Tato: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
K1chi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
K1chi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
 
[[Berkas:Man with tattoo on his back - at the beach - cropped.jpg|thumb|Rajah di punggung seorang laki-laki]]
Kata “tato” berasal dari kata Tahitian / Tatu, yang memilki arti : menandakan sesuatu. '''Rajah''' atau '''tato''' ([[Bahasa Inggris]]: ''tattoo'') adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan [[pigmen]] ke dalam [[kulit]]. Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen mikro. Rajah dapat dibuat terhadap kulit [[manusia]] atau [[hewan]]. Rajah pada manusia adalah suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara rajah pada hewan umumnya digunakan sebagai identifikasi.
Baris 32 ⟶ 31:
 
Suku [[Mentawai]] memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam.
 
==== Tato pada Suku Dayak Masa Lampau ====
 
 
[[Suku Dayak]] – seperti beberapa suku lainnya seperti suku Mentawai- menganggap tato/ merajah tubuh sebagai sebuah tradisi yang menyangkut hal religius dan menandakan sebuah strata sosial. Pada suku Dayak, mereka mengenalnya dengan nama ''Betik''. Selain sebagai nilai budaya, tato merupakan bentuk seni spiritual yang memadukan gambar dari manusia, hewan dan tumbuhan menjadi sebuah kesatuan yang mengekspresikan kesatuan dari kehidupan manusia beserta hal-hal spiritual yang terdapat di dalam lingkungan kosmos.
 
Betik dilakukan pada seorang anggota suku Dayak sebagai sebuah penghargaan bagi mereka karena dianggap ‘pahlawan’. Terdapat aturan-aturan tertentu bagi tiap anggota suku Dayak dalam menggambarkan tato, tergantung dari status sosial orang yang ditato dan hal-hal apa saja yang telah dilakukan oleh orang tersebut. Tato bisa juga dianggap berbeda bagi pria dan wanita, masing-masing memiliki ‘jatah’ dan patokan tersendiri.
 
Seperti misalnya, bila seorang pria dari Suku Dayak berhasil memenggal kepala musuh, maka ia bisa ditato. Memenggal kepala musuh dianggap sebagai suatu ‘keberhasilan’ sendiri karena merupakan suatu tantangan yang cukup berat. Ia akan dianggap kuat, hebat dan lain sebagainya.
 
 
* '''Cara Pembuatan Tato pada Suku Dayak'''
 
Sebelum membuat tato umumnya mereka melukiskan terlebih dahulu motif yang akan dilukis. Setelah itu, tato diukir dengan menusukkan mata jarum hingga menembus kulit. Sebelum mengenal jarum, mereka membuat tato dengan menggunakan duri yang didapat dari pohon jeruk.
 
Untuk melukiskan tato di tubuh, masyarakat Dayak menggunakan bahan alam, yaitu berupa arang kayu [[damar]] dan kayu [[ulin]] sebagai bahan utama yang mereka pakai. Selain itu, bisa juga digunakan [[jelaga]] periuk untuk menghasilkan warna hitam. Caranya, arang kayu damar ditumbuk hingga halus. Hasilnya kemudian dicampur dengan minyak tradisional Suku Dayak. Setelah bahan dicampur, sudah bisa dipakai untuk melakukan tato tradisional Suku Dayak.
 
 
* '''Tato dan Wanita Suku Dayak'''
 
Seperti seorang pejuang hebat yang ditato sebagai keberhasilannya dalam memburu manusia, wanita ditato sebagai penghargaan mereka karena keberhasilan mereka dalam menenun, menari, ataupun menyanyi dengan tujuan protektif. Dalam kepercayaan ritual, tenunan menghubungkan mereka dengan roh-roh penolong sebelum mereka merancang tenunannya. Hal ini menginspirasikan jiwa yang lain untuk membuat tenunan baru. Pekerjaan tekstil, secara sosial dan ritual ‘dihargai’ dengan dibuatnya tato pada tangan wanita.
 
 
* '''Kepercayaan mengenai Tato pada Suku Dayak'''
 
Pada kaum wanita, tato berhubungan dengan kepercayaan/ religi. Tato diyakini menjadi suatu penerangan/ obor yang akan menemani seseorang ketika ia mengalami kematian, yaitu sebagai teman dalam menjalani keabadian. Unik memang. Maka dari itu, tattoo yang semakin banyak merupakan suatu hal yang baik , semakin banyak tattoo di tubuh mereka, berarti semakin banyak obor yang akan menemani mereka menempuh jalan keabadian setelah kematian.
 
Kematian dan kelahiran merupakan hal yang penting yang ditampilkan dengan lingkaran tato.Tato menawarkan suatu kesaksian secara visual sebagai penolakan dari seorang Suku Dayak untuk menerima akhir dari kematian yang tidak dapat dihancurkan.
 
Tato merupakan simbol [[artikulasi]] yang menggambarkan ideologi Dayak secara implisit akan kehadiran mereka dalam kehidupan, seolah-olah merupakan sebuah kanvas akan kehidupan mereka sendiri.
 
Dalam ritual melakukan tato, anggota pria dari keluarga menggunakan pakaian berbahan kulit kayu. Pakaian kulit ini normalnya dipakai pada mayat dari pemimpin suku pada masa pemakamannya atau dipakai oleh para janda.
 
Di saat yang berbeda, para pemburu kepala manusia menggunakannya selama upacara penting. Tampaknya hubungan antara tato dengan penggunaan pakaian berbahan kulit kayu mengindikasikan bahwa seseorang akan mengalami suatu sisi baru dalam kehidupan setelah mengalami kematian.
Maka tidak mengherankan, setiap komunitas Suku Dayak yang terdiri dari individu-individu terbagi atas kematian dan kehidupan, dimana setiap anggota suku yang meninggal kemudian akan tinggal bersama para [[leluhur]]/ [[nenek moyang]] mereka, di suatu tempat yaitu ''village of the dead''. Disanalah sebuah dunia yang sempurna dibangun, banyak pohon yang berbuah, jalan setapak dilapisi emas dan perhiasan, yang merupakan hal yang paling dianggap sempurna oleh anggota Suku Dayak pada kehidupan setelah kematian.
 
Dengan konsep tersebut, tato dan kematian tak mungkin terlepas dari hal yang lain. Ketika roh seorang suku Kayan (salah satu bagian dari suku Dayak) pergi meninggalkan raganya, maka roh tersebut pergi ke ''village of the dead''. Dalam perjalanan tersebut, roh mengalami berbagai rintangan dalam penerbangan spiritual tersebut.
 
Yang paling sulit setelah kematian adalah melalui Sungai Kematian. Berdasarkan tradisi, hanya roh wanita yang memiliki tato yang memberikan keturunan untuk keluarganya dan seorang pemburu kepala manusia (headhunter) yang menunjukkan tato di tangannya sebagai tanda kesuksesan, yang dapat menyeberangi jembatan balok kayu diantara air sungai kematian yang berbahaya.
 
[[Maligang]] atau penjaga jembatan seringkali tidak memberikan ijin untuk roh-roh tertentu untuk melewati jembatan dan menjatuhkan mereka ke sungai tersebut. Tragisnya, terdapat ikan-ikan berukuran besar bernama “Patan” (a giant catfish).
 
Bagaimanapun juga, jika roh memiliki tato, mereka bebas untuk melewati kegelapan di sisi yang lain. Meskipun dunia tersebut sunyi dan tidak nyaman, roh-roh yang memiliki tato mulai terbakar dengan cemerlang dan perlahan mereka akan terbawa ke tempat peristirahatan terakhir, dimana mereka dapat berjumpa dengan para nenek moyang/leluhur mereka.