Iwan Simatupang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Memformat ISBN |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 42:
Ia belajar di [[HBS]] di [[Kota Medan|Medan]], lalu melanjutkan ke sekolah kedokteran (NIAS) di [[Kota Surabaya|Surabaya]] tetapi tidak selesai. Kemudian belajar [[antropologi]] di Universitas Leiden (1954-56), drama di Amsterdam, dan [[filsafat]] di Universitas Sorbonne, [[Paris]], Perancis pada Prof. Jean Wahl pada 1958.<ref name="SoutheastAsianStudies" /><ref name="LontarDramaAnth">{{cite book|editor1-first=Michael|editor1-last=Bodden|editor2-first=John H.|editor2-last=McGlynn|title = The Lontar anthology of Indonesian drama|publisher = Lontar|location = Jakarta, Indonesia|year = 2010|isbn = 979-8083-72-5 }}</ref> Selain itu, ia juga belajar di Full Course International Institiute for Social Studies di Den Haag dan Ecole de l'Europe tahun 1957.<ref name=":0">Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 365</ref>
Ia pernah menjadi guru SMA di Surabaya, redaktur ''Siasat'', dan terakhir redaktur ''Warta Harian'' (1966-1970).
Tulisan-tulisannya dimuat di majalah [[Siasat (majalah|Siasat]] dan [[Mimbar Indonesia (majalah|Mimbar Indonesia]] mulai tahun 1952. Pada mulanya ia menulis [[sajak]], tetapi kemudian terutama menulis [[esai]], [[cerita pendek]], [[drama]] dan [[roman]].
Baris 71:
* Iwan Simatupang Pembaharu Sastra Indonesia (Korrie Layun Rampan, ed), Yayasan Arus, 1985
== Tanggapan ==
Sebagai pengarang [[prosa]] ia menampilkan gaya baru, baik dalam esainya, maupun dalam drama, cerita pendek dan terutama dalam romannya; dengan meninggalkan cara-cara [[konvensional]] dan alam pikiran lama. Jalan cerita dan penampilan [[watak]] dalam semua karangannya tidak lagi terikat oleh logika untuk sampai kepada nilai-nilai baru yang lebih mendasar.
Beberapa kritikus menyebut karya-karya Iwan Simatupang sebagai karya ''avantgarde''. Tapi, Iwan menyebut dirinya manusia marginal, manusia perbatasan. Tokoh-tokoh cerita Iwan cenderung menampilkan manusia yang terpisah, kesepian, terasing, dan murung. Menurutnya, tokoh-tokohnya adalah manusia perbatasan atau manusia eksistensialis.<ref name=":0" />
|