Penjarahan Amorion: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
→‎Pengepungan dan kejatuhan Amorion: eksplisitkan istilah: "menjadi mualaf"-> "masuk Islam", "betray his post" -> membelot, "membarikade diri mereka [di sebuah biara]" -> bertahan di sebuah biara
HaEr48 (bicara | kontrib)
copyedit sedikit. silakan diperiksa atau dikembalikan jika tidak setuju
Baris 59:
Setelah kejatuhan kota Amorion, Teofilos meminta bantuan dari negara-negara lain dalam menghadapi ancaman Abbasiyah: utusan-utusan dikirim ke istana [[Ludwig yang Saleh]] di barat (berkuasa 813–840) dan istana [[Abdurrahman II]] (berkuasa 822–852), [[Amir Kórdoba]]. Para utusan Bizantium disambut dengan hormat, tetapi tidak ada bantuan yang diberikan.{{sfn|Bury|1912|p=273}}{{sfn|Vasiliev|1935|pp=177–187}} Di sisi lain, Abbasiyah tak mencoba memanfaatkan keberhasilan mereka. Perang Bizantium-Abbasiyah masih terus berlanjut selama beberapa tahun, tetapi setelah Bizantium sempat unggul, gencatan senjata disepakati oleh kedua negara ini (dan mungkin juga pertukaran tawanan yang tidak termasuk tawanan berpangkat tinggi) pada tahun 841. Sebelum menjemput ajalnya pada tahun 842, Mu'tasim tengah mempersiapkan serangan besar yang lain, tetapi armada yang ia siapkan untuk menyerang Konstantinopel hilang akibat badai di perairan lepas pantai di [[Tanjung Kelidonia]] beberapa bulan kemudian. Setelah wafatnya khalifah al-Mu'tasim, Abbasiyah mengalami gangguan, dan [[Pertempuran Mauropotamos]] pada tahun 844 menjadi pertempuran besar terakhir yang berlangsung di antara kedua negara tersebut hingga dasawarsa 850-an.{{sfn|Bury|1912|pp=273–274}}{{sfn|Vasiliev|1935|pp=175–176, 192–193, 198–204}}
 
Salah satu tokoh Bizantium yang ditangkap di Amorion, ''strategos'' Aetios, dihukum mati tak lama setelah ia ditawan, dan menurut sejarawan [[Warren Treadgold]], tindakan tersebut mungkin diambil sebagai balasan terhadap surat kedua yang dikirim oleh Teofilos kepada khalifah.{{sfn|Treadgold|1988|pp=304, 445 (Catatan #416)}} Setelah ditawan selama bertahun-tahun, tawanan yang tersisa didesak untuk masuk Islam. Setelah mereka menolak, mereka dihukum mati di Samarra pada 6 Maret 845, dan mereka dikenang oleh [[Gereja Ortodoks Timur]] sebagai [[42 Martir Amorion]].{{sfn|Bury|1912|pp=271–272}}{{sfn|Kazhdan|1991|pp=79, 800–801}} Beberapa kisah juga bermunculan soal Boiditzes dan pengkhianatannya. Menurut legenda 42 Martir, ia menjadi [[mualaf]], tetapi tetap dihukum mati oleh khalifah bersama dengan tawanan-tawanan yang lain; namun, tidak seperti jenazah tawanan-tawanan lain yang mengapung "secara ajaib" di Sungai [[Tigris]], jenazah Boiditzes tenggelam ke dasar sungai.{{sfn|Bury|1912|pp=270–271}}
 
== Tinggalan sejarah ==
Baris 70:
| source = Kutipan dari ''Syair Pujian tentang Penaklukan Amorion'' karya [[Abu Tammam]],{{sfn|Arberry|1965|p=52}} diterjemahkan secara lepas
}}
Penjarahan Amorion adalah salah satu peristiwa yang paling menghancurkan dalam sejarah panjang penyerbuan Abbasiyah ke Anatolia. Teofilos dikabarkan jatuh sakit tak lama setelah kejatuhan kota tersebut, dan meskipun ia berhasil pulih, kesehatannya masih dalam keadaan buruk hingga kematiannya tiga tahun kemudian. Para sejarawan Bizantium pada masa berikutnya mengaitkan kematiannya pada usia yang belum mencapai 30 tahun dengan pilu yang begitu mendalam akibat kejatuhan kota tersebut, meskipun hal ini kemungkinan besar adalah sebuah legenda.<ref name="EHW3">{{harvnb|Kiapidou|2003}}, [http://asiaminor.ehw.gr/forms/fLemmaBodyExtended.aspx?lemmaid=7898&boithimata_State=&kefalaia_State=#chapter_6 Bab 3].</ref>{{sfn|Treadgold|1988|pp=304, 415}} Kejatuhan Amorion mengilhami beberapa legenda dan kisah di Kekaisaran Bizantium, dan kisah-kisah tersebut dapat ditemukan dalam karya-karya sastra yang masih ada seperti ''[[Lagu Armouris]]'' atau kidung ''[[Kastro tis Orias (kidung)|Kastro tis Orias]]'' ("Puri Gadis Cantik").{{sfn|Christophilopoulou|1993|pp=248–249}} Di sisi lain, Abbasiyah mengelu-elukan perebutan Amorion, yang kemudian menjadi subjek dari karya terkenal [[Abu Tammam]], ''Syair Pujian tentang Penaklukan Amorion''.{{sfn|Canard|1986|p=449}}<ref>Untuk terjemahan Inggris dari puisi Abu Tammam, lihat {{harvnb|Arberry|1965|pp=50–62}}.</ref> Selain itu, al-Mu'tasim memanfaatkan peristiwa ini untuk melegitimasi kekuasaannya dan membenarkan tindakan yang ia ambil sesudahnya untuk mencabut nyawamengeksekusi keponakannya sekaligus pewaris sah al-Ma'mun, al-Abbas.{{sfn|Kennedy|2003|pp=23–26}}
 
Kenyataannya, kampanye militer tersebut tidak terlalu berdampak terhadap Bizantium secara militer: walaupun banyak pasukan dan warga Amorion yang berguguran, tidak banyak korban yang berjatuhan di antara prajurit angkatan darat Bizantium di Anzen, dan pemberontakan Khurramiyah dapat dipadamkan tanpa pertumpahan darah pada tahun berikutnya dan pasukan-pasukannya kembali disatukan dengan pasukan Bizantium. Ankira dengan cepat dibangun ulang dan kembali diisi oleh penduduk, dan begitu pula kota Amorion, tetapi kota Amorion tidak dapat lagi bangkit seperti sebelumnya dan ibu kota distrik Anatolikon sempat dipindah ke [[Polibotus]].<ref name="EHW3"/>{{sfn|Treadgold|1988|pp=304, 313–314}}{{sfn|Kazhdan|1991|pp=79–80}}{{sfn|Whittow|1996|p=153}} Berdasarkan hasil tinjauan Warren Treadgold, salah satu faktor utama penyebab kekalahan pasukan Bizantium di Anzen dan Amorion adalah keadaan yang tidak menguntungkan mereka dan bukannya ketidakmampuan atau ketidakcakapan. Selain itu, sikap Teofilos yang terlalu percaya diri juga merugikan pasukannya sendiri, baik itu kemauannya untuk membagi pasukannya dalam menghadapi pasukan Abbasiyah yang jumlahnya lebih besar, maupun ketergantungannya yang terlalu besar terhadap pasukan Khurramiyah.{{sfn|Treadgold|1988|pp=304–305}} Namun demikian, kekalahan yang dialami Teofilos membuatnya melancarkan perombakan besar-besaran terhadap pasukannya, yang meliputi pendirian komando-komando perbatasan yang baru dan pemencaran pasukan Khurramiyah yang lalu disatukan dengan pasukan-pasukan dari distrik-distrik Bizantium.{{sfn|Treadgold|1988|pp=351–359}}
 
Dampak jangka panjang dari kejatuhan Amorion terlihat jelas dari segi keagamaan dan bukannya dari segi militer. Para penganut ikonoklasme percaya bahwa tindakan mereka seharusnya dirahmatidiberkahi oleh Allah dan akan menjamin kemenangan yang gemilang, tetapi mereka tetap saja mengalami "bencana memalukan yang menyaingi kekalahan-kekalahan terburuk kaisar ikonofil manapun" (Whittow), dan dalam sejarah terkini pada masa itu sebanding dengan kekalahan besar yang dialami oleh [[Nikeforos I]] (memerintah 802–811) di [[Pertempuran Pliska|Pliska]]. Menurut Warren Treadgold, "hasilnya tidak membuktikan bahwa ikonoklasme itu salah ... tetapi memang menyingkirkan argumen paling meyakinkanutama dari kalangan ikonoklas kepada orang-orangmereka yang belumpandangannya menentukanmasih pandangannyamengambang, yaitu [argumen bahwa] ikonoklasme membawa kemenangan dalam pertempuran". Beberapa tahun setelah Teofilos menjemput ajalnya, pada 11 Maret 843, diadakan sebuah [[sinode]] yang memulihkan praktik pemuliaan [[ikon]], dan ikonoklasme sendiri dinyatakan sebagai bidaahsesat.{{sfn|Treadgold|1988|p=305}}{{sfn|Whittow|1996|pp=153–154}}
 
== Catatan ==