Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS
←Mengganti halaman dengan 'rrr vvv bbb'
Tag: Penggantian Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS
Baris 1:
rrr vvv bbb
=J. Mario Belougi=
'''J. Mario Belougi ''' (Lahir di [[Wanua Manurung|Manurung]], [[Kabupaten Luwu Timur|Luwu]], [[Sulawesi Selatan]], [[5 Mei]] [[1975]]; umur 43 tahun) adalah seorang [[aktivis]] [[Indonesia]] dari pedalaman [[Pulau Sulawesi]]. Dia merupakan [[tokoh]] pergerakan [[orang pinggiran|arus bawah]] era [[1990-an]]. Selain aktif dalam dunia pergerakan, Belougi juga peduli urusan [[sosial]] dan integritas [[bangsa]], ia menjadi ketua tim relawan [[kemanusiaan]] dari [[Sulawesi]] pada pelaksanaan [[jajak pendapat]] di [[Timor Timur]] tahun 1999.
 
Belougi memutuskan pulang ke desa di penghujung tahun 1999 dan beraktivitas sebagai [[aktivis sosial|pegiat sosial]], ide serta gagasannya mengilhami lahirnya gerakan [[Indonesia Back to Nature]] tahun 2000. Bersama tokoh-tokoh pedalaman, Belougi mendirikan Ormas [[Ormas|Aliansi Masyarakat Pedalaman Nusantara]] (Ormas Ampera) tahun 2015 serta menjadi ketua ormas tersebut sejak November 2018. Terlepas dari aktivitas sosialnya, ia juga dipercaya menjabat [[Komisaris]] pada kelompok usaha [[Perusahaan|Rantemario International]], [[Perusahaan|Group Celebes]] dan [[perusahaan|Bumi Raja Ampat]]
 
{{Infobox person
|name = J. Mario Belougi
|image =Arbel2.jpg
|alt =
|employer =
|ethnicity = [[Suku Sangir|Sangir]]
|birthname =
|birth_date = {{Birth date and age|1975|5|5}}
|birth_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Wanua Manurung|Manurung]], [[Kabupaten Luwu Timur|Luwu]], [[Sulawesi Selatan]]
|death_date =
|relatives = [[Aktivis|A. Rianda Toraya]] (kakak)
|partner =
|residence =
|yearsacktive = [[1990]] - sekarang
|death_place =
|nationality =
|home_town =
|other_names =
|known_for =
|yearsactive = [[1990]] - sekarang
|organization= * Pendiri [[Ormas|Komunitas Sapulidi]] </br>
* Pendiri [[Ormas|Ormas Ampera]]
| relation =
|spouse = [[aktivis|Fatimah Az Zahra]]
 
|occupation = [[Aktivis|Pegiat sosial]] <br/>
 
|nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
|alma_mater =
| parents =
|ethnicity =
|yearsacktive = [[1990]] - sekarang
| campaign =
| affiliation =
| religion =
}}
==Kehidupan awal==
Rumpun keluarganya berasal dari [[masyarakat adat]] etnis [[Suku Bugis|Bugis]] dan [[Suku Toraja|Toraja]]. Ia dilahirkan di Desa Manurung, Luwu, Sulawesi Selatan pada tanggal 5 Mei 1975 dan menjalani kehidupan awal di pedalaman [[Wanua Manurung|Kampung Cerekang]] dan [[Mahalona]], [[Kabupaten Luwu Timur|Luwu Timur]]. Masa kecilnya dilewati dengan segala keterbatasan di mana hidup sebagai [[nelayan ]] [[tradisional]] dan [[petani]] musiman adalah warisan leluhurnya. Ia merupakan adik dari [[aktivis|A. Rianda Toraya]], seorang aktivis lingkungan yang meninggal pada terjadinya [[Tsunami Aceh]] tahun 2004 dan memiliki seorang ibu angkat bernama [[Juana Lawendatu]]. Aktivitas sosialnya diawali pada tahun 1990 dengan mendirikan [[lembaga sosial|komunitas sosial]] anak pedalaman bernama [[komunitas|Komunitas Sapulidi]] di [[Pulau Loeha]], [[Danau Towuti]].
 
Sejak tahun 1991, Belougi tinggal bersama ibu angkatnya di Kota Makassar dan mulai berafiliasi dengan kaum [[orang pinggiran|marjinal]]. Di awal tahun 1992 ia sudah bergabung dengan tokoh-tokoh pergerakan di pinggiran kota dan melakukan manuver-manuver pergerakan dalam memperjuangkan hak-hak dasar [[rakyat]] yang dirampas oleh [[negara]]. Publik mulai mengenalnya saat ia memimpin gerakan [[orang pinggiran|massa arus bawah]] melakukan [[kampanye]] anti [[diskriminasi]] dan [[intimidasi]] serta melancarkan [[mosi tidak percaya]] terhadap pemerintah di Makassar, Sulawesi Selatan tahun 1993.
==Save Our Makassar==
Belougi kembali memimpin massa arus bawah turun ke jalan pada bulan April 1994, dalam orasinya, Belougi menolak pemberian anugerah [[Kota Makasar]] sebagai kota [[metropolitan]] oleh [[pemerintah pusat]] yang berimbas pada perampasan hak hidup [[orang pinggiran]] seperti [[pedagang kaki lima]], [[anak jalanan]] serta penggusuran perkampungan [[nelayan]] [[tradisional]].
 
Aksi massa yang berujung pada tindak [[anarkis]] ini mengakibatkan kerusakan sejumlah fasilitas pemerintah Kota Makassar dan [[Provinsi Sulawesi Selatan|Pemprov Sulawesi Selatan]]. Publik menyebut gerakan penyelamatan kaum [[Orang pinggiran|marjinal]] ini merupakan yang terbesar yang pernah dilakukan masyarakat arus bawah di Sulawesi Selatan dan dikenal dengan gerakan [[demonstrasi|Save Our Makassar]]. Dalam peristiwa ini, Belougi selaku koordinator aksi massa dinyatakan sebagai pihak yang bertanggung jawab.
==Akhir masa orde baru==
Sepanjang tahun 1990-an, Belougi menjadi bulan-bulanan pihak berwajib karena sikapnya yang bersebrangan dengan pemerintah. Pada tanggal 16 Mei 1998 atau H - 5 lengsernya rezim [[orde baru]], ia berurusan dengan aparat [[Polda Metro Jaya]] atas ulahnya menghina aparat [[kepolisian]] dan memprovokasi para simpatisan anti [[orde baru]] yang datang dari luar [[Pulau Jawa]] untuk melakukan kontak fisik dengan aparat keamanan di pelabuhan [[Tanjung Priok]], [[Jakarta]]. Peristiwa ini merupakan awal mula [[kerusuhan]] di wilayah utata Jakarta.
 
Berahirnya masa orde pada Mei 1998 tidak membuat belougi berhenti berbuat, ia pulang ke desa di [[Ampana]], [[Sulawesi Tengah]] dan menggalang dukungan dari [[masyarakat adat]] dan tokoh-tokoh pedalaman untuk mendesak pemerintah agar [[tanah ulayat]] yang dikelola pihak asing segera dikembalikan kepada [[masyarakat adat]] dan mencabut izin Hak Guna Usaha (HGU) sejumlah perusahaan yang diduga melakukan praktek [[illegal logging]] di [[kawasan hutan]] [[Sulawesi]]
 
Gagasan Belougi ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan, dan pada bulan Maret 1999, sebuah lokasi [[perkebunan]] [[kelapa sawit]] yang dikelolah oleh PT. Sinar Indonesia Merdeka (SINDOKA) milik [[Siti Hardijanti Rukmana|Keluarga Cendana]] di Luwu, Sulwesi Selatan menjadi sasaran massa, semua anggota manajemen dan [[pekerja]] [[perusahaan]] dipaksa untuk meninggalkan lokasi tersebut. Peristiwa ini memicu timbulnya gerakan serupa di sejumlah daerah pedalaman di [[Kalimantan]] dan [[Sumatra]].
 
Pada bulan April 1999, Belougi bersama pengikutnya melakukan gerakan besar-besaran untuk mengisolasi [[Aneka Tambang|PT. Aneka Tambang]] yang beroperasi di [[Pomalaa, Kolaka]], [[Sulawesi Tenggara]] yang dinilai tidak [[ramah lingkungan]] dan tidak memberi [[kontribusi]] positif terhadap [[pembangunan]] [[daerah]]. Gerakan ini berhasil digagalkan oleh aparat [[TNI]] dan kepolisian, Belougi beserta sejumlah pengikutnya kemudian berpindah ke [[Pulau Buton]] lalu hijrah ke [[Timor Timur]] pada bulan Mei 1999.
 
==Solidaritas kebangsaan==
Selain aktif dalam dunia pergerakan, Belougi juga peduli dengan urusan sosial dan integritas [[bangsa]], ia diketahui memiliki hubungan emosional dengan milisi [[Daftar aktivis pro-integrasi Timor Timur|pro-integrasi Timor Timur]] seperti [[Olivio Mendoza Moruk|Olivia Mendoza]], [[José Abílio Osório Soares|Jose Abilio Soares]] dan [[Muhammad Sudirman|Ailiu Da Costa]]. Seiring memanasnya situasi [[politik]] di kalangan masyarakat Timor Timur tahun 1999, Belougi mengorganisir rekan-rekannya masuk ke wilayah Timor Timur dan terus menyalakan semangat [[nasionalisme]] kepada rakyat Timor Timur untuk tetap berintegrasi dengan Indonesia
 
Situasi politik makin tidak menentu di kalangan masyarakat Timur Timur pada bulan Juni 1999 dengan adanya instruksi Badan [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] melalui [[UNAMET]] (United Nassion Mission in East Timor) tanggal 11 Juni 1999 untuk melaksanakan jajak pendapat pada bulan Agustus 1999. Misi UNAMET tersebut membuat sebagaian rakyat yang menginginkan tetap bergabung dengan Indonesia mulai bergerak menuju perbatasan [[Provinsi Nusa Tenggara Barat|Timor Barat]]. Dalam situasi darurat, Belougi bersama rekannya terlibat adu mulut dengan petugas UNAMET di pos perbatasan dan sempat ditahan selama 9 jam lalu kemudiaan diizinkan bergabung dengan relawan Internasional [[UNHCR]] (United Nations High Commissioner For Refugees) untuk penyaluran [[bantuan kemanusiaan]] kepada [[pengungsi]]
 
Pelaksanaan jajak pendapat tanggal 30 September 1999 berakhir dengan kemengan di pihak pro-[[kemerdekaan]]. Belougi menginstruksikan rekanya untuk tetap berada di perbatasan sampai semua pengungsi masuk ke Timor Barat dan menjadi fasilitator pemberangkatan sebagian pengungsi ke Sulawesi dan Kalimantan. Di penghujung tahun 1999, Belougi pulang ke desa di tempat kerabatnya di [[Kepulauan Togean]], [[Sulawesi Tengah]], ia mengajak akak-anak pedalaman yang putus sekolah untuk bersama-sama beraktivitas sebagai [[aktivis sosial|pegiat sosial]], Ide serta gagasannya mengilhami lahirnya gerakan Indonesia Back to Nature pada tahun 2000.
==Karier==
 
==Lihat pula==
* [[Yayasan|Belougi Center]]
* [[Ormas|Komunitas Sapuludi]]
* [[Ormas|Ormas Ampera]]
==Pranala luar==
* (Indonesia) [[Biografi|Profil]] di [[Kompas.com|Kompas]]
* (Indonesia) [[Biografi|Profil]] di [[biografi|Biografi Tokoh]]
* (Indonesia) [[Biografi|Profil]] di [[Kapanlagi.com]]