Sastra di Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
k kateg, sdkt menetralkan
Baris 1:
Kehidupan [[sastra Lampung]] luardapat biasadikatakan sangat ingar bingar. Padahal,meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair [[Iwan Nurdaya-Djafar]] yang baru kembali ke [[Lampung]] serampung kuliah di [[Bandung]] sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih dunia yang sepi. Dia baru menjumpai [[Isbedy Stiawan Z.S.]], [[A.M. Zulqornain]], [[Sugandhi Putra]], [[Djuhardi Basri]], [[Naim Emel Prahana]], dan sedikit nama lainnya.
 
Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti [[Iswadi Pratama]], [[Budi P. Hatees]], [[Panji Utama]], [[Udo Z. Karzi]], [[Ahmad Yulden Erwin]], [[Christian Heru Cahyo]] dan lain-lain. Menyusul kemudian--sekadar menyebut beberapa nama--–[[Ari Pahala Hutabarat]], [[Budi Elpiji]], [[Rifian A. Chepy]], [[Dahta Gautama]] dkk. Penyair terkini, ada [[Dina Oktaviani]], [[Alex R.]], [[Jimmy Maruli Alfian]], [[Y. Wibowo]], [[Inggit Putria Marga]], [[Nersalya Renata]], dan [[Lupita Lukman]].
 
Selain itu ada cerpenis kuat [[Dyah Indra Mertawirana]] dan [[M. Arman AZ.]]
 
Puluhan sastrawan Lampung meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal, dan majalah seantero negeri. Tidak berlebihan jika menyebut Lampung sebagai provinsi penyair. ''[[Leksikon Seniman Lampung]]'' (2005) saja, misalnya, menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung.
 
[[Kategori:Sastra Indonesia]]
[[Kategori:Lampung]]