Tanjung Selor, Bulungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Sunting penggunaan huruf kapital, spasi, dan kata penghubung pada paragraf pertama subjudul "Tanjung Selor Tempo Doeloe".
k Sunting penggunaan huruf kapital dan spasi pada paragraf kedua subjudul "Tanjung Selor Tempo Doeloe".
Baris 102:
Alam sejarah Bulungan, sebuah bandar dagang baru yaitu Tanjung Selor dibangun berseberangan di Tanjung Palas. Tanjung Selor menjadi pusat perdagangan yang ramai, ini disebabkan wilayah Kesultanan Bulungan terletak pada jalur perdagangan internasional pantai timur Kalimantan. Pada masa itu aktivitas perdagangan ramai terjadi di sekitar pantai timur di mana para pedagang dari Singapura, Bwansa (Sulu), Magindanou, Bulungan dan Berau singgah ke bandar Samarinda yang merupakan bandar resmi Kerajaan Kutai yang juga menghubungkan Makassar sehingga otomatis Bulungan masuk dalam jalur pelayaran internasional pada masa itu. Bandar-bandar ini menjadi wilayah berkumpulnya pusat perdagangan setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga jual beli hasil bumi yang dikumpulkan di wilayah hulu sungai seperti sarang burung, lilin, rotan dan lain sebagainya juga diperdagangkan di bandar dagang milik Kesultanan Bulungan ini.
 
Menurut laporan yang dibuat oleh J. Zweger sekitar tahun 1853 misalnya, mencatat aktivitas dagang yang berkembang pesat saat itu,. Munculnya Tanjung Selor, berhadapan dengan Tanjung Palas, Ibukota kesultananKesultanan Bulungan, memicu lahirnya kedatangan para pendatang yang juga berprofesi sebagai pedagang dari luar bulunganBulungan, sehingga terbentuklah perkampungan baru diseberangdi tanjungseberang palasTanjung Palas yaitu di tanjungTanjung selorSelor. Wilayah itu tidak hanya dihuni para pendatang berkebangsaan keturunan arabArab yang kemudian membuat pemukiman yang bernama kampung Arab, namun juga di ikutidiikuti tumbuhnya kantong-kantong pemukiman lain yang menyebar di sekitar tepi sungai ditanjungdi selor,Tanjung selainSelor. Selain orang-orang keturunan Arab, tanjungTanjung selorSelor juga dihuni suku bangsa lain seperti orang-orang Tidung, Bugis, Jawa, Melayu (Sumatra), Banjar dan orang Cina. Tumbuhnya kantong-kantong pemukiman ditanjungdi selorTanjung Selor ini bukannya disebabkan adanya kegiatan usaha dagang saja, namun juga karena adanya migrasi dalam skala yang cukup besar dari tanah asal mereka. Sebagian besar dari mereka masuk dalam kelompok Orangorang-orang Melayu sehingga mudah melakukan pembauran dalam masyarakat. selainSelain itu pembauran ini juga mempercepat penyebaran agama islamIslam pada masa itu. selainSelain kampung arabArab, kampong dagang dan tanah seribu, dikenal juga kampung pasar yang kebanyakan di hunidihuni oleh orang-orang banjarBanjar.
 
Adanya interaksi dagang pada masa itu berkembang menjadi semacam saling tukar menukar keahlian dalam bidak tehnik dan perdagangan, contohnya pegetahuan tentang tehnik membuat perahu dan kapal, pengetahuan tentang arah mata angin dalam pelayaran, pengetahuan tentang letak suatu wilayah disepanjang pantai timur kalimantan (Geografi), pengetahuan tentang Komoditi Ekspor Impor, Peredaran mata uang, dan yang paling penting adalah pengetahuan tentang penggunaan tulisan dan bahasa melayu yang digunakan sebagai Linguafranca (Bahasa Internasional) sebagai bahasa pengantar, temuan Arkeologis berupa kompleks Makam-makam Raja-raja Bulungan di tanjung palas semakin menguatkan adanyadz unsur-unsur penggunaan bahasa dan tulisan arab melayu di lingkungan dalam atau luar istana. disinyalir para diplomat Kesultanan Bulungan menggunakan tulisan arab melayu sebagai perantara dalam bidang perdagangan, politik, maupun urusan diplomasi kenegaraan dengan kerajaan-kerajaan disekitar wilayah kesultanan bulungan<ref>[http://muhzarkasy-bulungan.blogspot.com/2011/01/hikayat-kota-tanjung-selor-edisi-revisi.htm Hikayat Kota Tanjung Selor]</ref>.