Penjarahan Amorion: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
→‎Tinggalan sejarah: tulis posisi bait karena puisinya lebih panjang dari ini
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
|casualties2=Tidak diketahui
}}
'''Penjarahan Amorion''' (disebut '''Ammuriyah''' dalam sumber Muslim) yang dilancarkan oleh [[Kekhalifahan Abbasiyah]] pada pertengahan Agustus 838 adalah salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah [[Peperangan Abbasiyah-Romawi Timur|Peperangan Abbasiyah-Bizantium]]. Pasukan Abbasiyah dipimpin secara langsung oleh Khalifah [[al-Mu'tasim]] (memerintah 833–842) dan mereka berniatbertujuan membalas penyerangan yang dilancarkan oleh [[Kaisar Bizantium]] [[Theophilos (kaisar)|Teofilos]] (memerintah 829–842) keterhadap [[Al-'Awasim|wilayah perbatasan kekhalifahan]] setahun sebelumnya. Khalifah Mu'tasim menyerang [[Amorion]], sebuah kota [[Bizantium]] di [[Anatolia]] bagian barat, karena tempat tersebut adalah tempat kelahiran [[dinasti Amoria|dinasti pemerintahan Bizantium]] dan salah satu kota terbesar dan terpenting di wilayah Bizantium pada masa itu. Sang khalifah berhasil mengumpulkan pasukan dalam jumlah yang besar, yang kemudian ia bagi menjadi dua. Kedua pasukan ini lalu menyerbu dari timur laut dan selatan. Pasukan timur laut berhasil mengalahkan pasukan Bizantium yang dipimpin oleh Teofilos [[Pertempuran Anzen|di Anzen]], alhasil pasukan Abbasiyah dapat memasuki pedalaman Asia Kecil dan berkumpul di [[Ankara|Ankira]], yang mereka temukan dalam keadaan ditinggalkan. Setelah menjarah kota tersebut, mereka bergerak ke arah selatan menuju Amorion, dan mereka tiba di kota tersebut pada 1 Agustus. Teofilos sendiri tidak dapat mengirimkan bala bantuan ke Amorion akibat persekongkolan di Konstantinopel dan pemberontakan kontingen [[Khurramiyah]].
 
Amorion memiliki pertahanan yang sangat kuat, tetapi ada seorang pengkhianat yang membocorkan keterangan mengenai titik lemah di tembok kota tersebut, alhasil pasukan Abbasiyah memusatkan serangan mereka di tempat itu dan berhasil menjebol pertahanan kota. Boiditzes yang merupakan panglima di sisi tembok tersebut kemudian mencoba berunding dengan Abbasiyah tanpa memberitahukan atasannya terlebih dahulu. Ia lalu menyepakati gencatan senjata dan meninggalkan tempatnya bertugas, sehingga pasukan Abbasiyah dapat memasuki kota Amorion dan merebutnya. Amorion lalu dihancurkan dan tidak dapat bangkit lagi seperti sebelumnya. Banyak warganya yang dibantai dan sisanya diperbudak. Kebanyakan dari mereka yang selamat akhirnya dilepaskan setelah disepakatinya gencatan senjata pada tahun 841, tetapi para pejabat penting dibawa ke ibu kota Abbasiyah di [[Samarra]] dan beberapa tahun kemudian dihukum mati karena mereka menolak masuk Islam; semenjak itu, mereka dikenal dengan julukan [[42 Martir Amorion]].