Gunung Semeru: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Sunting penulisan "50.273,3 Hektar" (pada subjudul "Taman nasional") menjadi "50.273,3 hektar" (penggunaan huruf kapital). |
k Sunting penggunaan huruf kapital dan ejaan EYD pada subjudul "Legenda Gunung Semeru". |
||
Baris 118:
Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet dan Winny Brigita (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan [[Belanda]] dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.
== Legenda
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno [[Tantu Pagelaran]] yang berasal dari [[abad ke-15]], pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung [[Meru]] di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa [[Wisnu]] menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa [[Brahma]] menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-
Lingkungan geografis pulau Jawa dan [[Bali]] memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung [[Meru]], Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman [[Dewata]], [[Hyang]], dan
<!--
|