Lalibela: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 118:
Terdapat kontroversi mengenai waktu pembuatan beberapa gereja. David Buxton menetapkan kronologi yang berterima-umum, yang menerangkan bahwa "dua di antaranya dibangun dengan mengikuti, sampai sekecil-kecilnya, tradisi pendirian bangunan yang tampak pada biara Debra Damo dan telah dimodifikasi di Yemrahana Kristos."<ref>David Buxton, ''The Abyssinians'' (New York: Praeger, 1970), hal. 110</ref> karena waktu yang diperlukan untuk memahat bangunan-bangunan ini pada batu padas utuh tentunya lebih lama dari beberapa dasawarsa masa pemerintahan Raja Lalibela, maka Buxton berasumsi bahwa pengerjaannya berlanjut sampai abad ke-14.<ref>Buxton, ''The Abyssinians'', hal. 108</ref> Akan tetapi, [[David Phillipson]], profesor arkeologi Afrika di [[Cambridge University]], berpendapat bahwa gereja Merkorios, gereja Gabriel-Rufael, dan gereja Danagel mula-mula dipahatkan pada batu padas setengah milenium sebelumnya, sebagai benteng pertahanan atau bangunan-bangunan lain dari istana pada masa-masa kemunduran [[Kerajaan Aksum]], dan dikait-kaitkan dengan Lalibela setelah Sang Raja wafat.<ref>"Medieval Houses of God, or Ancient Fortresses?" ''Archaeology'' (November/Desember, 2004), hal. 10.</ref> Di lain pihak, sejarawan lokal, Getachew Mekonnen, mendapuk Masqal Kibra, permaisuri Lalibela, sebagai tokoh pembangun salah satu di antara gereja-gereja itu, yakni gereja Abba Libanos yang didirikan sebagai monumen peringatan suaminya setelah wafatnya.<ref>Getachew Mekonnen Hasen, ''Wollo, Yager Dibab'' (Addis Ababa: Nigd Matemiya Bet, 1992), hal. 24.</ref>
 
Bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan para penulis seperti [[Graham Hancock]], Buxton berpendapat bahwa gereja-gereja besar yang dipahatkan pada batu padas di Lalibela ''tidak'' dikerjakan dengan bantuan [[KsatriaKesatria TemplarKenisah]]; ia mengemukakan banyak bukti yang ada untuk memperlihatkan bahwa gereja-gereja itu semata-mata adalah hasil karya peradaban zaman pertengahan Ethiopian. Sebagai contoh, meskipun Buxton menyinggung mengenai adanya tradisi yang mengatakan bahwa "Bangsa Abisinia meminta bantuan dari orang-orang asing" untuk membangun gereja-gereja monolitik ini, dan mengakui bahwa "ada tanda-tanda jelas pengaruh [[Koptik]] dalam beberapa detail hiasan" (tidaklah mengherankan mengingat adanya hubungan teologi, hubungan gerejawi, dan hubungan budaya di antara [[Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia|Gereja Ortodoks Ethiopia]] dan [[Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria|Gereja Ortodoks Koptik]]), ia bersikeras bahwa gereja-gereja itu dalah hasil karya masyarakat pribumi: "Tetapi fakta yang signifikan adalah bahwasanya gereja-gereja batu padas itu tetap melanjutkan ciri khas yang dimiliki prototipe-prototipe bangunan pribumi setempat, yang masih jelas menampakkan ciri khas warisan Aksum."<ref>Buxton, ''The Abysssinians'', hal. 103f</ref>
 
Gereja-gereja itu juga merupakan sebuah bukti kepiawaian teknik, mengingat semua bangunan itu berkaitan dengan air (yang memenuhi sumur-sumur yang terletak bersebelahan dengan sebagian besar dari gereja-gereja itu), yaitu dalam pemanfaatan sebuah sistem geologi artesis yang mendorong air naik ke tebing-tebing pegunungan tempat kota itu berada.<ref>{{Citation | title= Lalibela and Libanos: The King and the Hydro-Engineer of 13th Century Ethiopia |author= [[Mark Jarzombek]]| journal= Construction Ahead | url= http://web.mit.edu/mmj4/www/downloads/const_ahead2007.pdf | volume=(May–June 2007) | pages=16–21}}</ref>