Selat Malaka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah link "Asia Tenggara" ke halaman Wikipedia "Asia Tenggara". |
k Menambah link "Thomas B. Fargo" ke halaman Wikipedia bahasa Inggris "Thomas B. Fargo". |
||
Baris 32:
Intervensi Amerika Serikat terjadi sejak terjadinya Perang Dingin. Sebagai ''checkpoint'' lalu lintas perang dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindi, Amerika Serikat menilai Selat Malaka sebagai daerah yang penting untuk memperkuat pertahanan ekonomi dan ekspansi globala. Amerika Serikat kemudian menawarkan kerjasama keamanan kepada negara Asia Tenggara<ref>Puspitasari, Maygy Dwi. 2003. Alasan Indonesia, Malaysia & Singapura Menjalin Kerjasama Trilateral Patroli Terkoordinasi Malsindo di Tahun 2004. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No.1</ref>.
Pada tanggal 31 Maret 2004, Amerika Serikat melalui Kepala Angkatan Laut, [[:en:Thomas B. Fargo|Thomas B. Fargo]], menawarkan suatu kerjasama pengamanan militer perairan Selat Malaka melalui proposal yang bernama ''Regional Maritime Security Initiative'' (RMSI). RMSI merupakan suatu usaha mengoperasionalkan suatu inisiasi pengamanan dalam bentuk kerjasama maritim regional dalam bidang pengamanan kawasan Asia Timur dan Pasifik terkhusunya Selat Malaka<ref>Puspitasari, Maygy Dwi. 2003. Alasan Indonesia, Malaysia & Singapura Menjalin Kerjasama Trilateral Patroli Terkoordinasi Malsindo di Tahun 2004. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No.1</ref>. Secara mudah adalah penempatan personel Amerika Serikat sebagai salah satu penjaga keamanan di Selat Malaka.
Penawaran Amerika Serikat kepada negara Asia Tenggara terutama kepada negara di kawasan Malaka mengalami pro dan kontra. Indonesia dan Malaysia secara tegas menolak tawaran Amerika Serikat. Secara langsung konsep tawaran Amerika Serikat dapat mengancam kedaulatan nasional masing-masing negara. Namun Singapura sendiri menyambut positif tawaran Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat secara wajar sebab Singapura adalah negara yang paling lemah pertahanan dan keamanannya. Jumlah angkatan militer yang tidak terlalu banyak menjadikan Singapura rawan terhadap ancaman nasional mereka. Sehingga wajar Singapura menyambut baik tawaran Amerika Serikat. Akan tetapi tanggapan negara sekitar seperti Indonesia dan Malaysia yang cenderung menolak menjadikan rencana tersebut mengalami hambatan dalam realisasi.
|