Banyak ilmuwan percaya bahwa sebagian besar kota dan candi di kota Angkor tertutup tanaman besar [[hutan]] rimba hingga akhir abad ke-19, ketika para arkeolog PerancisPrancis memulai proses pemugaran. Dari tahun 1907 hingga tahun 1970 proyek pemugaran dilakukan atas arahan dan pengelolaan [[École française d'Extrême-Orient]], dengan menebang pohon besar, memperbaiki fondasi bangunan, serta memasang sistem drainase untuk melindungi bangunan dari kerusakan akibat air. Sebagai tambahan, para ilmuwan dan arkeolog yang terkait institusi ini, termasuk [[George Coedès]], [[Maurice Glaize]], [[Paul Mus]], [[Philippe Stern]] dan lainnya, mulai merintis program beasiswa sejarah untuk meneliti dan menerjemahkan bukti-bukti sejarah untuk memahami sejarah Angkor yang sesungguhnya.
Proyek pemugaran sempat terhenti akibat [[Perang Saudara Kamboja]]. Sejak 1993 proyek pemugaran dimulai kembali dengan bantuan PerancisPrancis, Jepang, dan [[UNESCO]] melalui komite koordinasi internasional untuk menjaga dan membangun situs bersejarah Angkor (''International Co-ordinating Committee''/ICC), sementara dari pihak Kamboja institusi yang berwenang adalah otoritas perlindungan dan pengelolaan kawasan Angkor dan Siem Reap (''Authority for the Protection and Management of Angkor and the Region of Siem Reap''/[[APSARA]]), dibentuk pada tahun 1995. Beberapa candi secara teliti dibongkar batunya satu demi satu untuk disusun kembali dengan fondasi beton, sesuai dengan metode [[anastilosis]]. [[World Monuments Fund]] telah mendanai pemugaran [[Preah Khan]], relief [[Samudramanthana]] yang menggambarkan pengadukan samudra susu oleh dewa dan asura (bas-relief sepanjang 49 meter di Angkor Wat), serta candi [[Ta Som]] dan [[Phnom Bakheng]]. Pariwisata internasional mengunjungi Angkor telah meningkat tajam pada tahun-tahun terakhir ini dengan jumlah wisatawan mencapai 900.000 orang pada tahun 2006; hal ini menambah masalah baru bagi pelestarian, akan tetapi juga merupakan sumber pendanaan baru untuk upaya pemugaran dan pelestarian Angkor.<ref>"Tourist invasion threatens to ruin glories of Angkor," ''The Observer.''</ref>