Wae Rebo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Beberapa ejaan dan menambahkan deskripsi singkat. |
||
Baris 1:
[[Berkas:Wae Rebo.jpg|ka|290px]]
'''Wae Rebo''' adalah sebuah desa adat terpencil dan misterius di [[Kabupaten Manggarai]], [[Nusa Tenggara Timur]]. Terletak di ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Di kampung ini hanya terdapat 7 rumah utama atau yang disebut sebagai [[Mbaru Niang]]. Pemandangan alam berpadu dengan Mbaru Niang adalah suguhan luar biasa untuk pengunjung yang pernah datang ke Wae Rebo. Menurut legenda masyarakatnya, nenek moyang mereka berasal dari [[Minangkabau]], [[Sumatera]].<ref name="Detik.com">
[http://travel.detik.com/read/2013/11/19/081331/2416645/1519/wae-rebo-kampung-adat-misterius-di-tengah-pegunungan-flores "Wae Rebo, Kampung Adat Misterius di Tengah Pegunungan Flores"] ''[[Detik.com]]'', 19-11-2013. Diakses 10-10-2014.</ref>
Baris 9:
{{Sejarah-stub}}
[[Berkas:Wae Rebo di Pagi Hari.jpg|jmpl|Mbaru Niang dengan 6 rumah lain pada pagi yang dingin di Wae Rebo]]
Menurut keyakinan orang Wae Rebo, nenek moyang mereka bernama Empu Maro berasal dari Minangkabau. Dalam sebuah kompetisi memperebutkan gadis cantik di Minangkabau, Empu Maro harus berhadapan dengan kakak kandungnya. Para tetua adat meminta mereka untuk melangsungkan pertandingan dengan cara adu kerbau.
Dengan kepintarannya, Empu Maro tidak menurunkan kerbau besar yang kuat dalam adu kerbau itu, dia justru menurunkan anak kerbau yang tidak diberi minum susu seminggu jelang diadu. Empu Maro menambahkan tanduk pada anak kerbau yang haus akan susu itu.
Baris 17:
Jelang persiapan pernikahan Empu Maro dengan gadis tersebut, terdengar isu bahwa kakak kandung Empu Maro tidak terima dengan kekalahannya, dia bermaksud membunuh Empu Maro. Saudara perempuan Empu Maro yang mendengar rencana itu akhirnya meminta Empu Maro untuk segera pergi meninggalkan desa.
Akhirnya Empu Maro pergi meninggalkan desa di Minangkabau tempat kelahirannya dengan menggunakan perahu. Perahu berlabuh hingga ke Makassar. Tidak lama di Makassar, Empu Maro meneruskan perjalanan hingga tiba di Labuan Bajo, Flores.
Di desa-desa yang didatangi Empu Maro diatas, beberapa kali dia mendapatkan suasana pertikaian antar warga yang membuat dirinya tidak bisa bertahan lama.
[[Kategori:Sejarah]]
|