Paulus Hendrikus Janssen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 64:
== Penugasan di Indonesia ==
Setelah berhasil menempuh studi dengan gemilang, Romo Janssen ditugaskan di Indonesia. Romo Janssen tiba pertama kali di Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya tanggal 11 Mei 1951 dan oleh pemimpin Gereja Katolik Lokal di Keuskupan Surabaya, beliau ditugaskan di Kediri, Jawa Timur.
== Karya ==
Baris 106:
:::''"..Pengembangan Masyarakat dilakukan dengan kunjungan rumah ''(Outreach)'', RBM, penanganan di Wisma'' <ref>Vivian Velema, (2009), Rehabilitation Design in Indonesia, Den Haag</ref>'' pada semua sentra yang tersedia di 15 propinsi tersebut. Beliau juga membimbing didirikannya posko-posko pelayanan di daerah terpencil jika situasi geografis tidak memungkinkan untuk penyandang disabilitas dikunjungi di lingkungannya. Teknik dan metode pelayanan dilakukan berdasarkan hasil studi beliau sendiri tentang "ultimate causes of society" di Manila dan pengalaman-pengalaman pengembangan masyarakat dan rehabilitasi berbasis terapeutik sejak berada di Indonesia. Semua bentuk terapeutik terhadap seorang penyandang disabilitas pun mengikuti pola "Standard Operational Procedure" terapeutik yang dari hasil assessment Kebutuhan dan "baseline Kemampuan" anak tersebut. Dan dilengkapi dengan pembentukan perilaku pelayanan dalam kultur organisasi Pelayanan Bhakti oleh Romo Janssen sendiri, sikap dan profesionalitas para pekerja pun perlahan-perlahan membentuk kebiasaan pelayanan Bhakti atas dorongan pembiasaan perilaku tersebut'' <ref name=":6">Yohanes Fenan, (2013), Father Paul Janssen and the modification of organizational culture to inherit the Spirituality of Bhakti, Biopsychological of Human Resource Studies, Herfordshire. </ref>''. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat pun dilakukan melalui aksi-aksi komunitas yang dibentuk terhadap masyarakat jika masyarakat setempat siap mendukung adanya tanggung jawab terhadap penanganan penyandang cacat di lingkungan mereka sendiri.''<ref name=":6" />
:::''"...dan, ide Romo Janssen yang paling cerdas adalah membuat istilah RBM yang dalam Bahasa Inggris disebut "CBR" (Community Based Rehabilitation) oleh World Health Organization, kemudian disederhanakan menjadi "Cari Bina Rawat" (CBR), untuk memudahkan eksplorasi penyandang disabilitas di masyarakat, yang disembunyikan oleh keluarga karena aib, yang sangat terpencil dalam jangkauan operasional kunjungan dsb". Istilah tersebut kemudian diintegrasikan dalam bimbingan dan pembiasaan-pembiasaan perilaku pelayanan hingga para pekerja sosial di Indonesia menjadi biasa dan perlahan-lahan memahami konsep RBM itu sendiri sebagai "praxis Bhakti" dan sebagai strategi untuk menangani dan memberdayakan para Penyandang Disabilitas''".
Pencapaian yang besar ini menciptakan semangat dan motivasi bagi para pekerja soail yang dididik Romo Janssen untuk terus mengembangkan bantuan kepada penyandang disabilitas tanpa memandang perbedaan di dalam lapisan masyarakat dengan fenomena dan konteks sosial yang kompleks.
|