Junkers Ju 87: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Avrianshah (bicara | kontrib) Menambah beberapa hal |
||
Baris 35:
Setelah [[Nazisme|Nazi]] berkuasa, desain diberikan prioritas. Meskipun kompetisi awal dari [[Henschel]] Hs 123, Reichsluftfahrtministerium (RLM, kementerian penerbangan Jerman) beralih ke desain Herman Pohlmann dari Junkers dan co-desainer K 47, Karl Plauth. Selama uji coba dengan K 47 pada tahun 1932, stabilisator vertikal ganda diperkenalkan untuk memberikan penembak belakang bidang yang lebih baik dari api. Yang utama, dan apa yang menjadi ciri paling khas dari Ju 87 adalah sayap camarnya yang berubah ganda. Setelah kematian Plauth, Pohlmann melanjutkan pengembangan pengebom tukik Junkers. The Ju A 48 pendaftaran D-ITOR, awalnya dilengkapi dengan mesin BMW 132, menghasilkan 450 kW (600 hp). Mesin itu juga dilengkapi dengan rem selam untuk pengujian menyelam. Pesawat ini diberi evaluasi yang baik dan "menunjukkan karakteristik terbang yang sangat baik".
Ernst Udet langsung menyukai konsep pengeboman selam setelah menerbangkan Curtiss F11C Goshawk. Ketika Walther Wever dan Robert Ritter von Greim diundang untuk menonton Udet melakukan penerbangan uji coba pada Mei [[1934]] di Jüterbog artileri, itu menimbulkan keraguan tentang kemampuan pengebom tukik. Udet mulai menyelam pada 1.000 m (3.300 kaki) dan melepaskan bom 1 kg (2,2 lb) pada 100 m (330 kaki), hampir pulih dan menarik diri dari penyelaman. Kepala Kantor Komando [[Luftwaffe]] Walther Wever, dan Menteri Luar Negeri untuk Penerbangan Erhard Milch, khawatir bahwa saraf dan keterampilan tingkat tinggi seperti itu tidak dapat diharapkan dari "rata-rata pilot" di [[Luftwaffe]]. pengembangan berlanjut di Junkers. [3] "Kisah cinta yang berkembang" Udet dengan [[pengebom tukik]] mendorongnya ke garis depan perkembangan penerbangan Jerman. Udet pergi sejauh ini untuk menganjurkan bahwa semua pengebom menengah harus memiliki kemampuan menyelam-pemboman, yang pada awalnya mengutuk satu-satunya, strategi pembom berat strategis yang didedikasikan untuk memasuki layanan garis depan Jerman selama tahun-tahun perang - lebar sayap 30 meter Dia 177A - untuk memiliki desain airframe (karena Udet memeriksa rincian desainnya pada bulan November 1937) yang dapat melakukan misi-misi penyelaman selam "sudut menengah", sampai Reichsmarschall [[Hermann Göring]] membebaskan He 177A, satu-satunya pembom berat operasional [[Jerman]], pada bulan September [[1942]] dari diberi tugas seperti profil misi yang tidak cocok untuk airfra yang besar.
Kecil, sekilas mirip pesawat tempur pada zamannya yang condong ringan dan praktis. Tapi banyak yang mengatakan bentuk pesawat ini ugly (jelek) dan tidak lincah. Dengan mesin Jumo 210 Ca (versi Anton) berkekuatan 640 Tenaga Kuda, kecepatan terbangnya pun lambat, hanya 285 km/jam. Senjata pertahanannya juga terbilang minim. Yakni satu senapan MG 17 kaliber 7,92 mm di sayap. Dalam beberapa hal, satu senapan manual MG 15 kaliber 7,92 mm digunakan gunner (penembak) di kokpit belakang.
Pesawat ini juga mengadopsi sistem inovatif berupa ‘dive brakes’ yang akan membuat pesawat kembali pada posisi normal setelah melakukan tukikan untuk mengantisipasi pilot yang mengalami ‘blacked out’ (pingsan sesaat) akibat manuver dalam kecepatan tinggi. <br />
== Peluit kematian ==
Banyak sejarahwan penerbangan kagum dan menggolongkan pembom buatan Junkers Jerman ini sebagai yang legendaris. Bila di udara ibarat sebuah predator yang mengerikan. Jalannya yang pelan tiba-tiba bisa berubah menjadi sebuah tukikan burung besi yang mengantarkan bom-bom SC 250 kg sambil melengkingkan suara khas, "peluit kematian" dari terompet Jerricho yang dipasang para penerbangnya di batang roda utama. Tentara musuh yang menjadi sasaran hanya terbengong-bengong sebelum menyadari makhluk aneh baru di angkasa.
Salah satu sejarahwan yang memberikan komentarnya terhadap Ju 87 adalah William Green dengan mengatakan Stuka sebagai "An evil looking machine with something of the predatory bird in its ugly contours." Selain itu, dalam buku Warplane of the Luftwaffe (1994) disebutkan, Junkers Ju 87 adalah pesawat yang menenggelamkan kapal dan tank terbanyak dalam sejarah [[Perang Dunia II|PD II]] untuk semua jenis pesawat. Kecuali tidak menyaingi Ilyushin Il-2 Shturmovik buatan Soviet. Dapat dimaklumi memang, karena Il-2 merupakan pesawat yang diproduksi terbanyak dalam sejarah yakni sekitar 35.000 sementara Stuka hanya dibuat sejumlah 5.700 buah saja.
Kehebatan Ju 87 dalam melakukan pemboman tidak diragukan banyak kalangan saat itu. Dalam sejarah penerbangan, dua pembom lain yang disebut mampu menandingi keefektifannya adalah SBD Dauntless dan Pembom Aichi D3A Val Jepang.
Kiprah pertama Ju 87 dimulai manakala pembom ini ditugaskan AU Jerman dalam legion condor untuk menyokong kekuatan front Nasionalis dalam [[Perang Saudara Spanyol]] (1936-1939). Dalam ajang perang melawan pasukan tentara sosialis Republik sayap kiri yang ditopang kekuatan Uni Soviet ini, Ju 87 membuka cakrawala baru diantara seliweran pesawat tempur di udara seperti Heinkel He 51, Fiat CR.32, Messerschmitt Bf 109D (Nasionalis), Hawker Fury, Polikarpov I-16 (Republik) maupun pembom lain yakni Savoia Marchetti, Junkers Ju 52/3m (Nasionalis) dan Tupolev SB-2 (Republik). Tentara Republik berhasil dipukul mundur, dan nama Stuka melambung ke permukaan.
== Prosedur Menukik ==
{{terjemah}}Istilah pembom tukik, dimana pesawat melakukan gerakan tukik dan membom (dive and bombing), sebenarnya sudah tercetus dalam masa PD I. Bahkan, disebutkan, para perancang Jerman sebenarnya mempelajari teknik ini dari Angkatan Laut Amerika yang akhirnya diwujudkan dalam sayembara tahun 1933 dan dimenangkan Junkers Ju 87 Stuka (1935). Junkers sendiri sebenarnya mulai mengotak-atik teknik membom tukik ini tahun 1920, yakni dengan mengeluarkan pembom bersayap ganda K-47, yang duabelas buah diantaranya pernah dijual ke Cina (1928).
Kemampuan menukik dan keluar kembali dari lintasan tukik adalah kelebihan tersendiri dari pembom bersayap camar terbalik (inverted-gull) Ju 87. Selain untuk mengakuratkan pemboman juga karena mekanisme ini dikendalikan secara otomatis atau auto pilot. Penerbangnya hanya men-set altimeter serta sudut tukik yang diinginkan. Setelah itu tinggal menurunkan bilah rem (brake) dibawah sayap dan pesawat akan bergerak sendiri.
Terbang dengan ketinggian 4.600 m (15.100 kaki), pilot menemukan sasarannya melalui jendela pengeboman di lantai kokpit. Pilot memindahkan tuas tukik ke belakang, membatasi "lemparan" dari kolom kontrol. Rem selam diaktifkan secara otomatis, pilot mengatur tab trim, mengurangi throttle dan menutup flap pendingin. Pesawat itu kemudian berguling 180 °, secara otomatis menarik pesawat ke menukik. Tab merah menonjol dari permukaan atas sayap sebagai indikator visual untuk pilot yang, jika terjadi black-out yang dipicu oleh g, sistem pemulihan penyelaman otomatis akan diaktifkan. Stuka menukik di sudut 60-90 °, menahan kecepatan konstan 500-600 km / jam (350-370 mph) karena penyebaran menukik-rem, yang meningkatkan akurasi tujuan [[Ju 87]].
Baris 89 ⟶ 87:
Senjata ofensif adalah dua [[7,92 mm]] (0,312 in) [[MG 17]] senapan mesin dipasang satu di setiap sayap tempel undercarriage, dioperasikan oleh sistem pneumatik mekanik dari kolom kontrol pilot. Ops penembak / radio belakang
Pada versi G (Gustav) senjata ini diganti dengan sepasang kanon Flak 18 (BK 3,7) 37 mm, 12 peluru. Maka jadilah Ju 87G sebagai pembom dan penghancur tank yang mujarab. Oleh karenanya, julukan sebagai Kanonenvogel atau Canonbird maupun Panzernacker (pembelah tank) disandang pula oleh pembom yang masuk ke jajaran kekuatan udara Luftwaffe tahun 1937 ini. Bukti konkritnya, dalam Battle of Kursk (rangkaian penyerbuan Jerman ke Soviet, 1943-1944), Hans-Ulrich Rudel yang terbang dengan pembom ini sebanyak 2.530 sorti (meskipun tertembak jatuh 30 kali hingga sebelah kakinya harus diganti dengan kaki besi) berhasil memporak-porandakan 519 buah tank pasukan Tentara Merah. Hasil yang jelas menakjubkan.
Versi lainnya adalah Stuka model C (Clara) yang dibuat untuk mengisi kapal induk Graf Zeppelin. Pembom ini dilengkapi tail hook (pengait tali), sayap lipat (folding wing) dan kemampuan batang roda yang jettisonable (bisa dilepaskan) untuk pendaratan (ditching) di laut. Namun versi ini hanya 12 unit saja dibuat, menyusul dihentikan pengembangan kapal induknya. Versi lain adalah pembawa bom torpedo yakni Ju 87D (meski dalam kenyatannya fungsi pembom torpedo ini masih jauh lebih baik dilaksanakan oleh pesawat berkemampuan terbang lebih cepat dan berkapasitas muatan besar yakni Henschel He 11H dan Ju 88A). Versi jarak jauh Ju 87R dengan penambahan kapasitas fuel tank serta versi latih Ju 87H.
== Referensi ==
|