Keuskupan Sintang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tanjungkarang |
k ←Suntingan 114.4.212.129 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Albertus Aditya Tag: Pengembalian |
||
Baris 11:
| ekonom = R.D. Yohanes Pranoto
| katedral = [[Paroki Kristus Raja, Katedral Sintang|Kristus Raja]], Sintang
| alamat = Jl. A. Yani 8, Kotak Pos 30-31, Sintang 78611, [[
| pusat = [[Kota Sintang]]
| coordinates =
Baris 24:
| catatan2 =
}}
'''Keuskupan Sintang''' adalah [[keuskupan sufragan]] dari [[Keuskupan Agung Pontianak]]<ref>[http://www.kawali.org/viewPage.php?aid=24 Pembagian provinsi gerejawi di situs kawali.org]</ref> yang berpusat di [[Kota Sintang]], [[
== Sejarah ==
Baris 38:
Permulaan Perkembangan Gereja Katolik di Keuskupan Sintang
Gereja di Keuskupan Sintang dimulai dari sebuah “biji” yang betul-betul kecil dan hampir tidak kelihatan, yakni wilayah Sejiram. Ketika seluruh Nusantara masih di bawah satu Vikariat Apostolik Jakarta, sudah ada maksud mendirikan karya misi di antara orang-orang Dayak. Dalam surat Vikaris Apostolik dari Batavia tertanggal 25 Pebruari 1884, dengan nomor 178, Mgr. Claessens memberitahu tentang pertemuannya dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Buitenzorg (bogor), yang menyatakan kemungkinan pemerintah Belanda memberi daerah Borneo bagi Misi Katolik. Dalam surat itu juga dinyatakan bahwa dalam penjajakannya yang terakhir di Borneo ada kesan cukup baik akan kemungkinan penerimaan orang Dayak terhadap Misi Katolik. Ijin untuk memulai bekerja di antara orang Dayak diberikan pada tanggal 7 Agustus 1884, mula-mula di daerah-daerahang langsung di bawah pemerintah Belanda, yakni di Sambas, Mempawah dan Sintang. Pater Staal beberapa kali mengadakan perjalanan untuk meninjau situasi. Beliau menganjurkan supaya misi dimulai di antara orang-orang Dayak yang diam di sekitar Bengkayang, khususnya di kampung Sebalau. Darah itu tidak terlalu jauh dari Singkawang, sehingga Pastor Singkawang dan Pastor Sebalau dapat mudah berhubungan. Residen Gijbers dari Pontianak menganjurkan supaya Pater Staal mengunjungi juga daerah-daerah lain: lima hari mudfik dengan motor-boat dari
Dalam pertimbangan selanjutnya ternyata Sebalau tidak dipilih, karena terletak dalam daerah kekuasaan Sultan Sambas dan tidak ada jaminan bahwa pejabat-pejabatnya yang semuanya Islam tidak akan menghalangi karya misi di antara orang-orang Dayak yang masih animis. Dengan demikian, pilihan jatuh pada Semitau, tempat kedudukan seorang Kontrolir yang membawahi daerah Kapuas Hulu. Residen Sintang menyetujui rencana itu dan menyatakan bahwa Suku Seberuang, Rambai dan Kantuk cukup taat pada Pemnerintah Belanda dan mereka bersedia menerima Misi Katolik.
Baris 240:
{{Katolik-stub}}
[[Kategori:
|