Dinasti Ayyubiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 94:
Saat Salahuddin sedang berada di Suriah, Mesir diperintah oleh saudaranya, [[al-Adil]].<ref name="Lev22">{{harvnb|Lev|1999|p=22}}</ref> Pada tahun 1174–75, [[Kanz ad-Dawlah]] dari Aswan memberontak melawan Ayyubiyah karena ia ingin membangkitkan lagi Dinasti Fatimiyah. Ia mendapatkan dukungan dari suku-suku Badui setempat dan juga dari orang-orang Nubia, serta dari kelompok-kelompok lain seperti [[orang Armenia]]. Pada saat yang sama (entah kebetulan atau memang disengaja), para pemberontak yang dipimpin oleh [[Abbas bin Syadzi]] berhasil menguasai kota [[Qus]] di tepi [[Sungai Nil]] di Mesir tengah. Kedua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh al-Adil.<ref name="Lev100-101">{{harvnb|Lev|1999|pp=100–101}}</ref> Pada akhir tahun 1175 dan awal tahun 1176, Qaraqusy terus melakukan penjarahan di Afrika Utara bagian barat, sehingga Dinasti Ayyubiyah mulai berkonflik dengan [[Muwahhidun]] yang berkuasa di wilayah [[Arab Maghrib|Maghrib]].<ref name="Lev101"/>
 
Pada tahun 1177, Salahuddin memimpin pasukan yang berjumlah sekitar 26.000 orang (menurut seorang penulis kronik dari pihak [[Tentara Salib]], [[Willelmus Tyrensis]]) ke wilayah Palestina selatan setelah ia mendengar kabar bahwa sebagian besar prajurit [[Kerajaan Yerusalem]] sedang mengepung kota [[Harim]] di sebelah utara Aleppo. Pasukannya tiba-tiba diserang oleh [[KsatriaKesatria TemplarKenisah]] (yang dipimpin oleh [[Baudouin IV dari Yerusalem]]) di dekat [[Ramla]]. Akibatnya, pasukan Ayyubiyah mengalami kekalahan dalam [[Pertempuran Montgisard]] dan sebagian besar dari antara mereka gugur dalam pertempuran tersebut. Pada tahun berikutnya, Salahuddin dan pasukannya berkemah di Homs, dan lalu terjadi pertempuran-pertempuran kecil antara pasukannya (yang dipimpin oleh [[Farrukhsyah]]) melawan Tentara Salib.<ref name="Lane-Poole1906p155-156">{{harvnb|Lane-Poole|1906|pp=155–156}}</ref> Salahuddin tetap tak gentar dan ia lalu menyerbu [[negara-negara Tentara Salib]] dari barat dan mengalahkan Baudouin dalam [[Pertempuran Marj Ayyun]] pada tahun 1179. Pada tahun berikutnya, ia menghancurkan kastil [[Gesher Benot Ya’aqov|Chastellet]] (yang baru saja dibangun oleh Tentara Salib) dalam [[Pertempuran Arungan Yakub]]. Kemudian, selama perang yang berlangsung pada tahun 1182, Salahuddin kembali berhadapan dengan pasukan Baudouin dalam [[Pertempuran Kastil Belvoir (1182)|Pertempuran Kastil Belvoir]] di [[Kaukab al-Hawa]].<ref name="Smail35-36">{{harvnb|Smail|1995|pp=35–36}}</ref>
 
Pada Mei 1182, Salahuddin akhirnya berhasil merebut kota Aleppo setelah melakukan pengepungan singkat; gubernur kota tersebut, yakni [[Imaduddin Zanki II]], tidak disukai oleh bawahan-bawahannya, dan ia menyerahkan Aleppo kepada Salahuddin setelah Salahuddin menyatakan kesediaannya untuk mengembalikan kekuasaan Zanki II di [[Sinjar]], [[Raqqa]], dan [[Nusaibin]]. Zanki II kemudian menjadi [[vasal]] Ayyubiyah.<ref name="LyonsJackson195">{{harvnb|Lyons|Jackson|1982|p=195}}</ref> Aleppo secara resmi jatuh ke tangan Ayyubiyah pada tanggal 12 Juni. Sehari setelahnya, Salahuddin dan pasukannya bergerak ke kota Harim (terletak di dekat [[Antiokhia]] yang dikuasai Tentara Salib) dan merebut kota tersebut setelah garnisunnya menjatuhkan pemimpinnya, [[Surhak]].<ref name="LyonsJackson202-203">{{harvnb|Lyons|Jackson|1982|pp=202–203}}</ref> Setelah jatuhnya Aleppo dan tunduknya Zanki II kepada Salahuddin, [[Izzuddin Mas'ud|Izzuddin al-Mas'ud]] dari Mosul menjadi satu-satunya saingan Muslim yang tersisa. Mosul sempat dikepung pada musim gugur tahun 1182, tetapi Salahuddin kemudian menarik pasukannya setelah konflik tersebut ditengahi oleh khalifah Abbasiyah [[an-Nasir]]. Mas'ud mencoba mendekatkan dirinya dengan [[Dinasti Artuqid|Dinasti Artuklu]] dari kota [[Mardin]], tetapi dinasti tersebut malah bersekutu dengan Salahuddin. Pada tahun 1183, kota [[Irbil]] juga berbalik memihak Ayyubiyah. Mas'ud kemudian mencari dukungan dari [[Pahlawan bin Muhammad]], gubernur [[Azerbaijan Raya|Azerbaijan]]. Walaupun Pahlawan bin Muhammad biasanya tidak ikut campur di wilayah Mesopotamia, kemungkinan bahwa ia dapat membantu Mas'ud di Mosul membuat Salahuddin menjadi lebih berhati-hati.<ref name="BosworthDonzelHeinrichsPellat781">{{harvnb|Bosworth|Donzel|Heinrichs|Pellat|1989|p=781}}</ref>
Baris 149:
Pada tahun 1244–1245, as-Salih Ayyub telah merebut wilayah [[Tepi Barat]] dari an-Nasir Dawud. Ia juga berhasil menguasai Yerusalem, dan kota Damaskus kemudian dapat diambil alih dengan mudah pada Oktober 1245.<ref name="RichardBirrell330"/> Tak lama setelah itu, Saifuddin Ali menyerahkan wilayah miliknya di [[Ajlun]] kepada as-Salih Ayyub. Persekutuan antara Khwarezmia dengan as-Salih Ayyub juga bubar, dan pasukan Khwarezmia kemudian dihancurkan oleh pasukan amir Ayyubiyah di Homs, [[al-Mansur Ibrahim]], pada Oktober 1246.<ref name="RichardBirrell330"/> Berkat kekalahan Khwarezmia, as-Salih Ayyub dapat menaklukkan seluruh wilayah Suriah selatan.<ref name="Humphreys288">{{harvnb|Humphreys|1977|p=288}}</ref> Jenderalnya yang bernama Fakhruddin lalu menundukkan wilayah-wilayah an-Nasir Dawud. Ia menjarah kota Karak, dan kemudian mengepung bentengnya yang terletak di atas bukit. Kebuntuan kemudian terjadi karena pasukan an-Nasir Dawud dan Fakhruddin sama-sama tidak dapat mengungguli yang lainnya. Mereka kemudian memuat kesepakatan yang menyatakan bahwa an-Nasir Dawud diperbolehkan mempertahankan bentengnya, tetapi ia harus menyerahkan wilayahnya yang lain kepada as-Salih Ayyub. Setelah menyelesaikan urusan di Palestina dan Transyordania, pasukan Fakhruddin bergerak ke arah [[Busra]] di utara, yang merupakan tempat terakhir yang masih dikuasai oleh as-Salih Ismail. Saat kota tersebut sedang dikepung, Fakhruddin jatuh sakit, tetapi para komandannya melanjutkan serangan mereka hingga kota tersebut jatuh pada Desember 1246.<ref name="Humphreys290">{{harvnb|Humphreys|1977|p=290}}</ref>
 
Pada Mei 1247, as-Salih Ayyub menjadi penguasa wilayah Suriah yang terletak di sebelah selatan [[Danau Homs]] setelah berhasil menguasai [[Banyas]] dan Salkhad. Maka musuh-musuh as-Salih Ayyub dari pihak Ayyubiyah semuanya sudah ditundukkan (kecuali Aleppo yang masih dikuasai [[an-Nasir Yusuf]]), alhasil as-Salih Ayyub mulai melancarkan serangan terhadap Tentara Salib dan mengirim Fakhruddin untuk memimpin pasukan ke wilayah Tentara Salib di Galilea. [[Tiberias]] berhasil direbut pada tanggal 16 Juni. [[Gunung Tabor]] dan [[Kaukab al-Hawa]] juga jatuh ke tangan Ayyubiyah tidak lama sesudahnya. Kota [[Safad]] dengan benteng KsatriaKesatria TemplarnyaKenisahnya tampaknya tidak dapat direbut, sehingga pasukan Ayyubiyah bergerak ke arah selatan menuju Ashkelon. Walaupun Tentara Salib memberikan perlawanan yang sengit, armada Mesir dikirim oleh as-Salih Ayyub untuk membantu pasukan Ayyubiyah. Pada tanggal 24 Oktober, pasukan Fakhruddin berhasil menembus tembok kota dan membunuh atau menawan semua garnisun Tentara Salib. Kota tersebut kemudian dihancurkan dan yang tersisa hanyalah puing-puing.<ref name="Humphreys290"/>
 
As-Salih Ayyub kembali ke Damaskus untuk melihat perkembangan situasi di Suriah utara. Al-Asyraf Musa dari Homs menyerahkan benteng [[Salamiyah]] kepada as-Salih Ayyub pada musim dingin sebelumnya. Hal ini membuat khawatir an-Nasir Yusuf di Aleppo, karena ia menduga bahwa kota tersebut akan dijadikan pangkalan militer untuk merebut Aleppo. Maka An-Nasir Yusuf memutuskan untuk mengambil alih kota Homs pada musim dingin tahun 1248. Kota tersebut menyerah pada bulan Agustus, dan an-Nasir Yusuf berhasil memaksa al-Asyraf Musa untuk menyerahkan kota Homs. Sebagai gantinya, al-Asyraf Musa masih diperbolehkan berkuasa di sekitaran [[Tadmur]] dan Tall Basyir di [[Gurun Suriah]]. As-Salih Ayyub mengirim Fakhruddin untuk menaklukkan kembali Homs, tetapi Aleppo mengambil tindakan balasan dengan mengirim pasukan ke [[Kafartab|Kafr Tab]] di sebelah selatan kota Aleppo.<ref name="Humphreys293-295">{{harvnb|Humphreys|1977|pp=293–295}}</ref> An-Nasir Dawud meninggalkan Karak untuk mendukung an-Nasir Yusuf di Aleppo, tetapi saat ia sedang tidak berada di Karak, saudara-saudaranya al-Amjad Hasan dan az-Zahir Shadhi menawan calon pewarisnya, al-Mu'azzam Isa, dan kemudian mendatangi perkemahan as-Salih Ayyub di [[al-Mansourah]] di Mesir untuk menawarkannya kekuasaan atas Karak asalkan mereka mendapatkan kepemilikan di Mesir. As-Salih Ayyub menyetujui tawaran tersebut dan mengutus [[kasim]] Badruddin Sawabi sebagai gubernur Karak.<ref name="Humphreys297">{{harvnb|Humphreys|1977|p=297}}</ref>