Gender: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis) |
k memperbaiki kesalahan dalam pengetikan |
||
Baris 37:
==== Gender ketiga dan gender nonbiner ====
{{main|Gender ketiga|Genderqueer}}
Secara tradisional pada umumnya, masyarakat hanya mengakui dua peran gender yaitu feminin dan maskulin. Keduanyapun masing-masing berkaitan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Ketika seorang bayi lahir, masyarakat menempatkan bayi itu ke dalam satu gender berdasarkan tampilan [[organ genitalia]] mereka.<ref name="Birke, Lynda 2001">{{cite book|last=Birke|first=L.|year=2001 |chapter=In Pursuit of Difference: Scientific Studies of Women and Men |editor-first1=M.|editor-last1=Lederman |editor-first2=I.|editor-last2=Bartsch |title=The Gender and Science Reader |location=New York|publisher= Routledge}}</ref> Akan tetapi, beberapa masyarakat di dunia memiliki kelompok gender yang tidak terpatok pada jenis kelamin biologis misalnya orang [[Bissu]] dalam kebudayaan [[Bugis]]<ref>{{cite magazine|last=Graham |first=Sharyn |year=2001 |url=http://www.insideindonesia.org/sulawesis-fifth-gender-2 |title=Sulawesi's fifth gender |magazine=Inside Indonesia |issue=66 |publisher=Indonesian Resources and Information Program |issn=0814-1185}}</ref> dan orang [[dua roh]] di kebudayaan pribumi Amerika. Kelompok in disebut dalam [[sosiologi gender|sosiologi]] sebagai [[gender ketiga]]<ref>{{Cite book | editor=Gilbert Herdt | title=Third Sex Third Gender: Beyond Sexual Dimorphism in Culture and History | year=1996 | isbn=0-942299-82-5 | oclc=35293440}}</ref> yang terpisah dari kondisi jenis kelamin biologis.<ref>{{cite book|first=W.|last=Roscoe|title=Changing Ones: Third and Fourth Genders in Native North America|publisher= Palgrave Macmillan|year=2000|isbn=0-312-22479-6}}</ref> Beberapa contoh lainnya
=== Pengukuran identitas gender ===
Baris 48:
Biolog dan feminis Amerika Serikat yaitu [[Anne Fausto-Sterling]] menolak diskursus gender secara [[determinisme]] biologis versus sosial dan menyarankan dilakukannya analisis yang lebih dalam terhadap bagaimana interaksi antara individu makhluk hidup dengan lingkungannya mempengaruhi kapasitas individu tersebut.<ref>{{cite book|first=A. |last=Fausto-Sterling |year=1992|title=Myths of Gender: Biological Theories about Men and Women|location=New York|publisher= Basic Books|page=8 |isbn=0-465-04792-0}}</ref> Filsuf Prancis yaitu [[Simone de Beauvoir]] menerapkan [[eksistensialisme]] dalam feminisme dan menyebut di dalam bukunya tahun 1949 berjudul ''[[The Second Sex]]'', "Seseorang tidak lahir perempuan, tapi menjadi perempuan."<ref>{{cite book|last=de Beauvoir|first=S.|date=1949|title=The Second Sex|publisher=Alfred A. Knopf}}</ref> Kalimat ini di dalam konteksnya merupakan sebuah pernyataan filosofis. Tapi kalimat tersebut dapat pula dianalisis melalui sudut pandang biologi—bahwa seorang anak perempuan harus melalui [[pubertas]] untuk menjadi seorang wanita—serta sudut pandang sosiologi—dengan mempertimbangakan bahwa sebagian besar dari sifat kedewasaan diperoleh dari pengamatan lingkungan.{{sfn|Fausto-Sterling|2000|p=44–77}}
Isitlah "gender" dalam [[teori feminis]] berkembang
[[Kajian gender]] mengartikan "gender" sebagai konstruksi maskulinitas dan femininitas sosial dan kultural yang disediakan. Gender di dalam konteks ini tidak mencakup mengenai perbedaan biologis dan berfokus pada perbedaan kebudayaan.<ref>{{cite book|last=Garrett|first=S.|date=1992|url=https://books.google.com/books?id=WMoNAAAAQAAJ&printsec=frontcover |title=Gender|publisher=Routledge |page=vii |isbn=0-422-60570-0}}</ref> Pengertian ini muncul dari beberapa literatur seperti dari ahli psikoanalisis Prancis yaitu [[Jacques Lacan]], [[Julia Kristeva]], [[Luce Irigaray]],
Sosiolog Amerika Serikat yaitu Charles E. Hurst menyatakan bahwa beberapa orang berpikir bahwa jenis kelamin akan, "... secara otomatis menentukan sikap dan peran (sosial) gender seseorang serta [[orientasi seksual]] seseorang ...".<ref group="cat.">Teks asli dalam bahasa Inggris: "... automatically determine one's gender demeanor and role (social) as well as one's sexual orientation ...".</ref><ref name="Hurst141" /> Beberapa sosiolog gender meyakini bahwa manusia memiliki asal dan kebiasaan kultural ketika membahas soal gender. Sebagai contoh, sosiolog Amerika Serikat yaitu Michael Schwalbe meyakini bahwa manusia harus diajari cara berperilaku sesuai gendernya untuk mengisi peran gendernya serta bahwa cara orang berperilaku maskulin atau feminin memiliki interaksi dengan [[:wikt:ekspektasi|ekspektasi]] sosial. Schwalbe comments that humans "are the results of many people embracing and acting on similar ideas".<ref>{{cite book|last=Schwalbe|first= M.|date=2005|title=The Sociologically Examined Life: Pieces of the Conversation|edition=ke-3|pages=22–23|isbn=0-07-282579-0}}</ref> Setiap orang menunjukkan perilaku ini melalui segala macam hal mulai dari pakaian dan gaya rambut hingga pekerjaan dan lingkaran sosial. Schwalbe meyakin bahwa perbedaan dalam gender tersebut penting karena masyarakat ingin mengenal dan mengelompokkan setiap orang yang mereka lihat. Masyarakat membutuhkan pengelompokkan orang-orang ke kategori-kategori yang berbeda untuk memandang mereka.
Baris 58:
Ilmuwan politik yaitu Mary Hawkesworth menyebutkan bahwa sejak tahun 1970-an, konsep gender telah beralih dan mulai digunakan secara berbeda-beda di dalam literatur feminis. Hawkesworth memperhatikan bahwa peralihan terjadi ketika akademisi feminis seperti [[Sandra Harding]] dan [[Joan Wallach Scott|Joan Scott]] mulai menjelaskan gender "... sebagai sebuah kategori analitis yang digunakan manusia untuk memahami dan mengatur aktivitas sosial mereka."<ref group="cat.">Teks asli dalam bahasa Inggris: "... as an analytic category within which humans think about and organize their social activity."</ref> Akademisi feminis di dalam [[ilmu politik]] mulai menggunakan gender sebagai sebuah kategori analitis yang menyoroti "... hubungan-hubungan sosial dan politik yang tidak dihiraukan oleh sumber-sumber arus utama."<ref group="cat.">Teks asli dalam bahasa Inggris: "... social and political relations neglected by mainstream accounts."</ref> Akan tetapi, Hawkesworth juga menyatakan bahwa feminisme belum menjadi paradigma dominan dalam ilmu politik.<ref>{{cite journal|last=Hawkesworth|first=M.|year=2005|title=Engendering political science: An immodest proposal|journal=Politics & Gender|volume=1|issue=1|pages=141–156|doi=10.1017/s1743923x0523101x}}</ref>
Ilmuwan politik Amerika Serikat yaitu Karen Beckwith menjelaskan konsep gender dalam ilmu politik dengan menyebutkan bahwa terdapat sebuah "bahasa gender yang umum" yang harus diekspresikan dengan jelas jika ingin digunakan dalam ilmu politik. Beckwith menyebutkan dua cara
Ilmuwan politik Kanada yaitu Jacquetta Newman menyebutkan bahwa meskipun jenis kelamin ditentukan secara biologis, cara seseorang mengekspresikan gendernya tidak. Gender merupakan proses yang dikonstruksi secara sosial berdasarkan budaya meskipun seringkali ekspektasi budaya terhadap wanita dan pria berhubungan dengan biologi mereka. Karena itu, Newman beranggapan bahwa keistimewaan jenis kelamin tertentu menjadi penyebab dari terjadinya opresi sembari tidak menghiraukan masalah-masalah lainnya seperti ras, disabilitas, kemiskinan, dan lain-lain. Kajian gender kini mencoba untuk beralih dari pandangan tersebut dan memeriksa interseksionalitas dari faktor-faktor yang ada yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Newman juga menyebutkan bahwa beberapa kebudayaan di dunia belum tentu memiliki pandangan yang sama mengenai gender dan peran gender dengan kebudayaan barat.<ref name="NewmanWhite1964">{{cite book|title=Women, Politics, and Public Policy: The Political Struggles of Canadian Women, 2nd ed|last1=Newman|first1=J.|last2=White|first2=L.|publisher=Oxford University Press|year=1964|pages=6-7}}</ref>
|