Masahiko Amakasu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
Baris 18:
Sebagai seorang letnan yang bertanggung jawab atas detasemen [[polisi militer]] Kenpeitai selama kekacauan segera setelah [[Gempa bumi besar Kantō 1923|gempa besar Kantō tahun 1923]] pada tanggal 16 September 1923, detasemennya menangkap anarkis terkenal Sakae Ōsugi dan Noe Itō, bersama dengan keponakan Sakae yang berusia 6 tahun, Munekazu Tachibana. Dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Insiden Amakasu, para tersangka dipukul sampai mati dan tubuh mereka dilemparkan ke dalam sumur. Pembunuhan kaum anarkis berprofil tinggi, bersama dengan seorang anak muda, memicu kejutan dan kemarahan di seluruh Jepang. Amakasu adalah mahkamah militer dan dijatuhi hukuman untuk melayani 10 tahun di Penjara Chiba.<ref>Jansen, Marius B. (2000). The Making of Modern Japan'', p. 573.''</ref>
 
Namun, Amakasu dibebaskan setelah hanya tiga tahun karena [[amnesti]] umum diberitakan dalam perayaan kenaikan [[Hirohito]] sebagai [[Kaisar Jepang]]. Setelah dibebaskan, Amakasu dikirim ke [[PerancisPrancis]] untuk belajar oleh Angkatan Darat Jepang mulai dari bulan Juli 1927. Sementara di PerancisPrancis, ia berkenalan dengan artis terkenal, Tsuguharu Foujita. Dia kembali ke Jepang pada tahun 1930, tetapi hampir segera pindah ke [[Shenyang|Mukden]] di [[Manchuria]], di mana dia bekerja di bawah spymaster Jepang [[Kenji Doihara]] untuk mengelola peningkatan keterlibatan Tentara Jepang dalam produksi [[opium]] dan penyelundupan ke Tiongkok. Setelah [[Insiden Mukden|Insiden Manchuria]], ia pindah ke [[Harbin]], di mana ia terlibat dalam upaya menyelundupkan mantan kaisar [[Dinasti Qing|Qing]] [[Kaisar Xuantong|Puyi]] dari konsesi asing di [[Tianjin]] ke Manchuria, di mana ia akan menjadi penguasa boneka negara baru [[Manchukuo]]. Ketika Puyi mendarat di Port Arthur pada bulan November 1931, Amakasu yang menyambutnya di dermaga dan mengantarnya ke kereta yang membawanya ke Hotel Yamato.<ref>Behr, Edward ''The Last Emperor'', Toronto: Futura, 1987 p. 193.</ref> Sementara di kereta, Amakasu membual ke Puyi tentang bagaimana dia telah membunuh Itō, Ōsugi dan Tachibana karena mereka adalah "musuh Kaisar", dan bahwa dia dengan senang hati akan membunuh Puyi sendiri jika dia harus membuktikan menjadi "musuh Kaisar".<ref>Behr, Edward ''The Last Emperor'', Toronto: Futura, 1987 page 193.</ref> Di Manchukuo, Amakasu membantu membentuk pasukan polisi sipil di ibukota baru [[Changchun]] karena kota [[Changchun]] telah diganti namanya. Selama waktunya di Manchukuo, Amakasu terkenal karena kebrutalannya, dan sejarawan Amerika Louise Young menggambarkan Amakasu sebagai seorang "sadis" yang suka menyiksa dan membunuh orang.<ref>Young, Louise ''Japan's Total Empire: Manchuria and the Culture of Wartime Imperialism'', Los Angeles: University of California Press, 1999 p. 16.</ref> Pada tahun 1934, ketika penobatan Puyi sebagai Kaisar Manchukuo, Amkasu kembali memainkan peran sebagai pemikir Puyi dengan kedok sebagai direktur kru film yang merekam penobatan.<ref>Behr, Edward ''The Last Emperor'', Toronto: Futura, 1987 p. 213.</ref> Setelah [[Insiden Jembatan Marco Polo]] pada tahun 1937, yang menandai dimulainya perang dengan Tiongkok, Amakasu memainkan peran penting dalam operasi rahasia melawan Tiongkok.
 
Pada tahun 1939, dengan dukungan [[Nobusuke Kishi]], ia dinobatkan sebagai kepala Manchukuo Film Association, yang merupakan salah satu kendaraan [[propaganda]] utama untuk [[Tentara Kwantung]] untuk meningkatkan dukungan publik untuk [[Manchukuo]] dan untuk upaya perang melawan pemerintah [[Kuomintang]] Tiongkok.<ref>Nornes, Japan/American Film Wars. p. 84</ref> Amakasu berusaha keras untuk meningkatkan kualitas karya yang dihasilkan, bepergian ke [[Jerman]] untuk memperoleh kameran film dan teknik produksi terbaru, dan mengundang bintang film, sutradara dan konduktor Jepang (seperti Takashi Asahina) untuk mengunjungi Manchukuo dan berpartisipasi dalam karya-karyanya . Usahanya instrumental dalam meluncurkan karier Yoshiko Ōtaka, lebih dikenal sebagai "Ri Kōran" dalam bahasa Jepang.<ref>Young, Japan's Total Empire. p. 16</ref>