Gedung BPPI Padang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
Sejarah Gedung BPPI Padang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai Kantor BPPI pada masa perjuagan kemerdekaan. Dalam ''Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945–1950,'' Gedung BPPI dicatat sebagai salah satu tempat pengibaran bendera Merah Putih terawal di Padang. Bendera Merah Putih dikibarkan pada 20 Agustus 1945, bertepatan dengan tanggal pembentukan BPPI Padang. Badan tersebut dibentuk atas usulan [[Ismail Lengah|Ismael Lengah]] yang ditujukan sebagai "badan bagi pemuda-pemuda yang akan mempelopori perjuangan di Padang". Ahmad Husein menyebut BPPI menjadi tameng atau bumper dari segala persiapan dan kegiatan pembentukan TKR. BPPI Padang diketuai oleh Ismael Lengah. Namun, karena Ismael Lengah berikutnya fokus pada pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), urusan ketua dikerjakan oleh [[Chatib Sulaiman]].{{sfn|Husein, dkk|1950}}}
 
Setelah Sekutu mendarat di Padang pada November 1945, suasana Kota Padang diliputi oleh ketegangan. BPPI kerap jadi tujuan penggeledahan dan penangkapan. Memasuki pertengahan November 1945, penggeledahan dan pengkapan di Kantor BPPI menjadi semakin rutin, termasuk menimpa Chatib Sulaiman. Sulaiman, yang sedang berada di kantor, ditangkap dan dibawa ke markas Sekutu. Penangkapan Sulaiman segera memicu pemberontakan pemuda-pemuda BPPI sehingga sehari setelah ditahan, Sulaiman segera dibebaskan.{{sfn|Husein, dkk|1950}}}
 
Setelah bebas, Soelaiman lebih banyak aktif ke luar kota, BPPI menetapkan [[Kamaroelzaman]], seorang bekas guru, sebagai pengganti. Sekutu kembali rutin mendatangi bangunan dan Kamaroelzaman tak luput dari penangkapan. Lagi-lagi pemuda bangkit mengadakan pelbagai tindakan yang menambah tegangnya suasana sehingga sesudah satu hari ditahan, Sekutu membebaskan Kamaroelzaman.{{sfn|Husein, dkk|1950}}}
 
Mengingat pemeriksaan Sekutu terhadap Kantor BPPI hampir berlangsung setiap hari, BPPI mengubah taktik bekerja. Jika sebelumnya anggota BPPI duduk bertugas di kantor, setelah Sekutu mulai memakai tindakan kekerasan, maka anggota BPPI tidak lagi bertugas secara rutin di kantor. Mereka menjalankan tugas secara gerilya. Dalam ''Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945–1950'', Nasrul AS sewaktu bertugas sebagai Sekretaris BPPI Padang menyebutkan, dirinya dalam bekerja sehari-hari beralih tempat ke [[Masjid Pasar Gadang]] yang letaknya di seberang jalan. Dari masjid itulah, ia mengawasi kantor dan jika kelihatan ada pemuda atau orang datang yang gelagatnya perlu berurusan dengan BPPI, maka Nasrul AS datang menemui mereka untuk melayani. Demikianlah BPPI berjalan terus hingga kondisi Kota Padang aman.{{sfn|Husein, dkk|1950}}}
 
== Bangunan ==
Gedung BPPI Padang terdiri dari dua lantai. Atap bangunan terbuat dari seng dengan bentuk atap pelana kuda. Pintu masuk berjumlah dua buah, berada di lantai satu yang terletak di bagian tengah. Bagian dalam ruangan memiliki lantai yang terbuat dari ubin tegel polos berwarna abu-abu. Adapun untuk menuju ke lantai dua, terdapat dua tangga di sudut kiri dan kanan gedung. Tangga terbuat dari kayu berlantai semen dan sudah dikeramik. Lantai atas berupa ruangan berlantai papan kayu. Sebelum gempa, lantai atas sempat difungsikan sebagai aula dan kerap dijadikan sebagai tempat pertemuan. Namun, setelah [[Gempa bumi Sumatera Barat 2009|gempa pada 2009]], lantai dua tidak lagi digunakan.{{sf|BPCB Sumatera Barat|2018}}
 
Berdasarkan pengamatan BPCB Sumatera Barat, gempa 2009 mengakibatkan kondisi gedung mengalami kerusakan sekitar 50%. Sebagian besar dinding mengalami retak-retak dalam, atap mengalami kerusakan, dan sebagian langit-langit ambruk.{{sfn|Dafriansyah Putra|13 November 2015}}
 
Pada 2017, Pemerintah Kota Padang memulai rencana merevitalisasi gedung. Menurut rencana, gedung akan diifungsikan sebagai museum pejuang.{{sfn|Valora|16 September 2017}}
 
== Rujukan ==