Cap tikus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Allan Sumali (bicara | kontrib)
k Perapihan halaman
Allan Sumali (bicara | kontrib)
Pemisahan metode produksi menjadi metode tradisional dan metode moderen. Penambahan refrensi.
Baris 19:
 
== Produksi ==
Bahan dasar pembuatannya berasal dari air sadapan yang menetes dari [[Pohon Enau]], yang oleh masyarakat Minahasa dikenal sebagai Pohon Akel atau Seho. Secara umum pohon ini disebut Pohon Aren.[[Berkas:Cap Tikus 1978 dengan Pita Cukai.jpg|jmpl|Sebotol Cap Tikus 1978]]Adapun metode pembuatan Cap Tikus adalah:
* Pertama, ujung tandan bunga Pohon Aren akan dimemarkan dengan dipukul-pukul selama beberapa hari menggunakan sepotong kayu hingga keluar cairan.
* Ujung tandan kemudian dipotong dan digantungkan sebatang bambu untuk menampung tetesan airnya. Air yang ditampung ini disebut air nira, berwarna jernih tapi agak keruh dan rasanya sangat manis.
* Pengambilan air ini biasanya dua kali sehari, yakni pagi dan sore.
* Aktifitas menyadap pohon aren ini disebut “Batifar” oleh masyarakat. Dengan bahan dasar air nira ini, para petani dapat memproduksi Saguer, Gula Aren, Cuka Aren, dan Sopi atau populernya “Cap Tikus”.
** (Air Nira yang tidak diproses atau dibiarkan begitu saja selama beberapa hari akan berfermentasi menjadi Cuka.)
* Tinggi rendahnya kadar alkohol pada Cap Tikus tergantung pada kualitas [[penyulingan]]. Semakin bagus sistem penyulingannya, semakin tinggi pula kadar alkoholnya.
 
==== Produksi Tradisional ====
Untuk mendapatkan saguer yang manis bagaikan gula, bambu penampungan yang digantungkan pada bagian mayang tempat keluarnya cairan putih (Saguer), berikut saringannya yang terbuat dari ijuk Pohon Enau harus bersih. Semakin bersih, saguer semakin manis, maka Cap Tikus yang dihasilkan pun semakin tinggi kualitasnya.
Memproduksi Cap Tikus butuh berhari-hari. Kerja sejak pagi hingga sore, bahkan malam. Butuh waktu dan tenaga. Sebab kebanyakan pohon aren (pohon seho) tingginya lebih dari 10 meter. Menaiki pohon aren di Minahasa Selatan (Minsel) juga dilakukan tradisional. Hanya dengan sebuah bambu berlubang jari yang disandarkan di batang pohon.
 
# Dengan lilang (parang) sangat tajam, mayang pohon seho diketuk untuk merangsang air niranya. Proses pengetukan sebanyak tiga sampai empat hari agar nira banyak dan bagus. Nira yang digunakan dalam pembuatan Cap Tikus harus asam. Nira yang manis sering didiamkan sehari agar  asam, kemudian disuling.
# Proses penyulingan dilakukan di tungku yang disebut porno. Dibakar menggunakan kayu api. Wadah untuk penyulingan nira aren adalah drum besar. Dibutuhkan sekitar satu sampai dua jam untuk proses penyulingan. Enam galon nira atau sering disebut saguer, hanya menghasilkan satu galon Cap Tikus.
# Pada saat penyulingan, dua botol Cap Tikus hasil penyulingan pertama memiliki kadar di atas 45 persen. Itu disebut cakram. Yang paling enak dan paling keras kadarnya. Beberapa botol setelahnya, kadarnya tinggal 30 sampai 20 persen.
 
Semua proses pembuatan Cap Tikus ini dilakukan petani Cap Tikus di Minsel. Setiap hari, dari pagi hingga malam. Butuh perjuangan ekstra apalagi dengan banyaknya resiko kecelakaan kerja karena semua serba tradisional.Bahan dasar pembuatannya berasal dari air sadapan yang menetes dari [[Pohon Enau]], yang oleh masyarakat Minahasa dikenal sebagai Pohon Akel atau Seho. Secara umum pohon ini disebut Pohon Aren.[https://manadopostonline.com/read/2018/12/31/Proses-Berhari-hari-Resiko-Tinggi/51474][[Berkas:Cap Tikus 1978 dengan Pita Cukai.jpg|jmpl|Sebotol Cap Tikus merek "Cap Tikus 1978]]Adapun" metodeyang pembuatandi Capproduksi Tikussecara adalah:moderen|al=]]<br />
 
==== Produksi Modern ====
Kini Cap Tikus telah di produksi dengan metode modern, aman dikonsumsi dan legal, memenuhi standart BPOM dan Bea Cukai
 
Di dalam pabrik, tong besar tempat menampung Cap Tikus dari penyuplai. Tiap tong yang kapasitas mencapai ratusan liter. Kemudian pipa menyalurkan Bahan mentah Cap Tikus ke tempat desimilasi dan penyaringan. Selanjutnya pipa mengarah ke alat pengisian. Di situ, botol khas Cap Tikus berukuran 320 ml menunggu untuk diisi. Selanjutnya pindah ke alat penutupan segel botol dan pemberian label.
 
# Di dalam pabrik, tong besar tempat menampung Cap Tikus dari penyuplai. Tiap tong yang kapasitas mencapai ratusan liter “Ketika Cap Tikus mentah dari pengumpul datang, ditampung dalam wadah. Selanjutnya masuk ke tong untuk proses destilasi. Selanjutnya kita lakukan filterisasi sebanyak tiga kali. Dalam proses filterisasi dibuang timbal dan merkurinya. Setelah dibuang dua bahan kimia itu, Cap Tikus menjadi aman untuk dikonsumsi orang dewasa,”
# Kemudian pipa menyalurkan Bahan mentah Cap Tikus ke tempat desimilasi dan penyaringan. Selanjutnya dilakukan filterisasi sebanyak tiga kali. Dalam proses filterisasi dibuang timbel dan merkurinya. Setelah dibuang dua bahan kimia itu, Cap Tikus menjadi aman untuk dikonsumsi orang dewasa. Setelah proses destilasi dan filterisasi, perubahan paling kasat mata terlihat adalah kebeningan Cap Tikus. Dari bahan mentah cap tikus yang keruh, setelah proses destilasi akan menjadi lebih bening dan baunya tidak terlalu menyengat. Namun rasa dan kadarnya tetap terasa.
# Masuk ke mesin penampungan, Cap Tikus yang telah siap langsung dimasukkan ke dalam botol dan disegel serta diberi label. Semua proses sampai pada penutupan botol dan pemakaian label menggunakan alat. Hanya pemasangan cukai yang dilakukan secara manual.[https://manadopostonline.com/read/2018/12/31/Dulu-Haram-Sekarang-Halal/51475]
 
<br />
== Saat Ini ==
Cap Tikus akhirnya bisa lebih bernilai. Dikemas lebih menarik dengan sebuah botol kecokelatan berukuran sedang. Tutup botolnya dipakaikan kertas cukai. Sementara sebagian botolnya dikemas dengan memakai kertas bertuliskan Cap Tikus 1978. Kini minuman ini bisa dijadikan ole-ole bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan legalnya Cap Tikus, para petani sudah bisa bernafas lega, Ada lebih dari 200 ribu orang mencari nafkah. [https://manadopostonline.com/read/2018/12/31/Dulu-Haram-Sekarang-Halal/51475]
Minuman ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan bagi banyak petani Pohon Aren dan pedagang di Minahasa Selatan. Sejak dahulu mereka mencari pendapatan dari hasil panen dan perdagangannya.
 
Namun saat ini para petani CapTikus bisa bernafas lega. Bupati Minsel saat ini sedang gencar melakukan upaya melegalkan minuman khas CapTikus. Salah satunya dengan menggandeng pengusaha yang siap mengemas cap tikus menjadi minuman khas dari minsel. Menjadi harapan baru untuk petani cap tikus di minsel jika minuman cap tikus menjadi legal dan bisa dipasarkan keluar negeri.[http://cahayasiang.com/2018/12/28/legal-kini-bisa-beli-cap-tikus-bandara-sam-ratulangi-minuman-legendaris-minahasa-akhirnya-semakin-mendunia/]
Baris 45 ⟶ 53:
{{reflist}}https://manadopostonline.com/read/2018/11/01/Bupati-Gaet-Pengusaha-APINDO-Sejahterakan-Petani-di-Minsel/48310
{{reflist}}https://beritamanado.com/sejarah-cap-tikus-minuman-ciptaan-para-dewa-1/
{{reflist}}http://cahayasiang.com/2018/12/28/legal-kini-bisa-beli-cap-tikus-bandara-sam-ratulangi-minuman-legendaris-minahasa-akhirnya-semakin-mendunia/<nowiki/>{{Minuman beralkohol}}
 
https://manadopostonline.com/read/2018/12/31/Proses-Berhari-hari-Resiko-Tinggi/51474
 
https://manadopostonline.com/read/2018/12/31/Dulu-Haram-Sekarang-Halal/51475
<nowiki/>{{Minuman beralkohol}}
 
{{minuman-stub}}