Victor Ido: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 3:
Sebagai penulis sastra karyanya menyoroti diskriminasi dan realita sosial ekonomi menengah dan kelas bawah [[Orang Indo|Indo-Eropa dari akhir abad ke-19]].
Sebagai seorang yang inovatif dan pengarang drama yang sukses dia memasukkan banyak adat yaitu unsur budaya Indonesia menjadi format teatrikal barat
== Kehidupan awal ==
Ibunya yang berasal dari Indo (Eurasia) tergolong lapisan sosial yang lebih rendah dari lapisan masyarakat Eropa, di mana terus menerus kekurangan uang,kemiskinan dan melanjutkan perjuangan untuk hidup yang eksis di akhir abad ke-19.Sebuah suasana yang ia tunjukan dalam karya sastranya
Karena warisan ibunya ia dan saudaranya memiliki kesempatan untuk pergi ke Belanda dan belajar seni (musik). Setelah tinggal di Belanda, ia
== Novelis ==
Pada tahun 1900 surat kabar ''Java Bode''
Kemudian di novel "orang miskin" (1915) ia terpikat dengan tema ini.Novel ini bercerita tentang kisah "kleine bung" (sebuah istilah campuran Melayu-Belanda yang berarti adik kecil digunakan untuk menggambarkan orang Indo dari lapisan masyarakat bawah) yang penuh dengan kebencian dan frustrasi, yang disebabkan oleh diskriminasi,kurangnya kenaikan kelas sosial dan hidup dalam kemiskinan. Ido jelas menggambarkan karakter kebencian terhadap ekspatriat kulit putih Eropa yang memperlakukan dia sebagai warga kelas kedua.<ref>Nieuwenhuys, Rob ''Oost-Indische Spiegel'' (Publisher: Amsterdam, 1978) P.298-301</ref> edisi terbaru diterbitkan pada tahun 1978.
== Pengarang drama ==
Prestasi penting lainya adalah cara Ido menggunakan budaya pribumi,yaitu epos dan
Namun, dalam versi tahun 1993, (...) kecaman keras terhadap feodalisme pribumi dan otoritas patriarkal, yang diilhami oleh nilai-nilai yang diturunkan dari Eropa, dibungkam agar sesuai dengan kondisi Orde Baru pasca-kolonial Indonesia.
Acara ini memperingati Ido sebagai seorang penulis drama Belanda daripada seorang dramawan Eurasia, karena dalam pemahaman nasionalis, kita-dan-mereka tentang sejarah Indonesia (teater), kontribusi substansial dari drama-drama Eurasia dan Cina, dramawan dan pemain sebagian besar diabaikan."<ref>Quote: ''"In Ido’s original work the Dutch-educated son and daughter of a Javanese district head denounce their father’s feudalism, espousing European ideals of equality in keeping with mixed-race, anti-colonial nationalism. The daughter, Karina Adinda, an independent-minded young woman inspired by the example of Kartini, defiantly stabs herself in order to join her murdered Dutch lover and avoid the marriage arranged for her by her father. In the 1993 version, however, the daughter’s suicide is avoided by the sudden appearance of her Dutch beloved, miraculously rescued from death. The play ends with a tableau where the son invokes nobility of ideas and deeds and asks for moral guidance from God."'' Hatley, Barbara ''Indonesian post-colonial theatre'' (Inside Indonesia, Jakarta, 01 August 2011).[http://www.insideindonesia.org/stories/indonesian-post-colonial-theatre-13031437]</ref></blockquote>Berkenaan dengan kritiknya, Ido pernah berkata: "''Anak-anak, anjing, dan drama tidak boleh disukai semua orang.Semua orang tidak memiliki karakter
== Karya ==
|