Kiai Muhyiddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fatihmuhammad17 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 104:
Latar belakang keluarga Zainab juga berasal dari kalangan pesantren. Ia adalah putri pasangan Kiai Karto Diwikiryo Abdul Hadi dan Nyai Aminah. Bapaknya, merupakan seorang ulama terkemuka di Yogyakarta pada masa Hamengku Buwono VII berkuasa. Keturunan dari Kiai Muhammad Asror Sadiyo. Sedang ibunya, berasal dari Margokaton, Sayegan, Sleman.
 
Dari pasangan Kiai Karto Diwiryo dan Nyai Aminah tersebut, terlahir enam putra-putri. Zainab sendiri merupakan anak kelima. Secara berurutan, saudara-saudaranya sebagai berikut: Mukijah, Rukiah, Rusydi, Khodijah, dan Maryam. Keluarga ini, lantas pindah ke Banyuwangi pada tahun 1921.
 
== Pendidikan ==
Baris 124:
Tak hanya sebagai seorang yang faqih, '''Mbah Muhyi''' juga dikenal sebagai sosok yang ampuh. Seringkali ada orang yang menyaksikan ia berjalan di atas air. Biasanya ketika sungai Blokagung meluap, sangat sulit untuk menyebrang. Jembatan yang ada hanyalah jembatan bambu yang tentu sangat berbahaya untuk disebrangi. Dalam kondisi terdesak demikian, mau tak mau '''Mbah Muhyi''' menggunakan kelebihannya.
 
Dalam kehidupan rumah tangga, '''Mbah Muhyi''' dikarunia seorang anak dari pernikahannya dengan Nyai Zainab. Namanya Khudori. Namun pernikahan tersebut tak berlangsung lama, keduanya melakukan perceraian. '''Mbah Muhyi''' kemudian menikah dengan Nyai Shofiah yang berasal dari Sumberurip Barurejo baratnya '''Pondok Pesantren Blokagung''' dengan dikaruniai 9 keturunan, yakni:
1. Sa'wanah
2. Mutmainah