Ikan salai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'Ikan Salai merupakan salah satu kuliner lokal dari Sumatera Selatan. Kuliner lokal ini dapat diolah menjadi beraneka ragam menu, seperti sambal hingga b...' Tag: |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Ikan Salai merupakan salah satu kuliner lokal dari [[Kabupaten Muara Enim
[[Berkas:Ikan keli salai.JPG|jmpl|333x333px|Proses pengasapan ikan salai]]
menurut sejarahnya pada masa dahulu di sungai-sungai [[Sumatera Selatan]] terutama [[Sungai Lematang]] dan [[Sungai Batang Enim]] banyak dijumpai semisal ikan baung dan ikan lais. Begitu Banyak ikan sehingga para tetua tidak membuang ikan yang ditangkap tetapi diasapi agar dapat bertahan lama. Berkat kemajuan teknologi, masyarakat mengasapi ikan dengan kayu bakar agar dapat bertahan lama. Proses pembuatan ikan salai dimulai dari menyiangi, kemudian isi perut ikan dikeluarkan, dibelah tapi tidak sampai terpotong dua, kemudian berlanjut kepengasapan. Di bawah tempat pengasapan, kayu telah disiapkan sembari menjaga nyala api supaya ikan yang diasap kering sempurna. membuat ikan salai perlu waktu dua hari dua malam. Ikan yang dapat menjadi ikan salai adalah gabus, seluang, baung dan ikan lais.<ref>{{Cite book|edition=Cetakan pertama|title=Warisan budaya tak benda di [nama tempat].|url=https://www.worldcat.org/oclc/892305159|location=Padang, Sumatra Barat|isbn=9786028742665|oclc=892305159|first=Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang|last=(Indonesia),}}</ref>
Kelebihan utamanya tentu saja pada awetnya ikan. Ikan bisa bertahan sampai berminggu-minggu, namun tetap boleh dikonsumsi. Kelebihan lainnya adalah pembuatnya bisa menambahkan rasa yang diinginkan. Kemudian tekstur lembut yang diharapkan bisa didapatkan dengan mudah. Malahan, warna ikan menjadi lebih mencolok. Kekurangannya adalah kelangsungan bakteri tetap ada. Meskipun kenyataannya pengasapan diharapkan mampu menjadi efek penghambat bakteri. Selain itu, nilai gizi yang terkandung di dalamnya mulai menurun. Contohnya adalah menurunnya nilai gizi vitamin dan protein. Ini terjadi lantaran ikan dibakar terlalu lama, dan ikan dibiarkan selama beberapa minggu. <ref>{{Cite web|url=http://www.apasih.web.id/sejarah-ikan-salai-yang-menjadi-sajian-nikmat-di-sumatera-1399.html|title=Sejarah Ikan Salai Yang Menjadi Sajian Nikmat Di Sumatera – Apa Itu Semua Informasi Tentang Apa Sih|language=en-US|access-date=2019-02-19}}</ref>
{{sedang ditulis}}
== Referensi ==
<references />
|