulatan hidup di [[Kota|kota besar]] dan kisah penjualan [[minuman keras]] dalam lagu ''Sang Juragan.''
Ide mengenai lagu-lagu itu, diakui duo Silampukau berasal dari obrolan [[warung kopi]]. “Di [[warung kopi]], koreng-koreng kehidupan dikelupas dan dipamerkan dengan bangga. ‘Saya pernah begini, saya pernah begitu’, semua [[dosa]] dipaparkan dan semua [[prestasi]] dipamerkan. Di situ narasi-narasi tentang kota lebih hidup ketimbang lewat mata [[Akademikus|akademisi]] atau [[politikus]],” kata Kharis. Karena mengangkat obrolan di warung kopi itulah, Kharis dan Eki mengaku tidak pernah berupaya [[Advokat|mengadvokasi]] dan mewakili suatu kaum di kota. “Yang kami bawakan merupakan potret-potret kota. Tagihan awal bulan (dalam ''Lagu Rantau (Sambat Omah)''), misalnya. Semua orang resah dengan itu, termasuk kami. Setahu kami, kami hanya menceritakan kembali keresahan orang-orang. Kami ''enggak'' berpretensi atau bertendensi mewakili apapun,” ujar Kharis kepada wartawan [[BBC Indonesia]], di balik panggung. ”Sebab, kami bukan [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]],” celetuk Eki yang disambut tawa keduanya.<ref name=":0" />
== Diskografi ==
|