Sastra Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
*drew (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
'''Sastra Lampung''' memiliki kedekatan dengan tradisi [[Melayu]] yang kuat dengan [[pepatah]]-petitih, [[mantera]], [[pantun]], [[syair]], dan [[cerita rakyat]].
 
==[[Sastra Lisan]]==
[[Sastra lisan]] Lampung menjadi milik kolektif etnik [[Lampung]]. Ciri utamanya kelisanan, [[anonim]], dan lekat dengan kebiasaan, [[tradisi]], dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat [[Lampung]]. Sastra itu banyak tersebar dalam masyarakat dan merupakan bagian sangat penting dari khasanah budaya [[etniketnis Lampung]].
 
=== '''Jenis Sastra Lisan Lampung''' ==
[[Sastra lisan]] Lampung menjadi milik kolektif etnik [[Lampung]]. Ciri utamanya kelisanan, [[anonim]], dan lekat dengan kebiasaan, [[tradisi]], dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat [[Lampung]]. Sastra itu banyak tersebar dalam masyarakat dan merupakan bagian sangat penting dari khasanah budaya [[etnik Lampung]].
 
=== '''Jenis Sastra Lisan Lampung''' ==
A. Effendi Sanusi (1996) membagi lima jenis sastra tradisi lisan Lampung: [[peribahasa]], [[teka-teki]], [[mantera]], [[puisi]], dan [[cerita rakyat]].
 
Baris 36 ⟶ 35:
Tidak seperti sastra Jawa, Sunda, dan Bali yang sudah lama memiliki sastra modern, sastra modern (berbahasa) Lampung baru bisa ditandai dengan kehadiran kumpulan sajak dwibahasa Lampung Indonesia karya [[Udo Z. Karzi]], ''Momentum'' (diterbitkan Dinas Pendidikan Lampung, 2002).
 
25 puisi [[Udo Z. Karzi]] yang ada dalam ''Momentum'' tidak lagi patuh pada konvensi lama dalam tradisi perpuisian ber[[bahasa Lampung]], baik struktur maupun dalam tema. Dengan kata lain, [[Udo Z. Karzi]] melakukan pembaruan dalam perpuisian berbahasa Lampung. Atas upayanya ini, dia disebut "Bapak Puisi Modern (Berbahasa) Lampung".