Suku Dayak Banyadu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh Adupko dan 113.210.187.18) dan mengembalikan revisi 12881077 oleh Rintojiang
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
Baris 17:
|}
 
Suku '''Dayak Banyuke'''  adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami Provinsi Kalimantan Barat. Sebutan "'''Dayak Banyuke'''" diambil dari nama kota orang Banyadu pada masa lalu yaitu kota Banyuke yang merupakan sebuah ''Bandong'' (ibukota atau pusat pemerintahan) orang Banyadu pada masa lalu, yang pada saat ini hanya berupa sebuah kampung yang terletak di desa Samade kecamatan Banyuke hulu. Sedangkan sebutan "Suku  '''Dayak Banyadu'''" diambil dari istilah dalam bahasa mereka sendiri yaitu asal kata "  '''Nyadu'''" yang artinya "  '''Tidak'''" kata ini digunakan sebagai istilah pembeda dialek dengan dialek Dayak lainnya.
 
== Sejarah Eksistensi ==
Baris 30:
Lama-kelamaan terjadi proses asimilasi (percampuran) antara anak-cucu keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakati dengan abak-cucu keturunan kakek Lubish yang berbahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag). Percampuran bahasa mereka berkembang menjadi Varian bahasa baru yang dikenal dengan sebutan bahasa Banyadu.
 
Sebelum orang banyadu menyebar mendiami pedalaman daerah Landak, Bengkayang dan Sanggau kapuas, orang Banyadu mendiami daerah asalnya di daerah Banyuke hulu di Kecamatan Banyuke Hulu kabupaten Landak Kalimantan barat sekarang. Dahulu sebelum menyebar, seluruh orang banyadu mendiami sebuah kota atau kampung besar. Kota yang dibangun oleh orang Banyadu pertamakali itu bernama “Banyuke”. Kota Banyuke dijadikan '''''Bannokng'''''  (Baca:  '''Bandong / bandung''', untuk anda yang tidak bisa logat Dayak). Istilah Bannokng / bandung sendiri adalah istilah yang bermakna sebagai “pusat pemerintahan atau ibukota” suatu bentuk pemerintahan. Wilayah pemerintahan orang Banyadu ini dinamai '''''Banua Satona'''''  yang ber-bandung pada kota Banyuke. Seringkali kota Banyuke yang merupakan Bandong dari banua Satona ini hanya di sebut dengan nama Bandong satona saja, tentu saja yang dimaksudkan adalah Bandong (ibukota / pusat pemerintahan) dari banua Satona.
[[Berkas:Banyuke Village 1.jpg|kiri|jmpl|320x320px|Desa Banyuke Sekarang. Bekas Bandong Banua Satona]]
Sejak di mulainya masa Pengayauan di kalangan Bangsa Dayak, nenek moyang Dayak Banyadu mulai menyebar keluar dari Bandong Banua-nya. Orang Banyadu yang menyebar pada masa itu di rintis oleh para prajurit Kayau yang melakukan pengayauan serta penaklukan terhadap subsuku Dayak lain, akibatnya orang Banyadu ( orang yang berasal dari Bandong Banyuke) dimasa lalu menjadi sangat terkenal dan disegani serta di takuti oleh subsuku Dayak lain. Meskipun terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya, adakalanya para prajurit Kayau Dayak Banyadu tidak berhasil menaklukkan subsuku Dayak lain, para prajurit kayau Dayak Banyadu yang tidak berhasil membawa Kepala manusia ini, memilih tidak pulang dan menetap di daerah taklukannya serta membangun pemukiman baru di situ dan mengawini gadis-gadis didaerah taklukannya tersebut. umumnya kepergian prajurit Kayau Dayak Banyadu zaman dulu di lakukan melalui jalur sungai, dengan perahu mereka menyusuri hilir sungai yang diberi nama sama seperti nama Bandong-nya yaitu sungai Banyuke. Selain karena aktivitas Pengayauan, penyebaran orang Banyadu juga terjadi karena alasan perladangan, masyarakat pada masa itu mulai mencari daerah baru yang jauh dari Bandong-nya untuk berladang, Sebagai akibatnya banyuke yang sebelumnya berupa sebuah kampung besar / kota lama-kelamaan mengecil hingga hanya menjadi sebuah kampung kecil, karena di tinggal menyebar oleh penduduknya. Ketika berada di luar Bandongnya itulah yang menyebabkan orang Dayak banyadu zaman dulu di kenal dengan sebutan orang Banyuke oleh masyarakat Dayak yang menjadi tetangga negerinya, hal ini terjadi, karena mengingat mereka berasal dari kota Banyuke.
Baris 38:
== Wilayah Penyebaran ==
[[Berkas:Peta Dayak Banyuke Barat.jpg|kiri|jmpl|360x360px|Dayak Banyuke (Orang Banyadu) Bagian Barat. Posisi Desa Banyuke Bekas Bandong Banua Satona Berbentuk Kotak Biru Di Bagian Hulu Sungai Banyuke.]]
Setelah sekian lama orang Banyadu kuno mendiami kota Banyuke tersebut, secara perlahan mereka mulai membangun beberapa pemukiman (Tamakng) baru disepanjang sungai Banyuke dan anak-anak sungai Banyuke. Meskipun kebanyakan warga kota Banyuke membangun tamakng di sepanjang DAS Banyuke, dari mereka ada juga yang langsung membangun parokng dipedalaman seperi parokng insang dan parokng pentek. Hingga suatu masa penduduk kampung-kampung baru tersebut semakin banyak dan karena alasan untuk berladang mereka akhirnya mulai merambah kawasan-kawasan hutan diluar bantaran DAS Banyuke. Dari kampung-kampung disepanjang sungai Banyuke dan  anak-anak  sungai  Banyuke tersebut, kemudian orang Banyadu membangun parokng (Kampung ladang) disekitar ladang-ladang yang mereka buka, warga tamakng untang membangun parokng santibak, paranuk dan madas (taria). Warga dari  tamakng bandol membangun  parokng  lo’ekng, dan  parokng   sinto dan tamakng bantinga. Warga padakng pio membangun parokng  adokng dan sebuah parokng yang telah ditinggalkan warganya yang pindah ke  adokng (kampet) parokng itu terletak di antara  padakng pio dan sinto sekarang.  Warga tamakng  madakng  membangun parokng palai  dan nyangkut (ocoh).
 
Warga dari  tamakng  bale (Samoko Pu’utn) terutama keturunan-keturunan puak mereka yang bernama ''Neng Anjong'' membangun parokng bihatn dan parokng pancik yang tidak jauh dari ''tamakng''-nya.  Sebagian dari keturunan ''Neng Anjong'' lalu makin masuk ke pedalaman ke arah utara yang akhirnya membangun parokng  nodor, parokng samoko ujung, parokng  sanoriatn, parokng  samo (lereng  gunung samalap) dan  parokng tamakng sahu.  Pada akhirnya parokng nodor, parokng samo, parokng  sanoriatn dan parokng tamakng sahu bergabung di parokng samoko ujung, namun karena lokasi kampung yang sempit karena di kaki bukit akhirnya mereka membangun kampung baru di seberang sungai antawak. Untuk menyeberang sungai antawak orang samoko lalu membuat jembatan kecil yang dalam bahasa banyadu disebut  ''titi''.  Titian itu dibuat dari batang bambu atau dalam bahasa Banyadu disebut  ''tarekng''.  Karena  ''titi'' (jembatan kecil) penyeberangan mereka dibuat dari  ''tarekng'' (bambu) maka akhirnya mereka menamai kampung baru mereka dengan nama ''Tititarekng''.  Warga dari tamakng  tamia  ojol masuk ke pedalaman ke arah utara, mereka  mengikuti jejak warga yang berasal dari tamakng  bale.  Dipedalaman ke arah utara tersebut  mereka membangun parokng  tamia  sio.
[[Berkas:Banyadu.jpg|jmpl|420x420px|Seluruh Wilayah Asli Dayak Banyuke (orang Banyadu) Berwarna Biru Tua]]
Warga tamakng  pangao membangun  parokng  sabah, parokng karasik (di kaki gunung), parokng  pudo, dan parokng ampadatn.  Warga  tamakng magon membangun parokng barinang manyun,  parokng manyun, parokng padakng manyun, parokng kase, parokng antong, parokng sahang, parokng pano alatn,  dan  parokng tamu.  Warga dari tamakng Jarikng membangun parokng ngaro, parokng ojak, parokng sadange dan lain-lain, namun pada abad 15 masehi penduduk yang berasal dari tamakng Jarikng seluruhnya memakai bahasa baru yaitu bahasa Banane.  Warga tamakng  sunge  lubakng membangun parokng tolok, parokng  notos, parokng  bangsal  bahu.  Warga tamakng  amang membangun parokng  paloh  bamayak, parokng sunge dihatn, parokng sunge tuba, parokng sunge kunyit, parokng bangsal behe, parokng maran tayan dan parokng-parokng lainnya.
 
Orang banyadu yang berasal dari  tamakng  tapis di tepi sungai  tenganap (sungai Landak) membangun parokng  angkadu, parokng samabak, parokng  tanjung  petahi, parokng  engkalong, parokng  sangke, parokng  sansa, parokng teinam, parokng kuru, parokng jaga, parokng sunge lonyekng dan parokng-parokng lainnya.
 
Warga  Banyadu yang menempati tanah hadiah di DAS Balantiatn juga melakukan kegiatan perladangan, ladang-ladang mereka sampai di daerah hulu sungai  tayan, karena semakin jauh dari kampung-kampung mereka di DAS  balantiatn lalu memaksa mereka untuk membangun parokng (Kampung ladang) di sekitar ladang mereka. Adapun parokng-parokng orang Banyadu yang terdapat di daerah  tayan  hulu adalah di parokng  barakak, parokng  raman, parokng  tapang, parokng  sejirak, parokng  pagong, parokng  pangkalatn, parokng  mansan, parokng sungei taras dan parokng  sungei  ringin dan lain-lain.
 
== Budaya ==