Galai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Negara Gereja |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis) |
||
Baris 20:
Galai-galai Abad Pertengahan dan Awal Zaman Modern menggunakan terminologi yang berbeda dari leluhur-leluhur kunonya. Nama galai-galai ini dibuat berdasarkan perubahan rancangan yang berkembang sesudah skema-skema berdayung kuno terlupakan. Galai-galai terpenting antara lain adalah [[dromon]], leluhur dari ''gallia sottila'' buatan Italia. Dromon merupakan tahap awal dalam proses perkembangan menuju bentuk akhir dari galai perang Laut Tengah. Ketika dijadikan bagian integral dari angkatan perang dan tata pemerintahan negara pada permulaan Zaman Modern, galai-galai digolongkan ke dalam semacam jenjang kepangkatan berdasarkan ukuran dan jumlah awaknya. Jenjang kepangkatan yang paling sederhana adalah sebagai berikut: "galai lentera" pengangkut panglima perang yang berukuran besar, separuh-galai, [[galiot]], [[pusta]], [[brigantin]], dan ''[[Fregat|pergata]]''. Sejarawan bahari [[Jan Glete]] menyebut tindakan penggolongan galai ini sebagai cikal bakal dari [[jenjang kepangkatan kapal perang Angkatan Laut Britania Raya]] dan armada-armada pelayaran lainnya di Eropa Utara.<ref name="Glete 1993 81">Glete (1993), hlm. 81</ref>
[[Angkatan Laut
== Sejarah ==
Baris 67:
==== Kawasan barat Mediterania ====
Di kawasan barat Laut Tengah dan Atlantik, tercerai-berainya [[Kekaisaran Karoling]] pada penghujung abad ke-9 mengakibatkan kurun waktu sesudahnya menjadi penuh pergolakan. Perompakan dan penyerangan di Laut Tengah meningkat, terutama oleh kaum Muslim yang merupakan pendatang baru di kawasan itu. Keadaan semakin diperparah oleh kedatangan orang-orang [[Viking]] dari Skandinavia yang melakukan penyerangan-penyerangan dengan menggunakan kapal-[[kapal panjang]], yakni kapal-kapal yang sangat mendekati galai dari segi rancangan dan pemanfaatannya, serta menggunakan siasat-siasat tempur yang sama. Untuk menanggulangi ancaman ini, para petinggi pribumi mulai membuat kapal-kapal dayung berukuran besar. Beberapa di antara kapal-kapal itu diperlengkapi dengan dayung sampai 30 pasang banyaknya, yakni kapal-kapal yang jauh lebih besar, lebih cepat, dan berlambung lebih tinggi dari pada kapal-kapal Viking.<ref>Unger (1980), hlm. 80</ref> Gerak ekspansi bangsa Skandinavia, termasuk aksi-aksi serangan mereka di Laut Tengah, baik terhadap kaum Muslim Iberia maupun terhadap Konstantinopel, mereda pada pertengahan abad ke-11. Pada waktu itu, lalu-lintas niaga sudah menjadi jauh lebih stabil berkat kebangkitan kerajaan-kerajaan Kristen seperti
Sesudah kemunculan Islam dan [[penaklukan Islam|aksi-aksi penaklukan kaum Muslim]] pada abad ke-7 dan ke-8, perekonomian Laut Tengah yang telah terbina selama berabad-abad itu mengalami keruntuhan, dan volume perniagaan merosot tajam.<ref>Pirenne, ''Mohammed and Charlemagne''; tesis ini muncul dalam bab 1–2 dari ''Medieval Cities'' (1925)</ref> [[Kekaisaran Romawi Timur]] (Bizantium) mengabaikan peluang untuk menghidupkan kembali jalur-jalur niaga darat, dan terus berupaya mempertahankan keterbukaan jalur-jalur pelayaran yang menjadi andalan mereka untuk mempertahankan keutuhan kekaisaran. Perniagaan komoditas curah terpuruk pada kurun waktu 600-750, sementara perniagaan komoditas mewah mengalami peningkatan. Galai-galai masih tetap dioperasikan, terutama dalam kegiatan niaga barang-barang mewah, dengan maksud agar laba yang diperoleh cukup besar untuk menutupi biaya perawatannya yang tinggi.<ref>Unger (1980), hlmn. 40, 47</ref> Pada abad ke-10, aksi pembajakan meningkat pesat sehingga orang mulai membuat kapal-kapal yang lebih besar dan berawak lebih banyak. Sebagian besar kapal-kapal jenis baru ini dibuat oleh negara-negara kota Italia yang tumbuh sebagai kekuatan-kekuatan bahari dominan, di antaranya termasuk [[Republik Venesia|Venesia]], [[Genova]], dan [[Pisa]]. Mengikuti rancangan kapal warisan Bizantium, galai-galai niaga jenis baru ini serupa bangunnya dengan [[dromon]], hanya saja mampu berlayar lebih cepat, lebih lebar, dan tidak diperlengkapi dengan senjata-senjata berat. Kapal-kapal ini dapat diawaki sampai 1.000 orang banyaknya, dan dimanfaatkan baik untuk niaga maupun untuk perang. Faktor selanjutnya yang mendorong pengembangan galai-galai niaga ukuran besar adalah lonjakan jumlah peziarah Eropa Barat ke Tanah Suci.<ref>Unger (1980), hlmn. 102–104</ref>
Baris 76:
=== Perkembangan galai sejati ===
Medan perang laut pada [[Abad Pertengahan Akhir|Akhir Abad Pertengahan]] terbagi menjadi dua kawasan. Di Laut Tengah, galai-galai digunakan dalam kegiatan-kegiatan penyerangan di sepanjang pantai, dan dalam pertarungan konstan memperebutkan pangkalan-pangkalan laut. Di kawasan Atlantik dan Baltik, orang lebih berfokus pada kapal-kapal layar yang sebagian besar digunakan untuk mengangkut pasukan, sementara galai-galai dimanfaatkan sebagai sarana pendukung pertempuran.<ref>Glete (2000), hlm. 2</ref> Galai-galai masih luas digunakan di daerah utara dan merupakan jenis kapal perang terbanyak yang digunakan oleh kekuatan-kekuatan Laut Tengah yang memiliki kepentingan di daerah utara, teristimewa Kerajaan
Selama abad ke-13 dan ke-14, galai berkembang dalam bentuk rancangan yang pada dasarnya masih tetap sama sampai tidak dipergunakan lagi pada permulaan abad ke-19. Jenis baru ini diturunkan dari jenis-jenis kapal yang digunakan oleh armada Bizantium dan armada Muslim pada Awal Abad Pertengahan. Kapal-kapal ini merupakan tulang punggung dari semua kekuatan-kekuatan Kristen sampai dengan abad ke-14, termasuk republik-republik bahari di Genova dan Venesia, negara-Negara Gereja, Ksatria Hospitaller, Aragon, Kastilia, dan juga oleh banyak [[perompak|lanun]] dan [[korsario]]. Istilah umum untuk menyebut kapal-kapal jenis baru ini adalah ''gallia sottila'' ("galai ramping"). [[Angkatan Laut Utsmaniyah]] di kemudian hari menggunakan rancangan serupa, tetapi umumnya lebih cepat bila berlayar dengan mengandalkan layar, dan lebih kecil ukurannya, tetapi lebih lambat bila berlayar dengan mengandalkan dayung.<ref>Pryor (1992), hlmn. 64–69</ref> Rancangan-rancangan galai semata-mata dimaksudkan untuk memfasilitasi aksi jarak dekat dengan senjata-senjata genggam dan senjata-senjata lontar seperti busur panah dan busur silang. Pada abad ke-13, Kerajaan [[Aragon]] di semenanjung Iberia membuat beberapa armada galai yang diperlengkapi puri pertahanan, diawaki para pemanah silang Katalan, dan secara teratur mengalahkan kekuatan tempur ''[[Wangsa Anjou Kapetia|Angevin]]'' yang jauh lebih besar jumlahnya.<ref>Mott (2003), hlm. 107</ref>
Baris 107:
[[Berkas:Sloane 3584 f.78v Turkish galleys in battle, c.1636.PNG|jmpl|Galai-galai Osmanli bertempur melawan perahu-perahu penyerang di Laut Hitam; naskah Sloane 3584, ''ca.'' 1636]]
Galai sudah sinonim dengan kapal perang di Laut Tengah selama sekurang-kurangnya 2.000 tahun, dan terus-menerus menjalankan peran itu seiring dengan ditemukannya serbuk mesiu dan artileri berat. Meskipun para sejarawan pada permulaan abad ke-20 seringkali menganggap galai menjadi kalah saing seiring kemunculan perdana artileri laut pada kapal-kapal layar,<ref>Khususnya Rodger (1996)</ref> sesungguhnya galailah yang menjadi pilihan utama ketika [[artileri laut|senjata-senjata api laut]] yang berat pertama kali diperkenalkan. Galai merupakan teknologi yang lebih "dewasa", berbekal siasat-siasat dan tradisi-tradisi yang sudah lama berakar dari lembaga-lembaga sosial dan organisasi-organisasi bahari. Dikombinasikan dengan konflik yang semakin intens, kenyataan ini mendorong terjadinya peningkatan substansial pada ukuran armada-armada galai semenjak ''ca.'' 1520–80, teristimewa di kawasan Laut Tengah, tetapi juga di pentas-pentas lain di Eropa.<ref>Glete (2003), hlm. 27</ref> Galai-galai dan kapal-kapal dayung serupa tetap tak tertandingi sebagai kapal-kapal perang bersenjata api yang paling efektif secara teoretis sampai pada era 1560-an, dan secara praktis sampai satu dasawarsa lagi, serta dianggap sebagai ancaman besar bagi keselamatan kapal-kapal perang layar.<ref>Sejarawan bahari Inggris, Nicholas Rodger, menggambarkan kenyataan ini sebagai seuatu "krisis dalam peperangan laut" yang akhirnya menyebabkan dikembangkannya galiung, yang memadukan kemampuan tembak dari haluan, penataan senjata-senjata api berat pada lambungnya, dan peningkatan pesat dalam kemampuan berolah-gerak berkat diperkenalkannya perangkat layar yang lebih canggih; Rodger (2003), hlm. 245. Untuk argumen-argumen yang lebih rinci mengenai perkembangan persenjataan pada lambung kapal, lihat Rodger (1996).</ref> Galai-galai bersenjata api dapat digunakan secara efektif untuk menghadapi galai-galai musuh, menyerang kapal-kapal layar bila cuaca teduh atau arah angin tidak mendukung (atau bila perlu melumpuhkan daya serang kapal-kapal itu), dan dapat pula digunakan baterai tempur terapung dalam pengepungan di laut. Galai-galai ini juga tak tertandingi kemampuan amfibinya, bahkan dapat dikerahkan untuk berlayar dengan jarak tempuh yang sangat jauh, sebagaimana yang dilakukan oleh
Artileri berat di atas galai dipasang pada haluan, sejalan dengan siasat tempur galai yang sudah lama mentradisi yakni menyerang secara langsung dari haluan kapal. Persenjataan di atas galai memiliki bobot yang besar sedari awalnya pada era 1480-an, dan berkemampuan menghancurkan dengan cepat tembok batu Abad Pertengahan yang tinggi dan tipis yang masih tegak pada abad ke-16. Kenyataan ini untuk sementara waktu mengakhiri kedigdayaan benteng-benteng pertahanan pantai yang dibangun pada masa lampau, sehingga harus dibangun kembali dengan daya tahan yang lebih tinggi terhadap gempuran senjata-senjata yang menggunakan serbuk mesiu. Penambahan senjata-senjata api pada galai juga meningkatkan kemampuan tempur amfibinya, karena galai kini mampu melancarkan serang-serangan yang didukung oleh kekuatan senjata-senjata api berat, dan bahkan lebih mudah dipertahankan jika didaratkan dengan buritan menghadap ke darat.<ref>Guilmartin (1974), hlmn. 264–266</ref> Akumulasi serta generalisasi meriam perunggu dan senjata-senjata api jinjing ukuran kecil di Laut Tengah pada abad ke-16 menyebabkan ongkos perang meningkat, tetapi juga menyebabkan pihak-pihak yang mengandalkannya lebih mampu menghindari kerugian nyawa prajurit. Penggunaan senjata-senjata jarak jauh yang lama, seperti busur panah atau bahkan busur silang, memerlukan kemahiran yang memadai, kadang kala perlu berlatih seumur hidup, sementara penggunaan senjata-senjata dengan serbuk mesiu tidak memerlukan banyak latihan.<ref>Guilmartin (1974), hlm. 254</ref> Menurut sebuah kajian berpengaruh yang dihasilkan oleh sejarawan militer, John F. Guilmartin, transisi ke penggunaan senjata api dalam peperangan, seiring dengan kemunculan senjata-senjata api dari besi tuang yang lebih murah harganya pada era 1580-an, menjadi "dentang lonceng kematian" bagi galai perang sebagai sebuah kapal militer yang penting.<ref>Guilmartin (1974), hlm. 57</ref> Senjata-senjata yang menggunakan serbuk mesiu mulai menggeser tenaga manusia sebagai kekuatan tempur dalam satuan-satuan pasukan bersenjata, sehingga membuat masing-masing prajurit menjadi lebih mematikan dan efektif. Sebagai sarana untuk mempertahankan diri, senjata-senjata api jinjing dapat disimpan selama bertahun-tahun dengan sedikit saja perawatan, dan tidak banyak memakan ongkos yang lazimnya harus dikeluarkan untuk menyewa tenaga prajurit. Dengan demikian tenaga manusia pun tergantikan dengan investasi-investasi modal, hal yang merupakan keuntungan bagi kapal-kapal layar karena memang sudah jauh lebih ekonomis dalam pemanfaatan tanaga manusia. Senjata api juga berguna meningkatkan jangkauan stategis kapal-kapal layar sehingga mampu mengungguli galai sebagai kapal tempur.<ref>Glete (2003), hlmn. 32–33</ref>
Baris 113:
=== Kemunduran galai di kawasan Laut Tengah ===
[[Berkas:Battle of Lepanto 1571.jpg|jmpl|[[Pertempuran Lepanto]] pada 1571, pertempuran laut antara armada persekutuan negara-negara Kristen dan armada [[Angkatan Laut Utsmaniyah|bangsa Turki Osmanli]].]]
Peperangan ala Atlantik yang mengandalkan penggunaan kapal-kapal layar bersenjata lengkap mulai mengubah hakikat dari perang laut di Laut Tengah pada abad ke-17. Pada 1616, sebuah skuadron kapal tempur Spanyol yang terdiri atas lima [[galiung]] dan satu [[patas]] yang digunakan untuk menjelajahi kawasan timur Laut Tengah dan mengalahkan satu armada yang terdiri atas 55 galai dalam [[Pertempuran Tanjung Kelidonia]]. Pada 1650, galai-galai perang terutama digunakan dalam peperangan antara Venesia dan [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran Osmanli]] dalam rangka perebutan pulau dan pangkalan-pangkalan niaga pesisir yang strategis, dan sampai dengan era 1720-an oleh
Tidak ada lagi pertempuran besar yang seluruhnya menggunakan galai sesudah peristiwa bentrok besar-besaran di Lepanto pada 1571, dan galai pun menjadi lebih sering dimanfaatkan sebagai kapal jelajah atau untuk mendukung kapal-kapal perang layar sebagai barisan pertahanan belakang dalam aksi-aksi armada tempur, mirip dengan peran kapal-kapal [[frigat|pergata]] di luar kawasan Laut Tengah.<ref name="Jan Glete 1992 hlm. 99"/> Galai-galai dapat menolong kapal-kapal yang menderita kerusakan untuk mundur dari barisan tempur, tetapi umumnya hanya jika cuaca benar-benar teduh, sebagaimana yang terjadi dalam [[Pertempuran Málaga (1704)|Pertempuran Málaga]] pada 1704.<ref>Rodger (2003), hlm. 170</ref> Bagi negara-negara dan wilayah-wilayah kepangeranan yang kecil, serta kelompok-kelompok saudagar swasta, galai lebih terjangkau ketimbang kapal-kapal perang layar yang besar dan rumit, dan digunakan untuk mempertahankan diri terhadap perompakan. Galai membutuhkan lebih sedikit kayu, rancangannya relatif sederhana, dan membawa lebih sedikit senjata api. Galai luwes secara taktis, dan dapat digunakan baik untuk aksi penyergapan di laut maupun untuk operasi-operasi amfibi. Galai hanya memerlukan sedikit awak kapal yang mahir, dan sukar ditangkap oleh kapal-kapal layar, tetapi sangat berguna untuk memburu galai-galai lain serta kapal-kapal penyerbu yang digerakkan dengan dayung.<ref>Bamford (1974), hlm. 14–18</ref>
Armada-armada galai terbesar pada abad ke-17 dimiliki oleh dua kekuatan utama di Laut Tengah, [[
Pertempuran Laut Tengah terakhir dalam catatan sejarah yang melibatkan galai sebagai bagian penting dari kekuatan tempur adalah [[Pertempuran Matapan]] pada 1717, antara Kekaisaran Osmanli dan Venesia bersama sekutu-sekutunya, meskipun pengerahan galai hanya berpengaruh kecil terhadap hasil akhir pertempuran itu. Sejumlah kecil pertempuran laut berskala besar pernah pecah di Laut Tengah sepanjang sisa abad ke-18. Armada galai Toskana ditiadakan sekitar 1718, Napoli hanya memiliki empat galai tua pada 1734, dan Korps Galai
=== Penggunaan galai di Eropa Utara ===
[[Berkas:Vroom Hendrick Cornelisz Dutch Ships Ramming Spanish Galleys off the Flemish Coast in October 1602.jpg|jmpl|Kapal-kapal belanda menubruk galai-galai Spanyol dalam [[Pertempuran Laut Sempit]], Oktober 1602.]]
Kapal-kapal dayung masih tetap digunakan di perairan Eropa Utara dalam kurun waktu yang panjang, meskipun hanya sebagai sarana penunjang dan dalam keadaan tertentu. Dalam [[Peperangan Italia]], galai-galai
Meskipun terlalu rapuh untuk digunakan dalam jumlah yang banyak di perairan terbuka Samudra Atlantik, galai sangat cocok untuk digunakan di perairan Laut Baltik oleh Denmark, Swedia, Rusia, dan beberapa kekuatan Eropa Tengah yang memiliki pelabuhan-pelabuhan di kawasan pesisir Eropa Utara. Ada dua macam medan pertempuran laut di kawasan Baltik. Yang pertama adalah laut lepas, yang cocok bagi armada-armada kapal layar; yang kedua adalah kawasan pesisir dan khususnya gugusan pulau dan kepulauan kecil yang nyaris tanpa terputus berjajar dari Stockholm sampai ke Teluk Finlandia. Di kawasan ini, kondisi perairan seringkali terlalu teduh, sempit, dan dangkal bagi kapal-kapal layar, tetapi sangat bagus bagi galai dan alat-alat angkut berdayung lainnya.<ref>Rodger (2003), hlmn. 230–230; lihat pula R. C. Anderson, ''Naval Wars in the Baltic'', hlmn. 177–178</ref> Galai jenis Laut Tengah pertama kali diperkenalkan di [[Laut Baltik]] sekitar pertengahan abad ke-16 tatkala persaingan antar negara Skandinavia, Denmark dan Swedia, makin meningkat. Armada galai Swedia adalah yang terbesar di luar kawasan Laut Tengah, dan digunakan sebagai cabang pembantu dari kekuatan Angkatan Darat Swedia. Sangat sedikit yang diketahui tentang rancangan galai-galai Laut Baltik, selain bahwa ukurannya rata-rata lebih kecil dari pada galai-galai Laut Tengah dan didayung oleh prajurit-prajurit angkatan darat, bukannya orang-orang hukuman atau pun budak belian.<ref>Glete (2003), hlmn. 224–225</ref>
Baris 182:
[[Berkas:Swedish galley (1715)-rambade.jpg|jmpl|kiri|Landasan tempur (''rambat'') yang lazim dijumpai di galai-galai pada permulaan Zaman Modern. Model kapal ini adalah miniatur dari sebuah galai Swedia tahun 1715, sedikit lebih kecil dari pada galai perang standar Laut Tengah, tetapi dibuat berdasarkan rancangan yang sama.]]
Seiring munculnya kebiasaan memasang senjata api di haluan galai, diperkenalkan pula kebiasaan memasang sebuah bangunan dari kayu yang disebut ''rambat'' (bahasa
Pada pertengahan abad ke-17, galai telah mencapai "wujud akhirnya".<ref name="Jan Glete 1992 hlm. 98">Jan Glete, "The Oared Warship" dalam Gardiner & Lavery (1992), hlm. 98</ref> Tampilan galai terlihat kurang lebih sama selama lebih dari empat abad dan sebuah sistem klasifikasi standar untuk berbagai ukuran galai telah dikembangkan oleh birokrasi-birokrasi Laut Tengah, sebagian besar didasarkan pada banyaknya pulangan pada sebuah galai.<ref name="Glete 1993 81"/> Sebuah galai Laut Tengah memiliki 25-26 pasang dayung dengan lima orang pada tiap dayung (''ca''. 250 pendayung), 50-100 pelaut, dan 50-100 prajurit sehingga jumlah awak kapal dapat mencapai 500 orang. Pengecualiannya adalah "kapal-kapal bendera" berukuran besar (seringkali disebut ''lanterna'', "galai lentera") yang memiliki 30 pasang dayung dan jumlah pendayung sampai tujuh orang pada tiap dayung. Persenjataannya meliputi selaras senjata api pelontar peluru berbobot 24 atau 36 pon di haluan diapit dua sampai empat laras senjata api pelontar peluru berbobot 4 sampai 12 pon. Barisan-barisan [[lela]] ringan seringkali ditempatkan di sepanjang bibir galai sebagai sarana bertahan dalam pertempuran jarak dekat. Rasio panjang banding lebar dari kapal-kapal ini mencapai sekitar 8:1, dengan dua tiang yang masing-masing menopang selembar [[layar latin]]. Di kawasan Baltik, ukuran galai pada umumnya lebih pendek dengan rasio panjang banding lebar berkisar antara 5:1 sampai 7:1, yang merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan perairan yang sempit di kepulauan Baltik.<ref>Jan Glete, "The Oared Warship" dalam Gardiner & Lavery (1992), hlmn. 98–100</ref>
Baris 188:
Sebatang [[tiang kapal|tiang]] tunggal adalah wujud standar pada sebagian besar galai perang sampai dengan ''ca.'' 1600. Sebatang tiang kedua yang lebih pendek dapat pula ditegakkan untuk sementara waktu di haluan, tetapi kelak menjadi bagian permanen dari galai pada permulaan abad ke-17. Tiang ini sedikit digeser ke samping untuk memberi ruang bagi hentakan senjata-senjata api berat; tiang yang lain ditempatkan kira-kira di tengah-tengah kapal. Sebatang tiang ketiga yang lebih kecil di buritan, sama fungsinya dengan [[tiang penggawa]], juga diperkenalkan pada galai-galai besar, kemungkinan besar pada permulaan abad ke-17, tetapi baru menjadi standar sekurang-kurangnya pada permulaan abad ke-18.<ref>Anderson (1962), hlm. 17</ref> Galai memiliki ruang yang terbatas untuk menampung perbekalan dan bergantung pada pengisian kembali perbekalan secara acap kali dan kerap berlabuh pada malam hari untuk mengistirahatkan awak kapal dan untuk memasak. [[dapur kapal|Tempat masak-memasak]] di atas galai adalah sebuah kotak berlapis lempung berisi [[tungku api]] atau alat masak-memasak serupa yang diletakkan di tempat salah satu pulangan, biasanya pada sisi kiri kapal (dilihat pada posisi menghadap ke haluan).<ref>Lehmann (1984), hlm. 22</ref>
{{Gallery
|title=Model galai
|width=300
|height=200
|lines=4
|align=center
|File:Dauphine-IMG 6921.jpg|Tampak samping. ''Dauphine'' dibuat pada 1736 dan bertahan sampai [[Revolusi
|File:Dauphine-IMG 6926.jpg|Tampak depan. Model kontemporer dipajang di museum bahari Toulon.
}}
Baris 241:
Angkatan laut Abad Pertengahan kelak terus menggunakan sisat-siasat serupa, dengan formasi [[Siasat tempur galai|berbanjar]] sebagai formasi tempur yang standar, karena galai dirancang untuk menghadapi gempuran dari arah haluan, dan sangat lemah di bagian lambung, terutama pada bagian tengahnya. Formasi sabit ala Bizantium terus dipergunakan sepanjang Abad Pertengahan. Formasi ini memungkinkan sayap-sayap armada menabrakkan haluannya tepat pada lambung kapal-kapal yang terletak di ujung formasi tempur musuh.<ref>Pryor (1983), hlmn. 193–194</ref>
[[Rugerius dari Lauria]] (''ca.'' 1245–1305) adalah seorang ahli siasat perang laut pada Abad Pertengahan yang bertempur di pihak Angkatan Laut [[Aragon]] melawan armada-armada [[Wangsa Kapet|Angevin]] dalam [[Perang Vesper Sisilia]]. Dalam [[Pertempuran Malta]] pada Juli 1283, ia berhasil memancing keluar galai-galai Angevin yang sedang didaratkan dengan buritan menghadap ke darat, dengan cara menyerukan tantangan secara terbuka terhadap mereka. Menyerang mereka dalam posisi bertahan yang kuat secara langsung akan sangat berbahaya karena posisi semacam itu merupakan barisan rapat yang kokoh, sehingga memungkinkan para pendayung untuk meloloskan diri ke pantai dan memungkinkan pengerahan pasukan pejalan kaki dari pantai untuk memperkuat titik-titik lemah. Ia juga mengerahkan para pemanah silang dan para [[almogavar]], prajurit-prajurit pejalan kaki bersenjata ringan, yang lebih lincah bergerak dalam aksi-aksi dari kapal ke kapal dibandingkan dengan prajurit-prajurit
=== Galai bersenjata api ===
Baris 253:
Galai digunakan semata-mata untuk keperluan-keperluan seremonial oleh banyak penguasa dan negara. Di Eropa pada permulaan Abad Pertengahan, galai mendapatkan muruah besar yang tidak dimiliki kapal-kapal lain. Sejak awal keberadaannya, galai dikemudikan mengikuti perintah para panglima bala tentara darat, dan digunakan dalam pertempuran mengikuti siasat-siasat tempur yang diadaptasi dari peperangan di darat. Karena itulah galai mendapatkan kedudukan terhormat dalam kaitannya dengan pertempuran-pertempuran darat, yakni pencapaian tertinggi seorang bangsawan terkemuka atau seorang raja. Di kawasan Baltik, Raja [[Gustav I dari Swedia]], pendiri negara Swedia modern, menunjukkan ketertarikan khusus pada galai, selayaknya seorang penguasa [[Renaisans|Abad Pembaharuan]] di Eropa. Kapan pun melakukan kunjungan dengan berlayar, Gustav, para pembesar istana, para birokrat kerajaan, dan para garda pribadi raja akan menggunakan galai.<ref>Jan Glete, "Vasatidens galärflottor" in Norman (2000), hlmn. 39, 42</ref> Sekitar masa yang sama, Raja [[Henry VIII dari Inggris]] yang sangat berambisi untuk menyamai reputasi sang pemimpin besar pada Abad Pembaharuan itu, juga memerintahkan pembuatan beberapa buah galai bergaya Laut Tengah (dan bahkan mengawaki galai-galai itu dengan budak-budak belian), meskipun Angkatan Laut Inggris kala itu lebih banyak mengandalkan kapal-kapal layar.<ref name="John Bennel 2000 hlmn. 35-37"/>
Meskipun [[kapal perang layar]] semakin lama semakin penting, galai tetap lebih erat hubungannya dengan peperangan di darat, dan dengan muruah yang terkait dengannya. Sejarawan bahari Inggris [[Nicholas Rodger]] mendeskripsikannya sebagai pameran "lambang tertinggi kuasa kerajaan ... yang berasal dari hubungannya yang erat dengan angkatan darat, dan oleh karena itu dengan para penguasa".<ref>Rodger (2003), hlm. 237</ref> Pemahaman dan pemanfaatan galai seperti ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sang "Raja Matahari"
[[Berkas:Gouache of 17th century French royal galley-side.jpg|jmpl|Lukisan [[gouache]] dari sebuah Galai Kerajaan
Dikaryakannya para terpidana pelaku kriminal, para pembangkang politik, dan para penyimpang agama sebagai pendayung-pendayung galai turut membuat korps galai menjadi besar, disegani, dan merupakan sistem penahanan yang hemat biaya.<ref>Bamford (1974), hlmn. 275–278</ref> Para pendayung dari kaum Protestan
== Galai-galai yang masih ada ==
|