Gedung BPPI Padang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{sedang ditulis}}
 
'''Gedung Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI) Padang''' terletakadalah disebuah Kotamuseum Padang,yang Sumatera Barat, Indonesia. Gedung Joang 45 BPPI beradaterletak di Jalan Pasar Mudik No. 50, Kelurahan Pasar Gadang, yangKota dalamPadang, pembagianSumatera SubBarat, KawasanIndonesia. persebaranGedung Cagarini Budayamerupakan masukkantor kedalambagi SubDewan KawasanHadian PasarDaerah Gadang, Kecamatan Padang Selatan,45 Kota Padang.
 
bangunanGedung ini, pada awalnyamenempati merupakanbekas Hotel Pasar Gadang. Pada masa perjuangan kemerdekaan, gedung ini sering digunakan sebagai markas Barisan Perjuangan Pemuda Indonesia (BPPI) untuk Kota Padang. Barisan Perjuangan Pemuda Indoesia Merupakan suatu, organisasi yang menghimpun pemuda-pemuda di Kota padang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. SekarangPada gedung21 iniAgustus djadikan1945. sebagaiMerah museumPutih BPPI dan DHD 45 Cabang Padangberkibar.
 
21 Agustus 1945. Merah Putih berkibar di bekas kantor BPPI ini.
 
<br />
 
== Lokasi ==
Lokasi bangunan berada di Jalan Pasar Mudik. Kawasan Gedung BPPI berada, yang kini disebut [[Kota Tua Padang]], merupakan pusat perekonomian Padang pasa masa kolonial Belanda. Belanda membangun gudang-gudang untuk menumpuk barang sebelum dikapalkan melalui pelabuhan yang berada di muara [[Batang Arau]]. Beberapa bangunan tua peninggalan Belanda masih dapat ditemui di Pasar Mudik.
Pasar Gadang merupakan salah satu pusat perniagaan atau perekonomian di Kawasan Kota Lama Padang. Kawasan ini terintegrasi dengan Kawasan Batang Arau, Kampung Pondok, atau Jalan Niaga sekarang. Kawasan Pasa Gadang terdiri dari Jalan Pasa Batipuh, Jalan Pasa Malintang, Jalan Pasar Hilir, Jalan Pasar Mudiak, Jalan Ranah,dan Jalan Pulau Air lokasi beradanya Stasiun Pulau Air.
 
Di lingkungan Gedung Joang 45 BPPI ini berada, Belanda membangun gudang-gudang untuk menumpuk barang sebelum dikapalkan melalui pelabuhan yang berada di muara Batang Arau, yang kemudian menjadi tempat dibangunnya Emma Haven, dikenal dengan sebutan Teluk Bayur sekitar abad ke-19. Selain dari tempat perniagaan, kawasan Pasar Gadang ini merupakan tempat tinggal masyarakat, dengan memanfaatkan bangunan rumah-toko sebagai tempat tinggal. Aksesibiltas bangunan ini cukup mudah dijangkau, karena lokasi bangunan berada di dekat jalan raya dan dapat dengan mudah dicapai dengan kendaraan bermotor.
 
== Sejarah ==
Sejarah Gedung BPPI Padang berkaitan erat dengan keberadaan BPPI itu sendiri. Setelah dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, suasana Kota Padang diliputi oleh beraneka ketegangan. Pada 20 Agustus 1945, Ismael Lengah menyusun kekuatan dan berpendapat supaya segera dibentuk satu badan bagi pemuda-pemuda yang akan mempelopori perjuangan di Padang. BPPI Padang terbentuk pada 21 Agustus 1945, ditandai dengan pengibaran Merah Putih. BPPI menempati gedung bekas hotel pada masa kolonial dan mengenalkan dirinya sebagai "kantor penerangan".
Bangunan Gedung Joang 45 BPPI erat kaitannya dengan perjuangan pemuda Sumatra Barat dalam suatu badan berwujud Balai Penerangan Pemuda Indonesia. Belum habis pemikiran sekitar kekalahan Jepang, kala itu, bergema pula tentang telah adanya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, sedangkan beberapa orang Belanda yang ditawan Jepang di Bangkinang telah mulai berada di kota Padang. Mereka mulai kasak-kusuk dan mengadakan hubungan kembali dengan penduduk bekas orang-orang kepercayaan yang mereka dahulu dan menyusun daftar hitam dari orang-orang yang pernah bekerja sama dengan Jepang yang tentu nantinya akan dituntut sebagai kolabolator Jepang.
 
Dalam menghadapi situasi itu, para eks Gyu Gun, mengadakan pembicaraan dan pertukaran pikiran dalam mengambil tindakan untuk menggugah simpati rakyat banyak terhadap perjuangan yang akan segera dihadapi. Suasana Kota Padang diliputi oleh beraneka ketegangan. Di saat itulah, Chatib Soelaiman, bekas pemimpin Gyu Gun meminta Ismael Lengah bersedia memimpin perjuangan menghadapi perkembangan baru di Tanah Air. Sebagai bekas perwira Gyu Gun, ia yakin Ismael Lengah mempunyai pengetahuan dalam ilmu militer, dan kesanggupan untuk memikul tanggung jawab memikirkan langkah-langkah yang perlu diambil.
 
20 Agustus 1945, Ismael Lengah menyusun kekuatan di tengah-tengah situasi tegang waktu itu. Dalam rapat tersebut, Ismael Lengah berpendapat supaya segera dibentuk satu badan bagi pemuda-pemuda yang akan mempelopori perjuangan di Padang khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya.
 
Besoknya, 21 Agustus 1945 dibentuklah Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI). Pada kesempatan itu disepakatilah pemuda akan berpikir, bertindak dan berbuat sesuai dengan perkembangan di tanah aur, memelihara pesatuan bangsa, memupuk kader serta menyiapkan senjata sebanyak mungkin untuk menghadapi segala kemungkinan.
 
Pada hari itu pula dikibarkan bendera Merah Putih di Bangunan Cagar Budaya yang dahulu merupakan sebuah bangunan hotel bernama “Pasar Gedang” ini. BPPI bertugas menampung segala macam persoalan dan memberi pengarahan serta penjelasan kepada mereka yang datang bertanya berkenaan perjuangan setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekan.
 
Nama BPPI tidak menimbulkan kecurigaan pada Jepang waktu itu, karena pada lahirnya hanya sebagai satu kantor penerangan saja. Akan tetapi sesungguhnya gedung ini menjadi markas yang memelopori segala tindak tanduk menyangkut pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 di Padang, umumnya di Sumatera Barat.
 
Secara historis diketahui, bahwa di gedung inilah para pemuda kota Padang merespon dengan segera (yang pertama di Kota atau Sumatera Barat) proklamasi kemerdekaan RI yang dinyatakan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945. Seiring dengan itu, gedung ini juga dijadikan sebagai salah satu aset historis, salah satu bukti adanya sejarah perjuangan pemuda Padang dalam penegakan negara ini.
 
Di bangunan ini pula, setelah sekutu mendarat, kerap dilancarkan penggeledahan-penggeledahan, penggerebekan-penggerebekkan, serta penangkapan-penangkapan. Kondisi saat itu, Ismael Lengah lebih banyak berfokus pada pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Hal ini menyebabkan hanya Soelaiman, selaku Ketua II, yang menampung sebagian besar pekerjaan di kantor BPPI. Suatu ketika, kantor BPPI ini digerebek oleh tentara sekutu dan Soelaiman yang sedang berada di kantor ditangkap dan dibawa ke markas mereka. Akibatnya keadaan semakin panas, semangat perjuangan pemuda-pemuda semakin bergelora. Mereka menuntut pembebasan Soelaiman. Segala macam provokasi dan sabotase dilancarkan. Melihat keadaan yang kian rusuh, Sekutu terpaksa membebaskan Soelaiman kembali setelah satu hari mereka tahan.