Batik Nitik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Referensi dan Pranala dalam
Baris 1:
'''Batik Nitik''' adalah salah satu local genius, kesenian asli yang lahir dengan adanya dorongan [[emosi]] dan kehidupan [[batin]] yang murni atas dasar pandangan hidup [[masyarakat]]. Seni batik nitik memegang peranan sentral, yang eksistensinya merupakan roh atau spirit yang telah ikut menentukan warna kehidupan masyarakatnya. Batik Nitik berkembang di lingkungan [[keraton]] Mataram, Ngayogyakarta dan Surakarta. Batik ini memiliki satu warna dominan, yaitu coklat. Yang memiliki arti kesederhanaan dan kejujuran sebagai manusia Jawa.<ref>Wardoyo, Sugeng dkk. 2013. Studi dan Penciptaan Motif Nitik. Bantul: Jurnal Riset Daerah Vol. XII no.3</ref> [[Motif]] yang bermakna keseimbangan antara Tuhan, alam dan manusia, serta kesadaran hidup sebagai manusia.Seperti halnya Nitik Sekar Keben, yang memiliki arti kesadaran dan mawas diri, atau Nitik Cakar yang memiliki makna ketekunan atau kerja keras. Batik Nitik memiliki pola-pola yang disetrilisasi dengan ragam hias [[geometris. Ragam hias inilah yang menunjukkan keseimbangan antara Tuhan, alam dan manusia. Keseimbangan ini melahirkan kesadaran akan jati diri manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan keberadaan manusia lainnya. Hubungan ini terbentuk sebagai akibat dekatnya keraton dan kawasan pengrajin batik nitik. Oleh karenanya, penggunaan batik nitik masih terikat aturan-aturan masyarakat keraton. Hal ini memberikan pengaruh terhadap hubungan keindahan dan kuasa, bahwa keindahan yang tercipta dari alam bawah sadar para pengrajin berkolaborasi dengan aturan-aturan keraton yang menciptakan hubungan timbal balik yang cukup indah.<ref>Ahmad. 2017. Batik Nitik Perspektif Ferdinand de Sausse. Skripsi: UINSA.</ref>
Batik Nitik memiliki pola-pola yang disetrilisasi dengan ragam hias geometris. Ragam hias inilah yang menunjukkan keseimbangan antara Tuhan, alam dan manusia. Keseimbangan ini melahirkan kesadaran akan jati diri manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan keberadaan manusia lainnya. Hubungan ini terbentuk sebagai akibat dekatnya keraton dan kawasan pengrajin batik nitik. Oleh karenanya, penggunaan batik nitik masih terikat aturan-aturan masyarakat keraton. Hal ini memberikan pengaruh terhadap hubungan keindahan dan kuasa, bahwa keindahan yang tercipta dari alam bawah sadar para pengrajin berkolaborasi dengan aturan-aturan keraton yang menciptakan hubungan timbal balik yabg cukup indah.
 
 
 
 
== Referensi ==
{{Reflist}}<br />{{Sedang ditulis}}
* Wardoyo, Sugeng dkk. 2013. Studi dan Penciptaan Motif Nitik. Bantul: Jurnal RIset Daerah Vol. XII no.3.
* Ahmad. 2017. Batik Nitik Perspektif Ferdinand de Sausse. Skripsi: UINSA.
*
 
<br />{{Sedang ditulis}}