Sejarah Malang Raya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 140.213.57.128 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 196.52.34.6
Tag: Pengembalian
Bagian Etimologi dan Masa Pra-Sejarah beserta referensinya
Baris 1:
'''Kota Malang''' memiliki sejarah yang panjang, mulai dari [[Purba|masa purbakala]]. Kota yang didirikan pada zaman [[Belanda]]<ref>{{Cite news|url=https://daerah.sindonews.com/read/1160008/29/alun-alun-malang-simbol-perebutan-kekuasaan-belanda-dan-jepang-1480673849|title=Alun-alun Malang, Simbol Perebutan Kekuasaan Belanda dan Jepang|newspaper=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2017-11-18}}</ref> ini telah mengalami berbagai peristiwa penting, mulai dari kejayaan kerajaan-kerajaan di [[Nusantara]] hingga pembangunan kota secara besar-besaran oleh [[Hindia Belanda|Pemerintah Penjajahan Belanda]]. Kota ini didirikan pada [[1 April]] [[1914]] sebagai kotapraja.
 
== Masa purbakalaEtimologi ==
Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Nama "Malang" muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi) yang ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975 oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di [[Wlingi, Blitar|Wlingi]], [[Kabupaten Blitar]]. Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya (dengan terjemahannya sebagai berikut) sebagai berikut.
[[Berkas:Serpihan_Peninggalan_Kerajaan_Kanjuruhan.jpg|kiri|jmpl|300x300px|Serpihan dari peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di sekitar [[Tlogomas, Lowokwaru, Malang|Tlogomas]]<ref>{{Cite news|url=http://www.jurnalmalang.com/2013/10/sejarah-malang-raya-di-era-kanjuruhan.html|title=SEJARAH MALANG (DI ERA KANJURUHAN ABAD 8 MASEHI -Bagian 1)|newspaper=JURNALMALANG.COM|access-date=2017-10-14}}</ref>]]
{| class="wikitable"
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa [[Prasejarah|purbakala]] sebagai kawasan pemukiman. Banyaknya [[sungai]] yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah [[Dinoyo, Lowokwaru, Malang|Dinoyo]] dan [[Tlogomas, Lowokwaru, Malang|Tlogomas]] diketahui merupakan kawasan pemukiman [[prasejarah]].<ref name="Dahlia">Dahlia Irawati. [http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/15/17400542/ditemukan.fondasi.peninggalan.kerajaan.kanjuruhan.di.malang Ditemukan, Fondasi Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang]. Kompas daring. Edisi 15 Oktober 2009. Diakses 16-10-2009.</ref> Selanjutnya, berbagai [[prasasti]] (misalnya [[Prasasti Dinoyo]]), bangunan percandian dan arca-[[arca]], bekas-bekas [[fondasi]] [[batu bata]], bekas saluran [[drainase]], serta berbagai [[gerabah]] ditemukan dari periode akhir [[Kerajaan Kanjuruhan]] (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.<ref name="Dahlia" /><ref>[http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/16/11372471/fondasi.kuno.1.300.tahun.lalu.ditemukan Fondasi Kuno 1.300 Tahun Lalu Ditemukan]. Kompas Daring Edisi 16 Oktober 2009. Diakses 16-10-2009.</ref>
|Teks
|Terjemahan
|-
{{Verse translation|''...taning sakrid Malang-akalihan''
 
''wacid lawan macu pasabhanira ''
== Asal-usul nama Malang ==
Nama Malang sampai saat ini masih diteliti [[Etimologi|asal-usulnya]] oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal usul nama Malang. Sampai saat ini telah diperoleh beberapa [[hipotesis]] mengenai asal usul nama Malang tersebut.
 
''dyah Limpa Makanagran I...''
Menurut hipotesis pertama, Malangkuçeçwara (dibaca malangkusheshwara) yang tertulis di dalam lambang kota itu<ref>{{Cite news|url=https://ngalam.co/2015/12/24/arti-dan-makna-lambang-kota-malang/|title=Arti dan Makna Lambang Kota Malang - Ngalam.co|last=Akaibara|date=2015-12-24|newspaper=Ngalam.co|language=id-ID|access-date=2017-10-22}}</ref> merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti [[Dyah Balitung|Raja Balitung]] dari [[Jawa Tengah]], yakni [[Prasasti Mantyasih]] tahun [[907]] dan prasasti [[908]] yakni diketemukan di suatu tempat antara [[Kota Surabaya|Surabaya]] dan Malang. Namun demikian, letak sesungguhnya bangunan suci Malang Kuçeçwara itu belum disepakati oleh para ahli.<ref name=":5" /> Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah Gunung Buring, suatu pegunungan yang membujur di sebelah timur Kota Malang yang memiliki puncak yang bernama Malang.<ref name=":5" /> Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata di sebelah barat Kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.<ref name=":5">{{Cite web|url=http://kelsumbersari.malangkota.go.id/sejarah-kota-malang/|title=SEJARAH KOTA MALANG »|website=kelsumbersari.malangkota.go.id|language=id-ID|access-date=2017-09-25}}</ref>
dyah Limpa Makanagran I...|…di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
 
Hipotesis kedua menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah [[Tumpang]], suatu tempat di sebelah utara Kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama [[Malangsuko, Tumpang, Malang|Malangsuko]], yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuça (dibaca Malankusha) yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti [[Candi Jago]] dan [[Candi Kidal]], yang keduanya merupakan peninggalan zaman [[Kerajaan Singasari]].<ref name=":5" />
 
Dari kedua hipotesis di atas tersebut, masih pula belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang, bangunan suci Malangkuçeçwara yang terlertak di daerah di sekitar Kota Malang sekarang ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Dalam sebuah prasasti tembaga yang ditemukan pada akhir tahun [[1974]] di perkebunan Bantaran, perkebunan [[Wlingi]] di sebelah barat daya Malang tertulis dalam salah satu bagiannya sebagai berikut.<ref name=":5" />
{{Verse translation|...taning sakrid Malang-akalihan
wacid lawan macu pasabhanira
dyah Limpa Makanagran I...|…di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu,
persawahan Dyah Limpa yaitu…|lang=jv}}
Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad [[Abad ke 12|12 Masehi]].<ref name=":5" />
 
persawahan Dyah Limpa yaitu…|lang=jv}}
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni ''mala'' yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan, ''angkuça'' (dibaca angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan, dan ''içwara'' (dibaca ishwara) yang berarti Tuhan. Oleh karena itu, Malangkuçeçwara berarti Tuhan telah menghancurkan kejahatan.<ref name=":5" />
|}
Malang di sini merujuk pada sebuah daerah di timur Gunung Kawi. Meskipun telah diketahui bahwa penggunaan Malang setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya.
 
Hipotesis pertama merujuk pada nama sebuah bangunan suci bernama ''Malangkuçeçwara'' (<small>diucapkan</small> [[wikipedia:IPA untuk bahasa Indonesia|[malaŋkuʃeʃworo]]]). Bangunan suci tersebut disebut dalam dua prasasti [[Dyah Balitung|Raja Balitung]] dari [[Kerajaan Medang|Mataram Kuno]], yakni [[Prasasti Mantyasih]] tahun 907 Masehi dan Prasasti 908 Masehi.<ref name=":0">M. A. Mihaballo, H. Susanto, & Sriyana (2013). ''The Miracle of Language'', Jakarta: Elex Media Computindo. pp. 201-202</ref> Para ahli masih belum memperoleh kesepakatan di mana bangunan tersebut berada. Di satu sisi, ada sejumlah ahli yang menyebutkan bahwa bangunan ''Malangkuçeçwara'' terletak di daerah Gunung Buring, suatu pegunungan yang membujur di sebelah timur Kota Malang di mana terdapat salah satu puncaknya bernama "Malang".<ref name=":0" /> Pihak yang lain di sisi lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci tersebut terdapat di daerah [[Tumpang, Malang|Tumpang]], [[Kabupaten Malang]]. Di daerah tersebut, terdapat sebuah desa bernama [[Malangsuko, Tumpang, Malang|Malangsuka]], yang menurut para ahli sejarah berasal dari kata ''Malangkuça'' (<small>diucapkan</small> [[wikipedia:IPA untuk bahasa Indonesia|[malankuʃoː]]]) yang diucapkan terbalik. Pendapat ini diperkuat oleh keberadaan peninggalan-peninggalan kuno di sekitar Tumpang seperti [[Candi Jago]] dan [[Candi Kidal]] yang merupakan wilayah [[Kerajaan Singasari|Kerajaan Singhasari]].<ref name=":0" />
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan [[Mataram]] yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.<ref name=":5" />
 
Nama ''Malangkuçeçwara'' terdiri atas 3 kata, yakni ''mala'' yang berarti kebatilan, kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan, ''angkuça'' (dibacadiucapkan angkusha[[wikipedia:IPA untuk bahasa Indonesia|[aŋkuʃo]]]) yang berarti menghancurkan atau membinasakan, dan ''içwara'' (dibacadiucapkan ishwara[[wikipedia:IPA untuk bahasa Indonesia|[iʃworo]]]) yang berarti Tuhan. Oleh karena itu, ''Malangkuçeçwara'' berarti "Tuhan telah menghancurkan kejahatanyang batil".<ref>Makna name="Lambang - Pemerintah Kota Malang,’ ''Pemerintah Kota Malang'' (daring), https:5"//malangkota.go.id/sekilas-malang/makna-lambang/ diakses pada 21 September 2017</ref>
== Masa kerajaan Hindu dan Islam ==
[[Berkas:Candi_Badut_2.jpg|jmpl|300x300px|[[Candi Badut]], salah satu peninggalan [[Kerajaan Kanjuruhan]]<ref>{{Cite web|url=http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/candi-badut.html|title=Candi Badut|website=Sejarah dan Budaya Nusantara|access-date=2017-10-22}}</ref> yang menjadi bukti bahwa Kerajaan Kanjuruhan adalah tonggak perkembangan Kota Malang]]
Munculnya [[Kerajaan Kanjuruhan]] tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.<ref name=":5" /> Oleh karena itu, kerajaan tersebut dianggap sebagai cikal bakal kota ini.
 
Hipotesis kedua merujuk sebuah kisah penyerangan pasukan [[Kesultanan Mataram]] ke Malang pada 1614 yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-Alap.<ref>A. P. Rianto (2016), ''Perancangan Konsep Art Game Bergenre Fantasi Malangkucecwara The Ruins of War''. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia. p. 50</ref> Menurut cerita rakyat, terdapat sebuah percakapan antara Tumenggung Alap-Alap dengan salah satu pembantunya mengenai kondisi wilayah Malang sebelum penyerangan dimulai. Pembantu dari Tumenggung Alap-Alap tersebut menyebut warga dan prajurit dari daerah tersebut sebagai penduduk yang "menghalang-halangi" (''malang'' dalam [[Bahasa Jawa]]) kedatangan dari pasukan Mataram. Setelah penaklukan tersebut, pihak Mataram menamakan daerah itu Malang.<ref>W. Siswanto & S. Noersya (2008). ''Cerita Rakyat dari Malang (Jawa Timur)''. Jakarta: Grasindo. pp. 1-8</ref>
Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan [[Singasari]] (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur.<ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/2017/08/22/sejarah-malang/|title=Sejarah Malang - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur|last=prambani|date=2017-08-22|newspaper=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur|language=en-US|access-date=2017-10-14}}</ref> Ketika [[Islam]] menaklukkan [[Kerajaan Majapahit]] sekitar tahun [[1400]], Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Kemudian, ia mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju oleh putranya. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di Desa Kutobedah. Sultan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] dari [[Jawa Tengah]]lah yang akhirnya datang dan berhasil menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.<ref>{{Cite web|url=http://malangcorner.com/berita-sejarah-kota-malang.html?hal=details&judul=destinasi-pulau-komodo|title=Malang - malangcorner.com|website=malangcorner.com|language=en|access-date=2017-10-14}}</ref>
 
== Masa Pra-Sejarah ==
Kawasan Malang pada era [[Pleistosen]] masih berupa cekungan dalam yang diapit aktivitas vulkanis dari gunung-gunung seperti Pegunungan Kapur di Selatan, [[Gunung Kawi]] dan [[Gunung Kelud]] di Barat, [[Gunung Anjasmoro|Kompleks Pegunungan Anjasmoro]], [[Gunung Welirang|Welirang]], dan [[Gunung Arjuno|Arjuna]] di Timur Laut dan Utara, dan [[Taman Nasional Bromo Tengger Semeru|Kompleks Pegunungan Tengger]] di Timur.<ref>R. W. van Bemmelen (1949). ''The Geology of Indonesia Vol. I''. Den Haag: Martinus-Nijhoff</ref> Cekungan tersebut belum dihuni manusia akibat kondisinya masih berupa aliran lava dan lahar panas dari gunung-gunung sekitarnya.<ref>S. Santosa & T. Suwarti (1992). ''Peta Geologi Lembar Malang, Jawa Timur, skala 1:100.000''. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi</ref> Menjelang musim hujan, cekungan daerah Malang tersebut terisi air yang mengalir lewat lereng-lereng gunung yang menuju ke sejumlah sungai dan membentuk sebuah rawa-rawa purba. Rawa-rawa tersebut meluas sehingga menciptakan danau purba.
 
Ketika danau purba belum mengering, peradaban manusia purba masih pada tahap Berburu dan Mengumpulkan Makanan tingkat awal hingga lanjut. Permukimannya masih berada di lereng-lereng gunung dan pegunungan yang mengelilingi Malang dalam bentuk gua-gua alam. Oleh karena itu bisa dimengerti bila penemuan artefak-artefak pada masa paleolitik dan mesolitik ini banyak ditemukan di daerah pegunungan, seperti di lereng [[Gunung Kawi]], [[Gunung Arjuno|Arjuno]], [[Gunung Welirang|Welirang]], Tengger, [[Gunung Semeru|Semeru]] dan Pegunungan Kapur Selatan.<ref name=":1">Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang (2013). ''Wanwacarita, Kesejarahan Desa-Desa Kuno di Kota Malang''. Malang : Penerbit Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. pp. 34-36</ref>
 
Danau purba Malang berangsur mengering pada era [[Holosen]] dan menyebabkan wilayah Malang menjadi dataran tinggi Malang. Ketika mulai memasuki masa Bercocok Tanam, secara berangsur-angsur manusia purba mulai turun gunung dan membuat sejumlah permukiman dan daerah-daerah pertanian. Ditemukannya sejumlah artefak berupa dua buah beliung persegi, alat pahat dari batu kalsedon serta kapak genggam dari batu andesit di sebelah timur [[Gunung Kawi]] tepatnya di daerah Kacuk di sekitar aliran [[Kali Metro|sungai Metro]] dan [[Sungai Brantas|Brantas]] menguatkan anggapan tersebut.<ref name=":1" /> Selain itu, penelitian memperkirakan bahwa bentuk-bentuk hunian pada masa peralihan ini berbentuk rumah panggung, di mana badan rumah disangga oleh kaki-kaki rumah dan berada beberapa meter dari permukaan tanah. Hal ini diperkuat dengan penemuan artefak berupa “Watu Gong” atau “Watu Kenong” di [[Dinoyo, Lowokwaru, Malang]], yang wujudnya mirip dengan alat musik tradisional, yakni gong, yang sebenarnya ialah umpak atau fondasi dari rumah panggung.<ref name=":1" /> Tumbuhnya permukiman di sekitar sungai yang mengalir di Malang menjadi cikal bakal peradaban-peradaban kuno para ''[[Manusia|Homo sapien]]''.<ref>Pemerintah Kotamadya Malang (1964). ''Kotapradja Malang 50 Tahun''. Malang : Seksi penerbitan 50 Tahun Kotapradja Malang.</ref>
 
== Masa kerajaanKerajaan Hindu dan Islam ==
[[Berkas:Candi_Badut_2.jpg|jmpl|300x300px|[[Candi Badut]], salah satu peninggalan [[Kerajaan Kanjuruhan]]<ref>{{Cite web|url=http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/candi-badut.html|title=Candi Badut|website=Sejarah dan Budaya Nusantara|access-date=2017-10-22}}</ref> yang menjadi bukti bahwa Kerajaan Kanjuruhan adalah tonggak perkembangan Kota Malang]]
Munculnya [[Kerajaan Kanjuruhan]] tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.<ref name=":5">{{Cite web|url=http://kelsumbersari.malangkota.go.id/sejarah-kota-malang/|title=SEJARAH KOTA MALANG »|website=kelsumbersari.malangkota.go.id|language=id-ID|access-date=2017-09-25}}</ref> Oleh karena itu, kerajaan tersebut dianggap sebagai cikal bakal kota ini.
 
Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan [[Singasari]] (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur.<ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/2017/08/22/sejarah-malang/|title=Sejarah Malang - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur|last=prambani|date=2017-08-22|newspaper=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur|language=en-US|access-date=2017-10-14}}</ref> Ketika [[Islam]] menaklukkan [[Kerajaan Majapahit]] sekitar tahun [[1400]], Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Kemudian, ia mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju oleh putranya. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di Desa Kutobedah. Sultan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] dari [[Jawa Tengah]]lah yang akhirnya datang dan berhasil menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.<ref>{{Cite web|url=http://malangcorner.com/berita-sejarah-kota-malang.html?hal=details&judul=destinasi-pulau-komodo|title=Malang - malangcorner.com|website=malangcorner.com|language=en|access-date=2017-10-14}}</ref>[[Berkas:Serpihan_Peninggalan_Kerajaan_Kanjuruhan.jpg|kiri|jmpl|300x300px|Serpihan dari peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di sekitar [[Tlogomas, Lowokwaru, Malang|Tlogomas]]<ref>{{Cite news|url=http://www.jurnalmalang.com/2013/10/sejarah-malang-raya-di-era-kanjuruhan.html|title=SEJARAH MALANG (DI ERA KANJURUHAN ABAD 8 MASEHI -Bagian 1)|newspaper=JURNALMALANG.COM|access-date=2017-10-14}}</ref>]]
== Masa penjajahan ==