Abdul Hamid Lubis Hutapungkut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 209:
== Dakwah, ketokohan & pengaruh ==
Syekh Abdul Hamid membuka pengajian, dan berkeliling dari kampung ke kampung berdakwah dengan berkuda<ref name="Pelly 2017">{{cite news |last=Pelly |first=Usman |newspaper = Waspada |location = Medan |title=Ida Loemongga Nasution |page = Opini - B4 |date=2017-06-16 |year=2017
|url=https://issuu.com/waspada/docs/waspada_rabu_23_september_2015/18 |language=id |ref=harv |access-date=2018-04-03 }}</ref>. Syekh Abdul Hamid seperti juga para sahabatnya seperguruan sangat keras menantang aliran Tharikat Naqsyabandy, yang ketika itu sangat ramai di Hutapungkut dipimpin Syekh Sulaiman Al-Khodily, walaupun secara pribadi mereka di kampung itu berteman baik.<ref name="Pelly"/> Ketegasan Beliau menerangkan dan menegakkan hukum Islam serta memberantas segala adat istiadat jahiliah yang bercampur aduk dengan kepercayaan animisme dan dinamisme mau tidak mau menimbulkan pergesekkan dengan pemuka adat serta raja-raja Mandailing <ref name="Pelly"/>. Ketika Beliau sampai dihadapkan kepada pengadilan (Landrat) Belanda. Mungkin untuk menghindari kekisruhan lebih jauh dalam masyarakat. Beliau diminta pindah (sementara) ke Pematangsiantar.<ref name="Pelly"/>
 
=== Kota Pematang Siantar ===
Pada tahun 1918 M, Syekh Abdul Hamid meninggalkan Huta Pungkut menuju Pematangsiantar (Timbang Galung), disana beliau tinggal dirumah Siti Salmah Lubis (kemenakan kandungnya) dan suaminya Bayo Batubara<ref name="Pelly"/>. Belum ada kejelasan mengenai faktor penyebab Syekh Abdul Hamid meninggalkan Huta Pungkut <ref name="Pelly"/>. Beliau meninggalkan Hutapungkut dan dimutasikan ke Pematangsiantar adalah atas pemufakatan keluarga dan kalangan kuria (adat) <ref name="Pelly 2017"/>.
 
Saat berada Pematang Siantar, beliau pernah menjadi Qadhi di Timbang Galung.<ref name="Pelly"/><ref name="Lubis">{{Harvnb | Lubis | 2013 }}</ref> Selama dua tahun dia mengabdikan diri di tengah-tengah masyarakat Batak Simalungun.<ref name="Lubis"/>
Baris 234:
|url=https://jpp.go.id/24-nasional/303670-resmikan-tugu-titik-nol-islam-nusantara-presiden-akan-menginap-di-pesantren |language=id |ref=harv |archive-url=
|archive-date=|access-date=2018-03-30}}.</ref>. [[Nasution]] dan al-Mandaili dibelakang namanya menunjukkan bahwa beliau adalah seorang [[Mandailing]], saat ini berada di wilayah [[Kabupaten Mandailing Natal]], [[Sumatera Utara]].
# (1876 M - 1971 M)<ref name="Pulungan">{{cite thesis |type= Doctoral thesis|last = Pulungan |first = Abbas |title = PERANAN DALIHAN NA-TOLU DALAM PROSES INTERAKSI ANTARA NILAI-NILAI ADAT DENGAN ISLAM PADA MASYARAKAT MANDAILING DAN ANGKOLA TAPANULI SELATAN |publication-place= YOGYAKARTA |date= 2003-05-10 |year= 2003 |publisher=UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA |language = Indonesia |url = http://digilib.uin-suka.ac.id/14393/ |archive-url= |archive-date= |access-date=2018-04-03 |format = PDF |ref = harv}}.</ref> - Syekh Mahmud Fauzi; Belajar langsung dengan Syeikh Hutapungkut selama tiga tahun, tahun 1910 Syekh Mahmud Fauzi berangkat ke Mekkah atas dorongan gurunya tersebut, banyak menulis buku namun sekarang ini sudah banyak yang hilang, diantaranya yang dapat dicatat adalah Buku ''Menuju Mekkah-Madinah-Baitul Maqdis'', jabatan organisasi yang diembannya terakhir sebelum meninggal dunia adalah Rois Suriyah NU di Batang Toru <ref name="TOBAPOS 2018">{{cite web | title=Mengenal Ompung Guru H. Mahmud Fauzi Sidempuan | website=TOBAPOS | date=2018-04-16 | url=http://www.tobapos.com/2016/09/mengenal-ompung-guru-h-mahmud-fauzi.html | archive-url=https://web.archive.org/web/20180416200540/http://www.tobapos.com/2016/09/mengenal-ompung-guru-h-mahmud-fauzi.html | archive-date=2018-04-16 | dead-url=yes | language=id | access-date=2018-06-16}}</ref> ;
# KH. Ahmad Nasution; Ketua [[Nahdlatul 'Ulama|NU]] [[Sumatera Utara]], penulis riwayat hidup Syekh Abdul Hamid (lihat Sejarah Ulama-Ulama Sumatra Utara, IAIN-Sumut 1975).<ref name="Pelly"/>
# ND.Pane; mantan Ketua Umum [[Muhammadiyah]] Sumatera Utara.<ref name="Pelly"/>
Baris 252:
''Syekh Abdul Hamid meninggal 21 Mei 1928 di Hutapungkut, tetapi murid-murid Beliau telah meneruskan perjuangan Beliau tidak hanya mengajar ilmu agama mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi turut serta di medan pertempuran pisik dan mengisi kemerdekaan itu. Inilah i’tibar kearifan bangsa dalam adagium “Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang,” daripada banyak orang mati hanya meninggalkan pusara tua. Amien. ''
</poem></div>
|source = {{longitem|style=text-align:center;line-height:1.3em; |—&nbsp; Prof. Usman Pelly, Ph.D; 2015; [[Antropologi|Antroplog]] di [[Universitas Negeri Medan|UNIMED]] <ref name="Pelly"/> }}
}}