Multikomunikasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 3:
Alasan mengapa multikomunikasi memungkinkan baik dari segi fisik maupun [[Kognisi|kognitif]] adalah karena manusia, atau ''presence allocators'' pada umumnya lebih cepat berfikir dibanding berbicara atau mengetik.<ref name="Turner, J. W. 2008">Turner, J. W., Reinsch, L. & Tinsley, C. (2008). </ref> Kebanyakan studi neurosains pun mengimplikasikan bahwa kita tidak begitu mampu secara kognitif dalam melakukan banyak tugas secara bersamaan; kita hanya mampu bertukar tugas antara satu dengan yang lainnya. Ini berarti bahwa mereka yang mampu melakukan banyak tugas secara bersamaan atau dalam hal ini, multikomunikasi biasanya cukup cepat dalam mengalokasikan atau memindahkan perhatian di antara banyak pesan. .<ref>Ocasio, W. (2011). </ref>
Banyak orang terlibat dalam beragam percakapan sebagai respon terhadap permintaan dari yang lain. Banyak pegawai mempercayai bahwa multikomunikasi meningkatkan [[produktivitas]] dan efisiensi kerja, meskipun melalui wawancara mendalam mengenai multikomunikasi, hasil yang diperoleh sering beragam. Riset juga menunjukkan bahwa telpon dan surel adalah kombinasi yang paling sering digunakan dalam multikomunikasi, termasuk aplikasi pendukungnya (seperti: ''sms'' dan pesan singkat lainnya).
== Sejarah ==
Sebagai konsep, multikomunikasi pada pokoknya dibentuk dari karya Hall pada polychronicity, teori Goffman's mengenai presentasi diri, serta gagasan dari Daft dan Lengel mengenai kesempurnaan media; multikomunikasi juga mirip dengan gagasan ''multitasking.'' Meskipun begitu, multikomunikasi tidak hanya mengatur tugas, namun juga mengatur percakapan, masyarakat, dan media secara bersamaan. Stephen, Cho, dan Ballard menguraikan perbedaan ini dalam tulisan pada tahun 2011 yang membandingkan dovetailing (penyusunan komunikasi dengan teratur) dengan multikomunikasi (interaksi yang terjadi secara bersamaan).
Multikomunikasi erat kaitannya dengan karya Hall pada tahun 1959 mengenai polychronicity; faktanya, multikomunikasi pada awalnya disebut "komunikasi ''polychronic''" pada satu dari sekian presentasi ilmiah Turner dan Reinsch terhadap komunitas akademik yang lebih luas..<ref>Turner, J. W., & Reinsch, L. (2005). </ref> Melalui bukunya pada tahun 1959 yang berjudul "''The Silent Language''" Hall menciptakan terminologi ''polychronicity'' dan pada karya selanjutnya mengembangkan argumen bahwa ''polychronicity'' adalah pengukuran terhadap preferensi budaya mengenai partisipasi terhadap beberapa aktifitas dalam satu waktu. Transisi konsep yang penting terjadi pada akhir tahun 90-an, ketika Bluedron <ref>Bluedorn, A. C., et al. (1999). </ref> menjadi satu dari beberapa cendekiawan yang mengadaptasi terminologi ''polychronicity'' dari konteks budaya dan mengaplikasikannya dalam lingkungan kerja..
|